Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
sekelompok penguin yang berjalan di atas lapisan es Antarktika (commons.wikimedia.org/amanderson2)
sekelompok penguin yang berjalan di atas lapisan es Antarktika (commons.wikimedia.org/amanderson2)

Antarktika jadi satu-satunya benua yang punya perbedaan mencolok di Bumi. Hanya di sinilah, kita dapat menemukan dataran dengan hamparan es seluas 13,68 juta km persegi atau hampir dua kali lipat luas Australia. Dari ukuran tersebut, Antarktika jadi benua dengan ukuran terluas kelima di dunia, mengalahkan Eropa dan Australia.

Ada banyak hal menarik dari tempat yang satu ini, misalnya tak ada pemukiman permanen milik manusia di sepanjang Antarktika sehingga di sinilah benua paling sepi berada. Selain itu, lapisan es yang menyelimuti Antarktika itu sangat tebal. Dilansir Australian Antarctic Program, rata-rata ketebalan es Antarktika sekitar 2,16 km sebelum mencapai tanah di bawahnya. Malah, pada beberapa titik, semisal di Terre Adélie, ketebalannya mencapai 4,77 km!

Oh, ya, bicara soal sumber daya alam, wilayah sekitar Antarktika itu sangat kaya dengan keanekaragaman hayati yang jelas dapat dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan. Ditambah lagi, es-es yang ada di benua ini sebenarnya merupakan kumpulan air tawar terbesar di Bumi yang diperkirakan punya porsi sampai dua per tiga dari keseluruhan air tawar yang ada di Bumi. Tak sampai di situ, diduga kuat ada banyak cadangan mineral berharga, semisal batu bara, emas, besi, tembaga, sampai minyak bumi yang masih tersimpan di Antarktika.

Dari beberapa hal yang dijelaskan di atas, ada satu fakta menarik lain dari benua es ini. Sampai sekarang, tak ada negara yang menguasai Antarktika ataupun ada negara baru yang berdiri di sana. Padahal, mengingat betapa kosongnya benua ini, kedekatan lokasi geografis dengan beberapa negara di belahan Bumi selatan sampai cadangan sumber daya alam yang melimpah jelas sangat menggiurkan bagi siapa saja untuk menguasainya. Kira-kira apa alasan di balik itu semua, ya? Yuk, cari tahu jawabannya di bawah ini!

1. Awal mula ditemukannya Antarktika

seseorang yang sedang mengamati Antarktika (commons.wikimedia.org/Robert L Dale)

Sebelum membahas lebih jauh soal kepemilikan Antarktika, rasanya perlu dijabarkan soal kapan tepatnya benua ini terbentuk dan pertama kali ditemukan manusia. Dulunya, dataran yang akan jadi cikal bakal Antarktika merupakan satu kesatuan dari satu superbenua bernama Gondwana sekitar 500 juta tahun yang lalu. Calon benua lain yang juga ada di superbenua Gondwana antara lain Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar, (anak benua) India, serta Australia. 

Kemudian, Gondwana terpecah sekitar 180 juta tahun yang lalu akibat gerakan kerak Bumi yang terjadi secara terus-menerus sampai dataran-datarannya terpisah ke segala penjuru. Proses ini terjadi selama jutaan tahun dan Antarktika sendiri diperkirakan baru sampai ke arah selatan Bumi sekitar 34 juta tahun yang lalu, dilansir Aurora Expedition. Menariknya, sebelum mulai bergerak ke arah selatan, dataran yang akan jadi Antarktika itu sebenarnya berada di zona khatulistiwa. Karena itu, tak heran kalau belakangan peneliti menemukan fakta kalau dulunya ada formasi hutan besar di bawah lapisan es Antarktika.

Bergeser ke era sejarah manusia, ternyata butuh waktu cukup panjang bagi kita sebelum mencatat dan mengonfirmasi keberadaan Antarktika. Bukti penemuan paling tua ternyata berasal dari Polinesia, tepatnya masyarakat Māori yang pernah berlayar sampai perairan superdingin di Antarktika sekitar abad ke-7, dilansir Royal Museum Greenwich. Studi tentang pencapaian masyarakat Māori ini ada pada jurnal karya Priscilla M Wehi dkk. yang berjudul "A short scan of Māori journeys to Antarctica" rilisan Journal of the Royal Society of New Zealand.

Setelah catatan paling tua itu, keberadaan Antarktika seolah menghilang selama 1 milenium. Sampai akhirnya, pada Januari 1820, ada beberapa kelompok pelaut asal Eropa menemukan kembali dataran dengan bongkahan es yang masif. Sebenarnya, ada perdebatan soal kelompok mana yang pertama kali mengonfirmasi melihat Antarktika. Namun, klaim yang banyak disetujui berasal dari pelaut asal Rusia, yakni Fabian Gottlieb von Bellingshausen. Kelompok lain yang turut mengklaim hal yang sama adalah pelaut asal Britania Raya, Edward Bransfield.

Sejak saat itu, hampir seluruh pelaut dari barat "berlomba-lomba" untuk mencapai dataran es yang sangat misterius tersebut. Tujuannya tentu untuk mencari sumber daya alam, melaksanakan penelitian, dan tentunya berupaya untuk menguasai Antarktika. Meski begitu, sulitnya akses menuju Antarktika bagi pelaut pada masa lalu menyebabkan dataran ini masih harus "menunggu" kedatangan manusia sekitar 1 abad berikutnya.

