Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Orang Mesir Kuno Sangat Suka Kucing?

ilustrasi kucing (pexels.com/@didsss)

Kucing adalah hewan yang populer bagi bangsa Mesir Kuno. Kucing digambarkan di banyak peninggalan Mesir Kuno yang menunjukkan bahwa orang Mesir sangat menghargai kucing. Bagi mereka, kucing bukan hanya sebagai hewan peliharaan biasa, tetapi juga menjadi simbol keanggunan dan perlindungan.

Pada awalnya, kucing termasuk hewan liar. Sampai akhirnya, kucing mulai didomestikasi. Perilaku menyakiti, bahkan membunuh kucing, dianggap sebagai perbuatan terlarang bagi masyarakat Mesir Kuno. Lantas, kenapa orang Mesir Kuno sangat suka kucing? Berikut pembahasannya.

 

1. Kucing termasuk hewan liar sebelum didomestikasi

ilustrasi kucing liar (unsplash.com/@agapetrn)

Kucing memiliki hubungan yang istimewa dengan orang Mesir Kuno. Kecintaan orang Mesir Kuno terhadap kucing tergambar dari banyaknya gambar kucing pada hieroglif, obelisk, dan bentuk peninggalan lainnya. Pada zaman Mesir Kuno, manusia dan kucing diperkirakan mulai berinteraksi setelah 4000 Sebelum Masehi (SM).

Dilansir University College London, ada dua spesies kucing liar yang ada di Mesir, yaitu kucing hutan dan kucing liar afrika. Saat itu, kucing-kucing kemungkinan besar masih belum dijinakkan sepenuhnya. Meski ada lebih dari satu jenis kucing, mereka menyebut kucing dengan kata miu atau miit yang artinya 'dia yang mengeong'.

Antara 4000 sampai 2000 SM, manusia dan kucing mulai hidup berdampingan secara bertahap. Para arkeolog percaya bahwa pendorong utama domestikasi kucing pada awalnya adalah kegunaannya sebagai pembasmi hama. Proses domestikasi kucing oleh orang Mesir Kuno diduga menjadi awal mula kucing peliharaan saat ini.

 

2. Kucing dapat mengendalikan jumlah tikus

ilustrasi kucing membunuh ular (picryl.com/Metropolitan Museum of Art image)

Sebagian besar kegiatan ekonomi masyarakat Mesir Kuno adalah pertanian dengan biji-bijian. Mereka menyadari bahwa kehadiran kucing di lumbung penyimpanan biji-bijian dapat membantu mengurangi masalah hama. Orang Mesir Kuno menghargai kucing karena keahliannya ini, mengutip laman Carnegie Museum of Natural History. Kucing kemudian diperlakukan dengan baik dan mulai tinggal di sekitaran rumah sekitar 2000 SM.

Selain memangsa hama kecil, seperti tikus, kucing juga dikenal dapat membunuh hewan berbahaya, seperti ular dan kalajengking. Ular merupakan ancaman bagi masyarakat Mesir Kuno. Dengan kehadirannya, kucing dapat mengurangi ancaman gigitan ular berbisa.

3. Kucing menjadi hewan peliharaan

ilustrasi kucing (pexels.com/@catscoming)

Seiring berjalannya waktu, kucing menjadi hewan peliharaan yang dicintai dan sering kali dimanjakan. Ini digambarkan pada dinding makam dan prasasti penguburan yang menunjukkan kucing peliharaan duduk di bawah atau di dekat kursi pemiliknya, mengutip laman Glencairn Museum. Dalam penelitiannya, Claudio Ottoni menemukan bahwa semua kucing peliharaan saat ini memiliki nenek moyang yang sama, yaitu kucing liar di Afrika Utara atau Asia Barat Daya bernama Felis silvestris lybica, mengutip laman Library of Congress.

Bangsawan Mesir saat itu juga menyukai kucing. Laman National Geographic Kids menjelaskan bahwa keluarga kaya akan mendandani kucing miliknya dengan perhiasan dan memberi makanan yang pantas. Kucing domestik bukan hanya satu-satunya kucing yang disukai masyarakat Mesir Kuno. Jenis kucing besar, seperti singa, macan tutul, dan citah, sering kali dikaitkan dengan keluarga kerajaan, mengutip laman Reading Museum.

 

4. Bentuk penghormatan terhadap Dewi Bastet

ilustrasi patung kepala Bastet (picryl.com/Los Angeles County Museum of Art - LACMA)

Kucing adalah hewan yang dianggap suci di Mesir. Di Mesir Kuno, kucing-kucing yang dikaitkan dengan dewa-dewa sering dimakamkan, terutama di situs yang berhubungan dengan Dewa Kucing. Yang paling terkenal dari semua Dewa Kucing adalah Bastet yang dipuja di Kota Bubastis.

Bastet dianggap sebagai anak perempuan dari Dewa Matahari, Re. Awalnya, Bastet digambarkan sebagai sosok singa betina yang ganas dan liar. Kemudian, ia digambarkan sebagai patung seorang perempuan berkelapa kucing. Sebagian pakar percaya, pergeseran penggambaran Bastet ini ada hubungannya dengan domestikasi kucing, mengutip laman Carnegie Museum of Natural History.

Glencairn Museum menjelaskan bahwa Bastet adalah salah satu dewa yang paling terkenal di masa Mesir Kuno. Bastet dipuja sebagai dewi rumah tangga pelindung rumah dan dewi kesuburan. Ia dipercaya memiliki kekuatan untuk melindungi dari roh jahat dan penyakit, terutama penyakit yang berhubungan dengan perempuan dan anak-anak. Kadang, Bastet digambarkan sendirian. Di lain waktu, ia digambarkan bersama banyak anak kucing.

5. Kepopuleran kucing di masyarakat Mesir Kuno

ilustrasi patung perunggu kucing The Gayer-Anderson cat (pexels.com/@bopopics)

Kepopuleran kucing dan kegunaannya membuat kucing mendapat posisi penting di masyarakat Mesir. Sebagian orang menamai anak mereka dengan nama kucing, seperti Miut dan Miit. Ketika seekor kucing peliharaan keluarga mati, biasanya pemiliknya akan mencukur alis mereka sebagai tanda berkabung. Selain itu, membunuh seekor kucing merupakan perbuatan terlarang dan akan dijatuhi hukuman mati meski hal tersebut tidak disengaja.

Kucing yang mati juga akan dimumikan dengan cara yang mirip seperti manusia. Menurut laman Carnegie Museum of Natural History, mumi kucing ditempatkan di makam bersama dengan pemiliknya. Mereka meyakini bahwa dengan menempatkan kucing bersama pemiliknya di makam yang sama, mereka bisa bersama di akhirat. 

Orang Mesir Kuno mengagumi dan menyukai kucing karena kemampuannya dalam mengurangi populasi hama tikus. Penghormatan terhadap Dewi Bastet yang disimbolkan sebagai perlindungan dan rumah tangga juga menjadi alasan orang Mesir menghormati kucing. Saking populer dan sakralnya, orang Mesir Kuno menamai anak mereka menggunakan nama kucing, menghukum mati orang yang membunuh kucing, dan melakukan praktik mumifikasi pada kucing.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us