Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi globe (pexels.com/pixabay)
ilustrasi globe (pexels.com/pixabay)

Intinya sih...

  • Negara mengganti nama setelah meraih kemerdekaan dari penjajahan

  • Pergantian nama terjadi saat perubahan rezim atau ideologi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu bertanya-tanya kenapa ada negara yang berganti nama? Di satu sisi, ada negara yang sejak dulu tetap memakai nama yang sama, tapi di sisi lain, ada yang beberapa kali mengubah identitasnya. Pergantian nama ini bukan hal sederhana, karena sering kali mencerminkan perjalanan panjang bangsa tersebut, mulai dari perjuangan politik, pengaruh kolonial, hingga dinamika budaya yang terus berkembang.

Lebih dari sekadar perubahan sebutan, nama negara bisa menjadi simbol kedaulatan, alat diplomasi, bahkan penegasan jati diri. Banyak kisah menarik di balik keputusan besar ini. Menelusuri alasan di balik pergantian nama negara membantu kita memahami bagaimana identitas nasional terbentuk dan terus berevolusi mengikuti zaman.

1. Perubahan politik dan kemerdekaan

Salah satu alasan paling umum sebuah negara mengganti namanya adalah ketika mereka meraih kemerdekaan dari penjajahan. Selama masa kolonial, banyak nama negara yang ditentukan oleh penjajah, entah diambil dari bahasa asing, nama raja, atau istilah yang tidak mencerminkan budaya lokal. Setelah merdeka, negara-negara tersebut berusaha menegaskan kedaulatannya dengan nama baru yang lebih dekat dengan akar sejarah dan budaya mereka.

Contohnya, India dalam naskah kuno disebut “Bharat”, tapi selama masa penjajahan Inggris dikenal luas sebagai India. Setelah merdeka pada 1947, kedua nama tersebut diakui, tapi “Bharat” dianggap lebih menekankan identitas asli. Begitu juga dengan Gold Coast yang setelah merdeka dari Inggris pada 1957 mengganti nama menjadi Ghana, terinspirasi dari kerajaan besar di Afrika kuno.

2. Perubahan ideologi dan sistem pemerintahan

Pergantian nama negara juga sering muncul saat terjadi perubahan rezim atau ideologi. Tujuannya, memutuskan hubungan dengan masa lalu dan membangun citra baru.

Misalnya, pada 1935 Persia resmi meminta dunia internasional menyebutnya Iran, yang berarti “Tanah Bangsa Arya.” Reza Shah Pahlavi ingin menekankan warisan asli bangsanya dan meninggalkan sebutan Persia yang berasal dari sumber Yunani.

Contoh lainnya adalah Ceylon, bekas jajahan Inggris. Setelah menjadi republik pada 1972, negara itu mengganti nama menjadi Sri Lanka, istilah dari bahasa Sanskerta yang menghubungkan kembali ke sejarah pra-kolonial dan warisan Buddha di pulau tersebut.

3. Perubahan geopolitik dan wilayah

ilustrasi globe (pexels/Ricky Gálvez)

Terkadang, perubahan batas wilayah atau pecahnya sebuah negara juga melahirkan nama baru. Nama ini berfungsi menegaskan identitas politik baru setelah terjadinya pemisahan atau penggabungan. Kasus paling jelas terlihat pada bubarnya Yugoslavia di tahun 1990-an, yang melahirkan negara-negara baru seperti Serbia, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina. Setiap nama mencerminkan sejarah dan identitas etnis masing-masing.

Di Afrika, Swaziland resmi berubah menjadi Eswatini pada 2018. Alasannya bukan hanya untuk menandai 50 tahun kemerdekaan, tapi juga untuk menghindari kebingungan dengan Switzerland. Nama Eswatini berarti “Tanah Bangsa Swazi,” memperkuat akar budaya lokal.

4. Identitas budaya dan bahasa

Bagi banyak negara pasca-kolonial, pergantian nama adalah cara untuk merebut kembali identitas asli mereka. Nama kolonial sering dianggap simbol penindasan, sehingga diganti dengan istilah dari bahasa lokal.

Contoh yang terkenal adalah Burma yang pada 1989 diganti menjadi Myanmar oleh pemerintah militer. Nama ini diambil dari penyebutan mayoritas etnis di negara tersebut dalam bahasa lokal. Namun, pergantian nama ini sempat menimbulkan kontroversi internasional karena terkait situasi politik dalam negeri.

5. Diplomasi dan pengakuan internasional

Nama negara juga bisa berubah karena faktor diplomasi. Terkadang, sebuah negara memilih nama baru untuk memperbaiki hubungan internasional atau memuluskan jalan masuk ke organisasi dunia. 

Kasus Makedonia menarik untuk disimak. Selama bertahun-tahun, negara ini hanya diakui dengan nama panjang “Former Yugoslav Republic of Macedonia” karena keberatan dari Yunani yang memiliki provinsi bernama sama. Pada 2019, mereka resmi mengganti nama menjadi Makedonia Utara (North Macedonia), sehingga bisa bergabung dengan NATO dan mendekat ke Uni Eropa.

Pergantian nama negara bukanlah hal sepele. Ini adalah simbol perubahan sejarah, politik, dan identitas bangsa. Nama baru yang dipilih sering kali membawa makna mendalam, sebuah pernyataan tentang siapa mereka, dari mana asal mereka, dan bagaimana mereka ingin dikenal di dunia. Setiap perubahan nama adalah bab penting dalam kisah panjang perjalanan sebuah negara.

Referensi

BBC. Diakses pada Oktober 2025. Why Do Countries Change Name
Diplomatic Courier.
Diakses pada Oktober 2025. The Evolution of a Country’s Name in the 21st Century
Geopolitics Unplugged.
Diakses pada Oktober 2025. Reclaiming Identity: The Politics
HowStuffWorks.
Diakses pada Oktober 2025. Countries Changed Names
Times of India.
Diakses pada Oktober 2025. List of Countries That Changed Their Names

Editorial Team