2. Sempat ada banyak negara yang ingin menguasai Antarktika

salah satu lokasi penelitian bernama Almirante Brown yang ada di Antarktika (commons.wikimedia.org/W Bulach)

Selama periode penemuan Antarktika sampai pertengahan 1900-an, sebenarnya ada beberapa pihak yang coba mengklaim wilayah ini sebagai bagian dari negara mereka. Kebanyakan negara yang mengklaim Antarktika memang punya kedekatan geografis dengan benua es ini, tetapi ada pula yang jaraknya superjauh. Total ada tujuh negara yang pernah menyatakan Antarktika sebagai wilayah mereka.

Mulai dari Australia, Argentina, Chili, Selandia Baru, Prancis, Britania Raya, dan Norwegia sama-sama bersaing demi meraih kepemilikan atas benua es tersebut. Akan tetapi, klaim ketujuh negara itu bukan meliputi seluruh dataran Antarktika, melainkan beberapa bagian tertentu. Hanya saja, pada beberapa titik, ada klaim yang tumpang tindih, semisal yang terjadi di satu wilayah bernama South American Antarctic yang sama-sama diklaim Argentina, Chili, dan Britania Raya, dilansir Natural Habitat Adventures.

Selain itu, Norwegia yang jelas-jelas jadi negara dengan lokasi paling jauh—tidak menghitung Britania Raya dan Prancis karena keduanya sudah punya wilayah jajahan di dekat Antarktika—menggunakan alasan penelitian untuk menjelajah Antarktika. Dilansir Science Daily, setelah itu, Norwegia mengamankan beberapa pulau yang ada di dekat dataran utama Antarktika sebagai wilayahnya yang terdiri atas Bouvetøya, Peter I Øy, dan Dronning Maud. Selain memang untuk melakukan penelitian, diduga kuat kalau klaim Norwegia ini ditempuh supaya dapat mengamankan jalur perburuan paus yang banyak dilakukan nelayan Norwegia di Antarktika.

Tak hanya tujuh negara itu, pasca-Perang Dunia II, ada begitu banyak negara lain yang bergabung untuk "menjelajahi" Antarktika. Akan tetapi, tujuan utamanya lebih untuk ekstraksi keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Akhirnya, negara-negara besar mulai mencoba mengadakan dialog dengan seluruh negara yang berselisih atas kepemilikan ataupun pemanfaatan Antarktika guna menghasilkan konsensus bersama.

3. Namun, kini, ada perjanjian khusus yang membuat Antarktika jadi lokasi netral di Bumi

dubes Amerika Serikat untuk Selandia Baru berpose di Antarktika (commons.wikimedia.org/U.S. Ambassador Huebner's Blog)

Pada Tahun Geofisika Internasional (TGI) pada 1 Juli 1957 dan 31 Desember 1958, Amerika Serikat, Uni Soviet, Jepang, Belgia, dan Afrika Selatan mencoba membawa masalah Antarktika ini ke meja perundingan. Mereka mengajak tujuh negara yang berebut klaim atas benua es ini sebelumnya. Hasil dari rangkaian pertemuan itu dapat terwujud pada 1 Desember 1959 lewat sebuah pakta atau perjanjian.

The Antarctic Treaty atau Perjanjian Antarktika disepakati pada hari itu dengan memberikan beberapa poin penting. Dilansir Secretariat of the Antarctic Treaty, ada tiga poin utama yang disepakati dalam perjanjian ini, yaitu Antarktika hanya boleh dimanfaatkan untuk tujuan yang damai tanpa kehadiran militer, tak boleh ada pembuangan limbah nuklir atau radioaktif, dan kebebasan untuk melakukan penelitian di Antarktika selama hasil penelitian itu dapat dipublikasikan secara luas. Karena itu, klaim dari negara-negara sebelumnya sebenarnya sudah tak berlaku. Akan tetapi, ada kondisi khusus soal hal ini.

Dilansir BBC, saat ini, ada sekitar 68 markas penelitian yang tersebar di berbagai bagian Antarktika. Markas-markas itu dimiliki oleh beberapa negara berbeda dan tujuan mereka memang untuk penelitian. Namun, "kepemilikan" markas ini seolah-olah jadi "klaim" soal kepemilikan bagian tertentu dari Antarktika sekalipun sebenarnya tidak ada yang memerintah secara resmi. Malahan, ada prangko dan cap khusus bagi masing-masing masyarakat dari 12 negara pertama yang menandatangani Perjanjian Antarktika ketika hendak berkunjung ke sana.

Setelah Perjanjian Antarktika, ada beberapa pembahasan terusan yang turut mengundang negara-negara lain, misalnya CCAS, Madrid Protocol, dan The Convention on the Conservation of Antarctic Marine Living Resources. Sampai saat ini, sudah ada 58 negara yang mendukung keberadaan Perjanjian Antarktika yang menandakan kalau benua es ini masih menjadi zona "netral" bagi negara-negara di seluruh dunia. Saat ini, selain untuk penelitian, ada pula puluhan ribu turis dari seluruh dunia yang rutin mengunjungi Antarktika tiap tahunnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha