Teori Apungan Benua: Pengertian, Bukti, dan Penolakan

Berawal dari Pangea, kini bumi punya 7 benua

Saat ini kita mengenali bumi dengan 7 benua dan 5 samudra. Namun tahukah kamu, kalau bumi dulu hanya terdiri dari satu daratan super luas bernama Pangea dan samudra tak terbatas bernama Pathalasa? Pendapat ini dinamakan teori apungan benua alias continental drift theory.

Populer saat awal abad ke 20, teori ini menyebutkan bahwa benua bergerak dari waktu ke waktu. Teori apungan benua menjadi salah satu teori pertama yang mengemukakan bagaimana permukaan bumi terbentuk.

Memperkuat teori, ilmuwan pencetusnya juga memberikan bukti bahwa permukaan bumi sekarang ibarat potongan puzzle yang jika disusun dapat membentuk sebuah kesatuan. Bagaimana lengkapnya?

1. Pengertian teori apungan benua

Continental drift theory atau teori apungan benua dikemukakan oleh ilmuwan bernama Alfred Wegener pada tahun 1912. Pendapat ini dituangkan pada sebuah buku berjudul The Origin of Continents and Oceans yang menyebutkan bahwa daratan benua melintasi Bumi dengan cara 'menghanyut'. Wegener menjelaskan gerakan ini sebagai proses pergeseran benua. 

Alfred Wegener yang merupakan seorang astronom, menggunakan kajian ilmu biologi, botani, dan geologi untuk menjelaskan awal mula permukaan Bumi. Ia meyakini bahwa jauh di masa lampau, Bumi hanya terdiri dari satu superbenua yang dinamakan Pangea. Istilah pangea sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti seluruh bumi

Menurut Wegener, Pangea ada sekitar 240 juta tahun yang lalu atau pada akhir Periode Trias. Daratan besar ini mulai terfragmentasi 200 juta tahun yang lalu. Jutaan tahun berikutnya, Pangea terus terpisah menjadi potongan-potongan benua yang saling menjauh.

Lebih detail pisahan benua yang mengalami pergeseran ke barat dari Amerika membuka Samudra Atlantik. Adapun blok India 'menghanyut' melintasi Khatulistiwa dan berhimpit dengan Asia. Potongan inilah cikal bakal 7 benus yang ada saat ini. 

Untuk memperkuat teori yang ia cetuskan, Wegener membeberkan sejumlah bukti. Termasuk bagaimana potongan benua yang ada bisa 'disatukan' layaknya puzzle.

Hal ini karena bentuk tepi benua, terlebih yang menunjukkan landas kontinen memiliki kesamaan antar bagian. Dilansir laman Britannica.com, hubungan yang paling mudah diidentifikasi yakni Amerika Selatan bagian timur dengan teluk Afrika.

2. Bukti teori apungan benua

Teori Apungan Benua: Pengertian, Bukti, dan Penolakanilustrasi potongan benua menurut teori Apungan Benua (nationalgeographic.org)

Saat berada di Marburg 1911, Wegener menemukan sebuah makalah ilmiah yang menyebutkan bahwa ditemukan fosil tumbuhan dan hewan identik di sisi berseberangan dari Atlantik. Itulah awal Wegener menemukan lebih banyak kasus organisme serupa yang dipisahkan oleh lautan luas.

Kondisi itu, menurut ilmu ortodoks pada masanya, disebabkan oleh adanya jembatan darat yang menghubungkan benua berjauhan. Jembatan ini kemudian tenggelam seiring berjalannya waktu.

Namun, Wegener justru berpikir bagaimana kalau hal itu terjadi karena benua dulunya tergabung menjadi satu? Ia pun menuliskan pendapatnya: "Keyakinan akan kebenaran mendasar dari gagasan itu berakar di benak saya", mengutip laman ucmp.berkeley.edu.

Adapun sejumlah bukti teori apungan benua menurut Wegener yakni:

Kesamaan fosil hewan dan tumbuhan

Penemuan kesamaan fossil hewan bahkan di tempat yang jauh berbeda benua. Wegener memperkuat argumennya dengan pendapat bahwa organisme tidak akan mampu melakukan perjalanan melintasi lautan bahkan samudra.

Misalnya, fosil mesosaurus reptil purba hanya ditemukan di Afrika bagian selatan dan Amerika Selatan. Mesosaurus adalah hewan reptil air tawar yang hidup sekitar 260 juta tahun lalu. Ia memiliki panjang tubuh hanya satu meter (3,3 kaki) dan tidak bisa berenang di Samudra Atlantik. Kehadiran mesosaurus menunjukkan habitat tunggal dengan lokasi air tawar, seperti danau, rawa, dan sungai-sungai. 

