Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ular (commons.wikimedia.org/Benny Trapp)

Australia sering digambarkan sebagai "benua mematikan" karena merupakan rumah bagi banyak hewan berbisa. Sebut saja ular taipan pedalaman yang bisa membunuh 250 ribu tikus dengan satu gigitan hingga ubur-ubur kotak nan mematikan.

Lantas, kenapa Australia banyak hewan berbisa? Konon, hal itu karena benua ini menyimpan keunikan ekologis yang terbentuk melalui proses evolusi panjang. Penjelasan detailnya simak dalam ulasan berikut ini. 

Kenapa Australia banyak hewan berbisa?

Jawaban utama terletak pada pergerakan lempeng benua dan isolasi geografis. Sekitar 100 juta tahun lalu, Australia terpisah dari superbenua Gondwana dan mulai bergerak ke utara.

Pemisahan ini menjebak populasi hewan purba—termasuk nenek moyang ular elapid—di daratan yang semakin terisolasi. Berbeda dengan benua lain yang memiliki campuran ular berbisa dan tidak berbisa, 98 persen spesies ular Australia berasal dari keluarga elapid yang seluruhnya berbisa.

Proses evolusi tersebut kemudian memperkuat potensi racun hewan-hewan ini. Di kawasan Australia yang keras dan kompetitif, hewan dengan racun lebih kuat memiliki keuntungan bertahan hidup. Ular taipan pedalaman misalnya, mengembangkan bisa neurotoksin 50 kali lebih kuat daripada ular kobra India karena perlu melumpuhkan mangsa berdarah panas seperti tikus secara instan. Fenomena serupa juga terjadi pada laba-laba funnel-web Sydney atau Atrax robustus yang racunnya berevolusi untuk menetralkan sistem saraf mamalia.

Di luar itu, faktor iklim juga turut berperan. Saat Australia bergerak melintasi Kutub Selatan 60 juta tahun lalu, suhu ekstrem membunuh sebagian besar reptil. Nah, ketika benua hangat kembali hanya ular elapid yang berhasil menjajah daratan ini. Menurut Profesor Michael Lee dari South Australian Museum, hal tersebut sebetulnya adalah kecelakaan sejarah, tetapi membentuk ekosistem unik Australia.

Adaptasi ekosistem unik

ilustrasi alam Australia (pexels.com/Sabel Blanco)

Kombinasi faktor geologi dan biologi menciptakan "laboratorium evolusi" alami di Australia. Isolasi selama 30 juta tahun memungkinkan hewan-hewan ini berevolusi tanpa gangguan kompetitor dari benua lain. Data dari Australian Museum menunjukkan bahwa 20 dari 25 ular paling berbisa di dunia berasal dari Australia.

Namun, riset terbaru mengungkap hal menarik. Meski punya hewan paling berbisa, Australia justru memiliki angka kematian akibat gigitan terendah di dunia, tepatnya hanya 2—4 kasus per tahun. Hal ini berkat sistem antivenom tercanggih dan kesadaran masyarakat akan bahaya fauna lokal di sana.

Ahli ekologi, Dieter Hochuli dari University of Sydney menjelaskan bahwa tingkat keanekaragaman hayati Australia yang tinggi menciptakan persaingan ekstrem. Racun menjadi senjata evolusi untuk mempertahankan ekologisnya. Proses ini diperkuat oleh penelitian genomik yang menunjukkan bahwa percepatan mutasi gen penyandi racun pada ular Australia dibanding kerabatnya di benua lain.

Adapun dari perspektif konservasi, keberadaan hewan-hewan ini justru menjadi indikator kesehatan ekosistem. Ular taipan, misalnya, berperan sebagai pengendali alami populasi tikus yang merusak lahan pertanian. Pemahaman ini mendorong upaya pelestarian berbasis sains alih-alih penghancuran.

Kenapa Australia banyak hewan berbisa akhirnya terjawab sebagai hasil interaksi kompleks antara sejarah geologi, tekanan evolusi, dan ketahanan ekosistem. Fenomena ini bukan ancaman, melainkan keajaiban alam yang patut dilestarikan.

Referensi:

"Why do so many dangerous animals live in Australia?". Cosmos Magazine. Diakses Februari 2025.
"Why does Australia have so many venomous animals?". Live Science. Diakses Februari 2025.
"Why Does Australia Have Some of the Deadliest Creatures on Earth?". Discover Magazine. Diakses Februari 2025.

Editorial Team