Kontrasepsi AMH bisa Cegah Kehamilan pada Kucing selama Dua Tahun

Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, overpopulasi kucing menjadi masalah yang belum teratasi. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah sterilisasi, kastrasi, atau pengebirian. Pada kucing jantan, ini dilakukan dengan membuang testis, sementara pada kucing betina, indung telur dan rahimnya diangkat.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications pada 6 Juni 2023, kontrasepsi AMH bisa mencegah kucing betina hamil setidaknya selama dua tahun. Simak detailnya di bawah ini!
1. Awalnya, AMH digunakan untuk melindungi cadangan ovarium pada perempuan yang menjalani kemoterapi
Menurut Patricia K. Donahoe, salah satu peneliti yang terlibat sekaligus direktur Pediatric Surgical Research Laboratories, hormon anti-Müllerian (AMH) atau zat penghambat Müllerian adalah hormon non-steroid alami yang diproduksi oleh ovarium pada mamalia betina (termasuk manusia) dan di testis pada jantan.
Pada penelitian sebelumnya, AMH digunakan untuk melindungi cadangan ovarium pada perempuan yang menjalani kemoterapi. Menurut David Pépin, peneliti yang lain sekaligus profesor di Harvard Medical School, peningkatan kadar AMH di luar ambang batas tertentu menekan pertumbuhan folikel ovarium, yang efektif untuk mencegah ovulasi dan konsepsi (pembuahan).
"Dosis tunggal AMH (bisa) mencegah ovulasi dan pembuahan pada kucing betina setidaknya selama dua tahun," tulis mereka.
2. Cara kerja kontrasepsi AMH

Untuk meningkatkan kadar AMH pada kucing domestik betina, para peneliti menciptakan vektor terapi gen adeno-associated viral (AAV) dengan versi gen AMH kucing yang sedikit diubah. David mengatakan bahwa satu suntikan vektor terapi gen membuat otot kucing menghasilkan AMH dan menyebabkan kadar AMH meningkat sekitar 100 kali lebih tinggi dari biasanya.
Penelitian ini melibatkan enam kucing betina yang diberi terapi gen dengan dua dosis terpisah dan tiga kucing yang dimasukkan dalam kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan). Lalu, seekor kucing jantan dimasukkan ke koloni betina untuk dua kali percobaan kawin selama empat bulan.
Hasilnya, semua kucing dalam kelompok kontrol melahirkan anak, sementara kucing yang diberi terapi gen tidak hamil. Menurut Philippe Godin, salah satu peneliti yang terlibat, terapi tersebut membuat kadar AMH tetap tinggi selama dua tahun.
3. Diklaim tidak memiliki efek samping pada kucing betina
Sejauh ini, tidak ada efek samping pada kucing betina yang terlibat. Selain itu, terapi tersebut tidak memengaruhi hormon penting seperti estrogen. Ini menunjukkan bahwa terapi ini aman dan bisa ditoleransi dengan baik, asalkan diberikan pada dosis yang tepat.
"Tujuan kami adalah menunjukkan bahwa kontrasepsi permanen yang aman dan efektif pada hewan dapat dicapai dengan menggunakan terapi gen," tegas David.
Namun, masih perlu studi tambahan yang melibatkan kucing dengan jumlah yang lebih banyak sebelum terapi ini dapat diaplikasikan secara luas. Semoga suatu saat nanti kucing kita bisa merasakan manfaatnya!