Tidak hanya hewan, fosil tumbuhan yang ada di kepulauan Arktik, Svalbard, Norwegia juga menjadi bukti daerah dingin ini pernah beriklim tropis. Fosil tumbuhan yang ditemukan ini tidak termasuk jenis tumbuhan hidup dengan suhu dingin. Adapun Wegener meyakini fosil-fosil ini merupakan tumbuhan tropis dan berasal dari lingkungan yang jauh lebih hangat serta lembab. 

Kesamaan struktur, jenis, dan usia batuan

Guna memperkuat teorinya, Wegener mempelajari stratigrafi berbagai batuan dan pegunungan. Hasilnya sebagaimana disebutkan sebelumnya, pantai timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika seolah menyatu seperti potongan puzzle.

Tidak hanya dilihat dari segi bentuk, Wegener menemukan lapisan batuan di kedua tempat tersebut memiliki kesamaan dengan jelas. Pun adanya endapan laut berusia Jurrasic (sekitar 199,6 juta hingga 145,5 juta tahun) yang ada di sepanjang garis pantai Atlantik menunjukkan bahwa tidak ada lautan sebelum masa tersebut.

Selain Amerika Selatan dan Afrika, Wegener juga menemukan bahwa Pegunungan Appalachian di Amerika Serikat bagian timur secara geologis serupa dengan Pegunungan Caledonian di Skotlandia. Kesamaan ini dilihat dari jenis, struktur, dan juga usia susunan batuan yang ada. 

Dilansir Geoscience LibreText, alur dan endapan batu yang terbentuk oleh gletser kuno kini ditemukan di berbagai benua dengan lokasi dekat khatulistiwa. Menurut Wegener, gletser yang kini hanya bisa dijumpai di kutub, dulunya terbentuk di tengah lautan dan/atau menutupi sebagian besar bumi. Wegener berpikir bahwa gletser berpusat di daratan selatan dekat Kutub Selatan sebelum benua-benua bergerak ke posisinya sekarang. 

Baca Juga: 5 Teori Konspirasi yang Tampak Ilmiah, Apakah Kita Ini Hanya Simulasi?

3. Penolakan dan dampak teori apungan benua

Teori Apungan Benua: Pengertian, Bukti, dan Penolakanilustrasi bumi (unsplash.com/jason schuller)

Sebagaimana ilmu pengetahuan lain, teori apungan benua mendapat kajian dan kritik dari ilmuwan lain. Muncul pertanyaan terkait teori apungan benua: bagaimana mekanisme fragmentasi benua, mengapa potongan benua itu 'hanyut', serta pola apa yang mereka ikuti? 

Dilansir National Geographic, Wegener menyebutkan kemungkinan penyebabnya yakni rotasi bumi. Perputaran bumi pada porosnya itu memicu Pangea terpecah dan potongan benua bergeser ke arah berjauhan. Pendapat tersebut dirasa kurang tepat sehingga tidak banyak yang setuju dengan teori pergerakan permukaan bumi ini. 

Selain bukti yang dirasa kurang meyakinkan, satu hal lain yang menyebabkan teori apungan benua diragukan: Wegener bukanlah merupakan seorang geologist. Faktor ini juga yang membuat banyak ilmuwan geofisika dan geologi yang menolak pandangan Wegener.

Ilmuwan lebih setuju dengan pandangan Dana mengenai permanence theory yang menyatakan tidak terjadi pergerakan benua-benua di bumi ini, melansir laman Insanpelajar.com. Belum ditemukannya gaya penggerak benua karena dianggap terlalu berat menjadi penguat teori kontra apungan benua. Pun masa itu belum ditemukan arus konveksi mantel yang dianggap sebagai penggerak lempeng tektonik. 

Meski tidak lagi digunakan, teori apungan benua berdampak besar pada keilmuan geografi masa kini. Dua di antaranya yakni lahirnya anggapan bahwa bumi terus bergerak seiring berjalannya waktu, serta mendorong minat penelitian dan perkembangan sains tektonik. Proses panjang ini juga yang nantinya melahirkan teori tektonik lempeng modern sebagaimana yang kita pelajari di bangku sekolah zaman sekarang. 

Teori apungan benua ini sangat terasa manfaatnya, bukan? Adanya pendapat dari Wegener jelas memperkaya khazanah keilmuan tentang bumi dan fakta bahwa benua tempat kita menjejak tidak pernah diam. Menarik, ya?

Baca Juga: Teori Abiogenesis: Teori Asal Usul Kehidupan

Topik:

  • Laili Zain
  • Langgeng Irma Salugiasih
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya