9 Fakta Menarik Jenjang Mahkota, Burung Nasional Negara Uganda
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Burung jenjang mahkota abu (Balearica regulorum) adalah salah satu dari 15 spesies burung jenjang (crane) yang ada di dunia. Burung ini memiliki jambul berwarna keemasan yang khas yang sekilas mirip dengan mahkota. Mereka juga disebut dengan nama jenjang jambul emas.
Meski memiliki bentuk fisik dan mahkota yang mirip, burung jenjang mahkota abu berbeda dari saudaranya, jenjang mahkota hitam (Balearica pavonina) yang ditemukan di daerah Sudan, Senegal, dan Gambia. Warna bulu leher dan tubuh burung jenjang mahkota abu ialah abu-abu mutiara, sementara Balearica pavonina memiliki bulu kehitaman dan bulu pipi berwarna pink-putih.
Jenjang mahkota abu biasa ditemukan di ekosistem sabana, lahan basah, padang rumput, lahan budidaya, hingga rawa. Populasinya tersebar di negara-negara sub-sahara Afrika bagian timur seperti Republik Demokratik Congo, Kenya, Uganda, Tanzania hingga Afrika Selatan, Mozambik, Namibia yang ada di selatan Afrika.
Seperti apa fakta menarik lainnya dari burung yang merupakan burung nasional negara Uganda ini? Simak artikelnya sampai habis, ya!
1. Berukuran besar, tapi bobotnya ringan
Burung jenjang mahkota abu berukuran cukup besar. Tinggi burung dewasa bisa mencapai 110 cm. Apabila sayapnya direntangkan, panjangnya berkisar antara 100-200 cm, lho.
Meski demikian, bobotnya cukup ringan. Burung jenjang mahkota dewasa memiliki berat antara 3-4 kg saja. Ramping dan posturnya ketika berjalan juga terlihat anggun. Keren banget!
2. Merupakan hewan omnivor, gak pilih-pilih makanan!
Diet burung jenjang mahkota abu cukup beragam. Dari mulai cacing, serangga, ikan, reptil, katak, dan invertebrata kecil yang ia temukan di lahan basah, hingga berbagai jenis tumbuhan.
Meski gak bermigrasi, burung ini bergerak sesuai musim dan ketersediaan makanan. Gak heran kalau ia juga bisa ditemukan di daerah perkebunan. Sebab, burung jenjang mahkota abu senang mengkonsumsi biji-bijian dan tanaman budi daya seperti biji kedelai atau jawawut (millet).
3. Punya perilaku unik ketika mencari makan
Cacing dan serangga seperti rayap dan belalang termasuk dalam diet burung jenjang mahkota abu. Untuk bisa mendapatkan makanannya, burung ini akan menghentakan kakinya ke tanah atau rerumputan.
Alhasil, serangga-serangga akan keluar dari persembunyiannya dan langsung ditangkap dengan paruhnya, deh. Cerdas ya!
4. Senang bertengger di pohon atau tiang listrik
Ketika terbang, burung jenjang mahkota abu senang hinggap atau bertengger di pepohonan atau tiang listrik. Naasnya, mereka seringkali kehilangan nyawa akibat menabrak kabel atau tersetrum listrik.
Dilansir Endangered Wildlife Trust, di kota Lwengo, Uganda saja tercatat ada 21 burung jenjang mahkota abu yang mati tersetrum dalam kurun waktu setahun. Duh, kasihan banget, ya!
Editor’s picks
5. Hidup dalam kawanan
Burung jenjang mahkota abu tidak hidup solitary. Mereka berkelompok dan satu kawanan jumlahnya berkisar antara 30 hingga 150 burung.
Selain mencari makan bareng, sesama burung dalam kawanan juga sering ‘menari’ bersama atau saling melicinkan bulu dengan paruh masing-masing. Kompak!
Baca Juga: 9 Fakta Menarik Burung Petrel Badai, Bisa Jalan di Atas Air
6. Kawin di musim penghujan supaya aman dari predator
Jika di hari-hari biasa, mereka hidup berkelompok, saat musim kawin burung ini akan sangat teritorial dan jadi individualis. Musim kawin burung jenjang mahkota abu biasanya berlangsung saat musim hujan tiba. Soalnya saat lingkungan sekitarnya basah karena hujan, burung ini merasa lebih aman dari serangan predatornya yakni hyena, leopard atau cheetah.
7. Burung yang setia pada pasangan
Burung jenjang dikenal sebagai hewan monogami yang setia. Mereka akan berpasangan untuk seumur hidup, lho!
Pasangan burung jenjang mahkota abu akan membangun sarang bersama yang terbuat dari rumput dan dedaunan. Sarang itu biasanya terletak di tanah berawa agar aman dari gangguan predator. Sekali kawin mereka biasanya menghasilkan antara 2-5 telur.
8. Dikenal sebagai simbol pembawa hujan
Burung jenjang kerap diasosiasikan dengan hujan. Oleh karenanya, ketika masyarakat di Afrika Selatan mengadakan ritual pemanggil hujan, gambar burung jenjang mahkota diikutsertakan dengan harapan agar musim kering bisa cepat berakhir.
9. Keberadaannya terancam punah
Sayangnya, menurut IUCN, keberadaan unggas cantik ini tergolong terancam punah. Populasinya di alam liar menyusut akibat berbagai hal, misalnya karena burung ini sering ditangkap dan diperjualbelikan secara illegal untuk dijadikan hewan peliharaan/dekoratif. Hal ini juga menghambat regenerasi, lho! Sebab, burung dewasa yang seharusnya bisa fokus merawat anak-anaknya, malah harus berjaga-jaga dari ancaman manusia.
Dilansir National Geographic, selain dari tekanan manusia, populasi burung jenjang mahkota abu juga terganggu oleh alih fungsi lahan, deforestasi, perubahan iklim, dan kerusakan/pencemaran lingkungan. Petani yang merasa panennya terganggu oleh burung ini juga terkadang menebar racun untuk burung ini.
Duh, banyak sekali ya hal-hal yang bisa mengancam populasi burung jenjang mahkota abu di alam liar. Padahal, burung ini sangat unik dan keberadaannya layak dilestarikan. Semoga burung anggun ini tidak punah, ya!
Baca Juga: Fakta Sejarah Uganda Scheme, Negara Yahudi di Benua Afrika
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.