Kenapa Ayam Petelur Bisa Menghasilkan Telur Hampir Setiap Hari?

Siapa yang suka makan telur? Makanan yang satu ini terkenal sebagai sumber protein, mineral, dan vitamin yang baik dengan harga yang relatif terjangkau. Seperti yang kita ketahui, telur yang kita konsumsi setiap hari itu diperoleh dari ayam betina yang tidak dibuahi oleh pejantan. Maka dari itu, telur konsumsi tidak akan bisa berubah menjadi anak ayam, sekalipun dierami ataupun diletakkan di ruang inkubasi.
Ada satu lagi hal yang menarik dari telur yang dihasilkan ayam betina, yakni durasi si ayam untuk memproduksi telur. Kalau diperhatikan, ayam-ayam yang dipelihara di peternakan itu selalu menghasilkan telur setiap harinya. Padahal kalau kita melihat beberapa hewan bertelur lain di alam, mereka tak bisa menghasilkan telur dengan durasi secepat ayam betina di peternakan. Kenapa bisa begitu, ya? Yuk, kita cari tahu jawabannya sama-sama!
1. Kapan ayam di peternakan mulai bertelur?

Ayam di peternakan milik manusia itu sangat beragam jenisnya. Malahan, jenis ayam petelur yang paling populer di tiap negara itu berbeda. Misalnya saja, di Indonesia, ada jenis ayam leghorn, ayam ISA brown, dan ayam rhode island red yang cukup populer di kalangan peternak kita. Atas dasar tersebut, jawaban untuk pertanyaan kapan ayam petelur di peternakan bisa mulai bertelur itu jadi berbeda-beda juga.
Dilansir Grubbly Farms, rata-rata usia ayam petelur untuk mulai bertelur itu sebenarnya antara 5—6 bulan. Malahan, beberapa jenis ayam sudah mulai bertelur saat mencapai usia 19—28 minggu saja. Akan tetapi, beberapa jenis ayam terkadang butuh waktu lebih lama sebelum mulai bertelur. Misalnya saja, ayam silkie butuh waktu 9 bulan dan ayam barnevelder butuh waktu 8—10 bulan.
Selain usia kapan mulai bertelur, ayam petelur di peternakan juga punya usia maksimal sebelum berhenti menghasilkan telur. Rata-rata jenis ayam berhenti bertelur pada usia 6—7 tahun. Namun, jenis seperti ayam lohmann brown, golden comet, araucana sudah mulai berhenti bertelur pada usia 1—3 tahun, mengingat jenis ayam ini sudah mulai bertelur sejak usia 16—19 minggu. Ada pula beberapa jenis ayam petelur yang berhenti menghasilkan telur pada usia 3—4 tahun.
Dari sumber yang sama, ditambahkan beberapa tanda kalau ayam akan segera bertelur. Misalnya saja, warna jengger dan pial berubah jadi merah cerah, aktif bergerak, nafsu makan yang meningkat, sampai rutin berjongkok layaknya hendak kawin. Dilansir Purina Animal Nutrition, ketika ayam sudah menunjukkan tanda-tanda mulai bertelur, peternak biasanya akan memberi penerangan yang cukup di sekitar kandang supaya menstimulus ayam untuk bertelur. Selain itu, pakan yang diberikan pun biasanya turut diganti atau ditambah, sesuai dengan kebutuhan.
2. Berapa lama siklus yang diperlukan ayam di peternakan untuk bertelur?

Oke, kita sudah tahu berapa usia yang diperlukan ayam untuk mulai dan berhenti bertelur. Namun, bagian itu belum menjawab soal berapa lama siklus yang dibutuhkan ayam untuk menghasilkan sebutir telur. Kira-kira apakah seekor ayam petelur memang dapat menghasilkan telur setiap hari?
Ternyata jawabannya adalah iya! The Humane League melansir kalau rata-rata ayam petelur mampu menciptakan sebutir telur dalam kurun waktu 24—26 jam saja. Uniknya, dalam kasus yang sangat jarang, ayam petelur bisa saja menghasilkan dua butir telur dalam satu hari. Kalau dirata-ratakan jumlah telur yang diproduksi setiap tahunnya, seekor ayam petelur di peternakan dapat menghasilkan 300 butir telur. Angka rata-rata itu muncul karena ada beberapa faktor yang mempercepat ataupun menghambat proses ayam menghasilkan telur.
Kondisi ini jelas berbeda dengan ayam di alam liar yang merupakan leluhur ayam petelur. Dilansir Bird Spot, ayam betina di alam liar hanya akan bertelur saat ada banyak makanan di sekitar dan kondisi lingkungan yang mendukung untuk bertelur sampai melakukan inkubasi. Diluar musim kawin, ayam betina di alam liar akan “mengecilkan” ovarium. Sebab, menghasilkan telur itu butuh energi yang sangat besar dan kalau ayam liar sembarangan menggunakan energi tersebut, dirinya bisa terancam.
Akan tetapi, ada persamaan antara ayam betina di peternakan dan alam liar. Keduanya akan tetap bertelur sekalipun tak ada jantan yang membuahi telur tersebut. Yang penting, selama masih ada dalam periode bertelur (clutch), ayam betina akan terus menghasilkan telur sampai musim berganti pada ayam liar dan sampai usia maksimal bagi ayam di peternakan.
3. Kenapa ayam petelur di peternakan bisa menghasilkan telur secara terus menerus?

Untuk menjawab pertanyaan ini, ternyata kita perlu melacak jejak manusia mulai berternak ayam untuk bertelur. Dilansir Bird Spot, sebuah gen pada ayam bernama thyroid-stimulating hormone receptor (TSHR) yang bertanggung jawab untuk menghasilkan telur sudah mulai diseleksi oleh manusia sejak tahun 920. Tentunya, proses seleksi pada masa tersebut tidak secara langsung menargetkan gen itu karena keterbatasan ilmu pengetahuan.
Manusia pada masa tersebut mengamati mana ayam-ayam yang bertelur dalam waktu relatif cepat dan waktu yang lama, kemudian memutuskan untuk mengembangbiakkan jenis ayam dengan rata-rata produksi telur yang tinggi saja. Lama-lama, proses pengembangbiakan selektif ini menghasilkan keturunan yang punya gen TSHR dalam jumlah besar sehingga meningkatkan kapabilitas produksi bertelur ayam-ayam petelur modern. Dari proses itu pula kita mengenal ragam jenis ayam petelur yang disesuaikan dengan lokasi geografis, hasil produksi telur, dan cara perawatan yang berbeda-beda.
Jadi itu dia jawaban atas pertanyaan kenapa ayam di peternakan mampu menghasilkan telur hampir setiap hari. Dari sini, kita belajar kalau campur tangan manusia ternyata dapat memengaruhi genetik dan perilaku spesies hewan yang tadinya liar dan tidak banyak memproduksi sesuatu, sampai jadi spesies yang sangat bermanfaat bagi kita. Tentunya, proses domestikasi itu tidak berlangsung dalam waktu singkat, perlu banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman, sampai belajar dari kesalahan-kesalahan yang ada dari pendahulu kita. Siapa sangka kalau ternyata ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sebutir telur yang sering kita masak, ya!