Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ubur ubur, sumber : pixabay.com/Tyna_Janoch

Intinya sih...

  • Ubur-ubur memiliki tentakel yang menyimpan racun dan bisa menyengat dengan cepat melalui nematocyst, struktur kecil berbentuk jarum.

  • Racun ubur-ubur mengandung campuran protein dan enzim yang bisa menyerang sel saraf, kulit, dan pembuluh darah, serta bisa tetap aktif meski hewan sudah mati.

  • Ubur-ubur tidak memiliki otak seperti hewan pada umumnya, namun mereka memiliki sistem saraf primitif yang memungkinkan mereka merespons lingkungan secara refleks.

Ubur-ubur memang terlihat menawan saat berenang perlahan di laut—transparan, lembut, dan kadang bercahaya. Tapi siapa sangka, hewan yang tak punya otak, tulang, atau jantung ini bisa menyengat dengan cukup menyakitkan, bahkan dalam beberapa kasus bisa mematikan.

Pertanyaannya: bagaimana bisa makhluk sesederhana itu punya senjata mematikan? Yuk, kita bahas secara ilmiah tapi santai!

1. Mekanisme sengatan ubur-ubur yang Jarang diketahui

Ubur ubur yang sedang berenang dengan tentacle panjang yang berfungsi untuk menyengat, sumber : pixabay.com/Pexels

Mengutip dari laman National Geographic Kids dalam artikel berjudul Jellyfish Facts, ubur-ubur memiliki tentakel di bagian bawah tubuhnya yang berfungsi untuk menangkap mangsa dan melindungi diri dari ancaman. Di dalam tentakel tersebut terdapat sel khusus bernama cnidocytes. Setiap cnidocyte mengandung struktur mirip jarum kecil yang disebut nematocyst. Nematocyst ini berisi racun dan berada dalam kondisi ‘terkokang’ seperti pegas. Ketika tentakel ubur-ubur menyentuh sesuatu (baik mangsa atau manusia), nematocyst akan menembakkan racunnya dalam waktu kurang dari sepersekian detik!

2. Bagaimana racun ubur-ubur bekerja?

Ubur ubur dipantai, sumber : pixabay.com/ikamyki

Racun ubur-ubur bekerja dengan cara disuntikkan ke tubuh korban melalui nematocyst, struktur kecil berbentuk jarum yang tersembunyi di dalam sel cnidocyte pada tentakelnya. Ketika tentakel ubur-ubur menyentuh kulit, nematocyst akan secara otomatis menembakkan jarumnya ke dalam jaringan, lalu melepaskan racun dalam hitungan milidetik. Mengutip dari laman Australian Institute of Marine Science dalam artikel berjudul Jellyfish Stings, racun ini mengandung campuran protein dan enzim yang bisa menyerang sel saraf, kulit, dan pembuluh darah. Efeknya bisa bervariasi tergantung jenis ubur-ubur, mulai dari rasa gatal, perih seperti terbakar, pembengkakan lokal, hingga reaksi sistemik seperti mual, kejang otot, kesulitan bernapas, bahkan henti jantung pada kasus ekstrem seperti sengatan box jellyfish. Yang mengejutkan, sengatan ubur-ubur tetap bisa terjadi meski hewannya sudah mati, selama nematocyst-nya masih aktif. Itulah mengapa penting untuk tidak menyentuh ubur-ubur, hidup ataupun mati, tanpa perlindungan.

3. Ubur-ubur tak punya otak, tapi bisa bereaksi cepat?

Ubur ubur yang sedang berenang, sumber : pixabay.com/djedj

Ubur-ubur memang tidak memiliki otak seperti hewan pada umumnya. Tapi jangan salah, bukan berarti mereka tidak bisa merespons lingkungan atau bergerak dengan cepat. Ubur-ubur memiliki sistem saraf primitif yang disebut nerve net—jaringan saraf sederhana yang tersebar di seluruh tubuhnya, terutama di sekitar payung dan tentakel. Jaringan ini memungkinkan ubur-ubur untuk merasakan sentuhan, cahaya, dan perubahan arus air, lalu bereaksi secara refleks. Jadi, ketika ada sesuatu menyentuh tentakelnya, ubur-ubur bisa langsung bereaksi, misalnya menembakkan racun atau menggulung tentakelnya untuk menangkap mangsa—semua dilakukan tanpa proses berpikir, karena memang tidak ada pusat pengendalian seperti otak. Hebatnya lagi, beberapa spesies ubur-ubur bahkan punya organ khusus yang disebut rhopalia, yang berfungsi sebagai "sensor" untuk keseimbangan dan cahaya. Ini yang membuat ubur-ubur bisa mengatur arah renangnya meski tanpa mata dan telinga seperti kita.

