Ilustrasi upaya penyelamatan populasi Mauritius Kestrel (birdlife.org/Kat Saleiko)
Mauritius Kestrel sempat mengalami kepunahan karena beberapa ancaman salah satunya kegiatan manusia. Penebangan hutan untuk konstruksi dan lahan pertanian membuat spesies ini kehilangan tempat tinggalnya. Dilansir The Peregrine Fund (2024), hal tersebut terjadi sekitar tahun 1970-an. Selain itu, penggunaan pestisida pada lahan pertanian yang berlanjut hingga 20 tahun, turut berkontribusi akan berkurangnya spesies ini. Lalu saat itu, para ilmuwan pun mencoba menangani masalah ini dengan adanya penangkaran. Dan melalui upaya tersebut spesies Mauritius Kestrel ini, populasinya dapat meningkat pada tahun 1997. Dimana sekitar 400 hingga 500 individu burung terdapat di alam liar. Dan saat ini dapat diperkirakan meningkat lagi sekitar 600 hingga 800 ekor.
Namun, keberhasilan peningkatan populasi tersebut terus dipantau oleh para ilmuwan akan keberhasilan reproduksi. Salah satu masalah yang dikhawatirkan adalah terjadinya perkawinan yang terjadi pada dua burung berkerabat dekat, biasanya bersaudara yang menghasilkan anak bersamaan. Dalam hal ini, jika terjadi dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan hilangnya variasi genetik. Dimana akan mempengaruhi kesehatan populasi dan kelangsungan hidup jangka panjang. Misalnya dalam hal kasus penyakit, jika terdapat keragaman genetik, burung akan lebih kebal dan mampu bertahan dari serangan penyakit. Sedangkan jika sedikit keragaman antara individu, maka sedikit kemungkinan beberapa individu mewarisi kekebalan atau kelangsungan hidup. Saat ini habitat yang mengalami banyak perubahan, apalagi padatnya penduduk akan membatasi wilayah jelajahnya dalam memperoleh mangsa.
Nah itu dia beberapa hal untuk lebih mengenal burung pemangsa yang satu ini. Semoga populasinya tetap terjaga dengan upaya konservasi yang dilakukan. Begitu pula, habitat asli harus dijaga, supaya Mauritius Kestrel tetap memperoleh kepangsungan hidupnya.