Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
aplikasi cuaca (pexels.com/Mochammad Algi)
aplikasi cuaca (pexels.com/Mochammad Algi)

Intinya sih...

  • Kelembapan udara tinggi membuat panas tubuh terperangkap, menciptakan heat index yang tinggi.

  • Sinar matahari langsung meningkatkan suhu permukaan kulit, terutama di lingkungan terbuka dengan permukaan keras.

  • Kecepatan angin rendah, efek pulau panas perkotaan, aktivitas fisik, pakaian, dan persepsi psikologis juga memengaruhi rasa panas yang dirasakan tubuh.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah melihat suhu di ponsel hanya 31°C, tapi tubuh terasa seperti terbakar di bawah matahari? Peristiwa ini bukan sekadar perasaan, melainkan hasil dari kombinasi berbagai faktor lingkungan yang memengaruhi cara tubuh manusia merasakan panas. Fenomena ini dikenal sebagai heat index atau indeks panas, yaitu angka yang menggambarkan suhu yang dirasakan oleh tubuh.

Berbagai elemen seperti kelembapan udara, paparan langsung sinar matahari, dan kecepatan angin berperan besar dalam menciptakan rasa panas yang menyiksa. Yuk, simak beberapa faktor yang menyebabkan fenomena ini bisa terjadi!

1. Kelembapan udara yang tinggi

ilustrasi seseorang sedang merasa gerah (freepik.com/Freepik)

Ketika kelembapan udara tinggi, keringat sulit menguap dari kulit. Padahal, penguapan keringat adalah cara utama tubuh menurunkan suhu. Akibatnya, panas tubuh terperangkap dan cuaca terasa jauh lebih panas dari suhu sebenarnya. Inilah yang disebut heat index atau indeks panas, yaitu suhu yang dirasakan tubuh akibat kombinasi suhu dan kelembapan. Misalnya, suhu 32°C dengan kelembapan 70% bisa terasa seperti 41°C.

2. Sinar matahari langsung

ilustrasi seseorang berada langsung di bawah terik matahari (freepik.com/Freepik)

Suhu udara biasanya diukur di tempat teduh dengan sirkulasi udara yang baik. Namun saat kamu berada langsung di bawah sinar matahari, tubuh menerima tambahan panas dari radiasi matahari. Radiasi ini secara signifikan meningkatkan suhu permukaan kulit, sehingga suhu yang dirasakan menjadi lebih tinggi dibanding angka yang tercatat di alat pengukur cuaca. Kondisi ini akan terasa lebih ekstrem di lingkungan terbuka dengan permukaan keras seperti aspal atau beton, karena panas tidak hanya datang dari atas, tapi juga dipantulkan dari permukaan sekitar.

3. Kecepatan angin yang rendah

ilustrasi cuaca yang terik (pixabay.com/Bruno)

Angin membantu tubuh mendinginkan diri dengan mempercepat penguapan keringat dan mengalirkan udara panas menjauh dari permukaan kulit. Tapi saat angin bertiup pelan atau tidak ada sama sekali, udara panas akan berkumpul di sekitar tubuh. Akibatnya, proses pendinginan alami tubuh melambat, dan sensasi panas pun meningkat, meskipun suhu udara sebenarnya tidak terlalu tinggi. Situasi ini sering terjadi di ruang terbuka yang pengap atau saat cuaca benar-benar tenang tanpa hembusan angin.

4. Efek pulau panas perkotaan (Urban Heat Island)

ilustrasi termometer yang menunjukkan suhu tinggi (pixabay.com/Gerd Altmann)

Kawasan perkotaan cenderung terasa lebih panas karena material seperti aspal dan beton menyerap dan memantulkan panas. Efek ini disebut Urban Heat Island. Suhu di kota bisa 1–10°C lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya, apalagi jika minim pepohonan dan ruang hijau. Akibatnya, meskipun suhu yang tercatat di alat pengukur tidak terlalu tinggi, panas yang dirasakan tubuh bisa jauh lebih panas, terutama saat cuaca terik atau terjadi gelombang panas.

5. Aktivitas fisik dan pakaian

ilustrasi tubuh bisa terasa lebih panas dari suhu sebenarnya, apalagi saat beraktivitas di luar ruangan (freepik.com/Gpointstudio)

Saat kamu beraktivitas seperti olahraga atau berjalan jauh, tubuh otomatis menghasilkan panas tambahan dari dalam. Di cuaca panas dan lembab, panas ini sulit dilepaskan karena penguapan keringat tidak optimal, sehingga tubuh terasa semakin gerah. Selain itu, pakaian juga berperan penting. Bahan yang tidak menyerap keringat, terlalu ketat, atau tebal bisa menghambat sirkulasi udara. Akibatnya, panas terjebak di tubuh, dan kamu merasa jauh lebih panas daripada suhu yang sebenarnya.

6. Persepsi dan psikologis

ilustrasi seseorang yang merasa tidak nyaman secara mental akibat cuaca panas (pixabay.com/Gerd Altmann)

Perasaan panas bisa dipengaruhi oleh kondisi mental. Saat kamu merasa lelah, gelisah, atau berada di tempat yang padat dan bising, otak bisa memperkuat sensasi panas meski suhu sebenarnya tidak terlalu tinggi. Selain itu, ekspektasi cuaca juga berpengaruh. Misalnya, saat kamu berharap udara sejuk tapi ternyata cukup terik, rasa panas akan terasa lebih menyiksa jika kamu sudah siap dengan kondisi tersebut.

Ternyata, rasa panas tak sesederhana angka di layar cuaca. Banyak hal memengaruhinya, dari sinar matahari langsung hingga kondisi tubuh dan pikiran. Dengan tahu penyebabnya, kita bisa lebih siap menghadapi hari-hari yang panas menyengat.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team