4. Tersengat ubur ubur? tenang, ini yang harus kamu lakukan

Cannonball ubur-ubur, Myrtle beach, Samudera atlantik, sumber : pixabay.com/debonline

Tersengat ubur-ubur bisa terasa menyakitkan, menyebabkan kemerahan, rasa terbakar, bahkan nyeri luar biasa. Meskipun sebagian besar ubur-ubur di Indonesia tidak mematikan, tetap penting untuk menangani sengatan dengan benar agar tidak memperparah kondisi.

Berikut langkah-langkah pertolongan pertama jika tersengat ubur-ubur yang mengacu pada panduan Mayo Clinic yang berjudul Jellyfish Sting :

  • Jangan Digosok atau Dikucek

    Menggosok area yang tersengat justru bisa memicu lebih banyak nematocyst (kantong racun kecil) yang belum melepaskan racunnya untuk aktif. Hindari juga menggaruk meski terasa gatal.

  • Bilas dengan Air Laut, Bukan Air Tawar

    Kalau kamu masih di pantai, bilas luka sengatan pakai air laut, bukan air tawar. Air tawar bisa bikin sel racun (nematocyst) yang belum meledak jadi aktif. Jadi, air laut justru lebih aman!

  • Pakai Cuka Kalau Ada

    Kalau kamu atau petugas pantai punya cuka (vinegar), siramkan ke bagian yang tersengat. Cuka bisa bantu menonaktifkan racun pada beberapa jenis ubur-ubur. Tapi jangan asal pakai juga kalau nggak yakin jenis ubur-uburnya.

  • Angkat Sisa Tentakel

    Kalau masih ada tentakel nempel di kulit, angkat pelan-pelan pakai pinset atau benda tumpul. Jangan pakai tangan langsung, ya—soalnya bisa nyengat lagi!

    Kompres Air Hangat

    Setelah dibersihkan, kompres bagian yang tersengat dengan air hangat (bukan panas banget) sekitar 20–30 menit. Ini bisa bantu kurangi rasa sakit dan efek racunnya.

5. Kalau kondisimu begini, segera ke dokter

  • Kulitmu makin bengkak atau nyeri luar biasa

  • Muncul gejala seperti mual, sesak napas, atau pusing

  • Kamu tersengat di area sensitif seperti wajah atau alat kelamin

  • Korban adalah anak-anak, lansia, atau punya riwayat alergi

6. Jangan lakukan ini!

  • Jangan oleskan air kencing (mitos ini udah terbukti salah!)

  • Jangan digosok pakai pasir atau es batu langsung

7. Bukan hanya menyengat, tapi juga mengingatkan

Ubur ubur laut dalam, sumber : pixabay.com/iulianscutelnicuph

Sengatan ubur-ubur adalah bentuk mekanisme pertahanan alami, bukan karena mereka "jahat". Ini cara mereka bertahan hidup dan berburu di laut. Kita sebagai manusia harus belajar menghormati ruang hidup mereka, tidak menyentuh sembarangan, dan tetap menjaga laut agar tidak tercemar atau rusak—karena perubahan lingkungan juga bisa meningkatkan populasi ubur-ubur secara berlebihan.

Ubur-ubur mengajarkan kita bahwa alam itu penuh kejutan. Di balik bentuknya yang halus dan tampak rapuh, tersimpan sistem pertahanan canggih dan keindahan evolusi. Jangan hanya terpukau oleh visualnya, yuk belajar lebih dalam dan jaga kelestariannya. Karena setiap makhluk di laut punya peran dan cerita tersendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team