5 Peran Lamun, Penjaga Keseimbangan Laut hingga Mitigasi Iklim

- Lamun atau meadow seagrass merupakan tumbuhan laut yang penting bagi ekosistem, dengan 15 spesies di Indonesia.
- Lamun berperan sebagai habitat dan sumber makanan bagi spesies terancam punah seperti dugong dan penyu.
- Padang lamun juga menyerap karbon, menyaring nutrisi, dan melindungi pesisir dari erosi serta gelombang badai.
Lamun atau meadow seagrass merupakan tumbuhan laut yang tumbuh di perairan pesisir yang dangkal, membentuk padang rumput, sehingga dikenal sebagai “Padang Lamun”. Dikutip dari BRIN, Indonesia memiliki 15 spesies dari 60 jenis spesies lamun yang tersebar di dunia. Spesies lamun yang banyak dijumpai di sepanjang perairan di Indonesia adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Cymodocea serrulata.
Lamun tumbuh di area yang terjangkau oleh sinar matahari, di mana area tersebut dibutuhkannya sebagai penyedia nutrisi untuk fotosintesis. Untuk penyerbukan, lamun bergantung pada pergerakan air serta krustasea kecil yang membawa serbuk sari lengket di punggungnya, yang mirip dengan cara lebah menyerbuki tanaman di daratan.
Tidak hanya sebagai habitat organisme laut, lamun berperan penting bagi ekosistem secara keseluruhan, hingga penyerapan karbon. Akan tetapi, keberadaannya kini sedang mengalami krisis karena cakupan global menurun dengan cepat. Terbukti persebaran lamun menjadi salah satu concern United Nations of Environment Programme dalam SDGs terkait ekosistem bawah laut. Berikut ini adalah peran penting lamun bagi ekosistem laut.
1. Habitat dan sumber makanan bagi organisme laut

Seperti halnya mangrove dan terumbu karang, padang lamun merupakan habitat terbaik bagi beberapa spesies terancam punah seperti dugong dan penyu. Mereka menjadikan padang hijau bawah laut itu sebagai tempat tinggal yang menyediakan sumber makanan berlimpah. Tak hanya bagi spesies yang terancam punah, padang lamun juga menjadi sumber makan terbaik untuk kerang, aneka ikan kecil hingga ikan baronang, kuda laut, rajungan, dan berbagai krustasea.
Dugong merupakan salah satu dari sekian satwa laut yang sangat bergantung pada persebaran lamun. Dugong memakan lamun dengan cara mengaduk substrat yang ada di bawah pasir laut. Cara ini membantu siklus nutrient di alam dan menyuburkan tanah yang ada di bawah perairan, sehingga Dugong juga berperan besar dalam penyebaran pertumbuhan lamun. Itulah sebabnya selain konservasi Dugong, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mendorong daerah agar menginisiasi ekosistem padang lamun sebagai habitat kunci Dugong untuk menjadi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD).
2. Menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar

Sebagai komponen utama upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, padang lamun mampu menyerap karbon hingga 35 kali lebih efisien daripada hutan hujan tropis, dan meskipun hanya menutupi 0,2 persen dasar laut, hamparan lamun menyimpan sekitar 18 persen karbon laut di dunia. Tanaman laut ini juga berfungsi sebagai penyangga terhadap pengasaman laut dan energi gelombang, serta berpotensi membantu kehidupan laut untuk beradaptasi dengan iklim yang memanas.
Cadangan karbon pada lamun itu tersimpan pada substrat di bawah permukaan pasir laut yang menyatu dengan akar lamun, serta mampu bertahan dalam kurun waktu lama jika kawasan pesisir tidak mengalami kerusakan.
3. Lamun turut membantu terumbu karang sebagai habitat

Padang lamun merupakan salah satu habitat terpenting bagi terumbu karang, yang menyediakan makanan, tempat berteduh, dan tempat berkembang biak bagi banyak hewan laut. Hamparan hijau di bawah laut ini berfungsi sebagai penyaring nutrisi dan sedimen bagi terumbu karang. Sama seperti ginjal manusia, padang lamun dapat menyaring limpasan dan polusi pesisir yang berbahaya untuk 'membersihkan' air sebelum mencapai karang.
Hamparan lamun juga merupakan tempat mencari makan yang penting bagi hewan pemakan rumput terbesar di terumbu karang, yang bergantung pada padang lamun untuk bertahan hidup. Penyu hijau dewasa memakan sekitar dua kilogram lamun sehari, sementara dugong dewasa memakan hampir 30 kilogram sehari.
4. Manfaat lamun bagi manusia

Padang lamun sangat krusial bagi produksi perikanan dunia. Sebagaimana perannya dalam menyediakan habitat pembibitan yang berharga bagi lebih dari seperlima dari 25 perikanan terbesar di dunia. Lamun juga dapat meningkatkan kualitas air melalui proses penyaringan, daur ulang, penyimpanan nutrisi dan polutan, serta dapat mengurangi keberadaan bakteri laut patogen. Hal ini tidak hanya menyediakan perlindungan bagi keamanan manusia, tetapi juga mengurangi penyakit pada terumbu karang dan kontaminasi pada makanan laut.
Dalam kajian terbaru, ekosistem padang lamun terbukti secara signifikan mengurangi bakteri patogen manusia pada bivalvia laut (kerang-kerangan). Sebagaimana diketahui bivalvia laut merupakan sumber makanan penting manusia di seluruh dunia. Selain itu, lamun juga memberikan manfaat budaya di seluruh dunia dengan mendukung kegiatan pariwisata dan rekreasi.
5. Menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan laut

Padang lamun juga berperan penting dalam perlindungan pesisir dengan mengurangi kekuatan gelombang hingga 40 persen. Selain itu, si hijau ini juga menangkap sedimen di dasar laut dan melindungi garis pantai dari erosi dan gelombang badai. Kekuatan dari rumput lamun yang lebat dapat memperlambat aliran dan ombak menuju pantai. Kondisi ini akan membuat perairan di sekitar padang lamun menjadi tenang.
Dari segi perlindungan lamun, menurut peneliti padang lamun BRIN Nurul Dhewani Mirah Sjafrie, dari seluruh luasan padang lamun yang sudah tervalidasi, tercatat hanya 15,35 persen yang kondisinya masuk kategori bagus atau sehat. Sedangkan seluas 53,8 persen lainnya dinyatakan kurang sehat, dan sisanya sekitar 30,77 persen dinyatakan memprihatinkan.
Saat ini, tutupan padang lamun di Indonesia rata-rata hanya mencapai kurang dari 50 persen. Padahal, jika merujuk Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 200 tahun 2004, padang lamun yang masuk kategori sehat idealnya memiliki tutupan minimal 60 persen. Dengan begitu besarnya peran lamun bagi ekosistem, hal ini menjadi keprihatinan bersama untuk turut menjaga kelestariannya. Tentunya juga diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak, kita pun juga termasuk di dalamnya!