Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Babi rusa (commons.wikimedia.org/Eric Kilby)

Intinya sih...

  • Babi rusa adalah spesies babi liar endemik Indonesia yang terancam punah
  • Genus Babyrousa memiliki empat spesies berbeda, dengan tiga masih hidup dan satu sudah punah
  • Babi rusa memiliki penyebaran yang luas di Indonesia bagian timur, namun populasi mereka semakin menurun akibat kerusakan habitat dan perburuan liar

Pasti kamu sudah tahu dengan eksistensi babi domestik yang kerap diternak, dijual, dan dimakan secara bebas. Tapi, apakah kamu tahu kalau ada spesies babi liar yang berkeliaran di hutan? Lebih lanjut, di Indonesia terdapat spesies babi liar endemik, yaitu babi rusa. Berbeda dari babi domestik, babi rusa memiliki ukuran yang besar, berbulu, agresif, dan memiliki tanduk di kepalanya.

Sebenarnya, babi rusa cukup terkenal dan namanya cukup familiar di telinga masyarakat. Sayangnya, tak banyak orang yang mengenal hewan ini secara mendalam. Jika diulik, bahkan tak banyak orang yang tahu kalau babi rusa terdiri atas beberapa spesies. Karena hal tersebut, artikel ini akan membahas semua spesies babi rusa yang ada di Indonesia agar wawasanmu makin luas!

1. Apa itu babi rusa?

Babi rusa (commons.wikimedia.org/GHPhotography)

Babi rusa atau babirusa merupakan penyebutan bagi babi liar yang berasal dari genus Babyrousa. Dilansir iNaturalist, genus Babyrousa merupakan takson monotipik yang berasal dari subfamili Babyrousinae. Awalnya, semua spesies dari genus Babyrousa dianggap sebagai satu spesies yang sama. Tapi, setelah dilakukan berbagai penelitian akhirnya para ahli mengungkap fakta bahwa genus Babyrousa memiliki empat spesies yang berbeda.

Lebih lanjut, babi rusa merupakan hewan endemik Indonesia dan hanya bisa ditemukan di Indonesia bagian timur. Populasi hewan ini juga semakin menurun dan hal tersebut diakibatkan oleh kerusakan habitat, perburuan liar, dan aktivitas manusia. Uniknya, terdapat tiga spesies babi rusa yang masih hidup dan satu spesies yang sudah punah.

2. Babi rusa buru

Tengkorak babi rusa buru (commons.wikimedia.org/Klaus Rassinger dan Gerhard Cammerer)

Babyrousa babyrussa atau babi rusa buru merupakan spesies terancam punah yang masuk ke kategori vulnerable atau rentan. Karena hal tersebut, ia menyandang gelar sebagai spesies yang dilindungi oleh pemerintah. Jika membahas penyebaran, hewan ini bisa ditemukan di Sulawesi, Kepulauan Sula, Pulau Buru, dan Kepualauan Maluku. Umumnya, ia bisa dijumpai di hutan, kebun, rawa, dan area lembap.

Dilansir Animal Diversity Web, ia merupakan hewan diurnal yang sangat aktif pada pagi hari. Biasanya, ia kerap berkelana dan mencari makanan yang berupa jamur, tanaman, dan buah-buahan. Moncongnya panjang, badannya besar, tubuhnya berbulu, dan ia memiki empat taring atau tanduk di mulut. Nah, tanduk tersebut panjang, besar, dan melengkung ke belakang. Tanduk tersebut akan terus tumbuh dan jika terlalu panjang bisa berbahaya karena mampu menusuk kepala hewan ini.

2. Babi rusa bola batu

Babi rusa bola batu (animals.fandom.com)

Hewan dengan nama ilmiah Babyrousa bolabatuensis ini memiliki histori yang cukup membingungkan. Awalnya, babi rusa bola batu diklasifikaskan sebagai spesies yang sudah punah. Pasalnya, para ahli hanya bisa mendeksripsikan hewan ini dari fosil tengkorak. Tapi, para ahli berspekulasi kalau populasi babi rusa di Sulawesi bagian timur merupakan spesies babi rusa bola batu yang belum dideskripsikan. Sayangnya, hal tersebut hanya spekulasi dan belum terbukti secara ilmiah. Lebih lanjut, laman REPAD menjelaskan kalau babi rusa bola batu merupakan satwa endemik Pulau Sulawesi.

4. Babi rusa sulawesi utara

Babi rusa sulawesi utara (commons.wikimedia.org/Alena Houšková)

Walau bernama babi rusa sulawesi utara, namun penyebarannya jauh lebih luas, lho. Dilansir Animalia, hewan dengan nama ilmiah Babyrousa celebensis ini juga bisa dijumpai di Sulawesi Tengah, tenggara, dan beberapa pulau kecil seperti Pulau Lembeh, Buton, dan Muna. Jika membahas ukuran, hewan ini mampu tumbuh hingga sepanjang 1,1 meter dan bobot maksimalnya ada di angka 100 kilogram.

Badannya gemuk, gerakannya tak terlalu cepat, dan ia memiliki taring atau tanduk yang menjulang. Babi rusa sulawesi utara merupakan hewan sosial yang sering berinteraksi dengan sesamanya. Tak cuma itu, bahkan hewan ini mampu membentuk kelompok kecil. Dengan hidup berkelompok, ia bisa lebih aman dari predator dan mampu menjaga anggota keluarganya dengan lebih mudah. Tiap kelompok juga memiliki hierarki sosial yang cukup kompleks.

5. Babi rusa togian

Babi rusa togian (inaturalist.org/j4n_w)

Saat ini, Babyrousa togeanensis atau babi rusa togian menjadi spesies babi rusa dengan populasi yang paling mengkhawatirkan. Dikutip dari iNaturalist, ia masuk ke kategori engdangered atau terancam. Penyebarannya juga sempit di mana ia hanya bisa ditemukan di Pulau Togian. Sayangnya, hewan ini tidak masuk ke daftar hewan yang dilindungi oleh pemerintah. Jadi, sangat mungkin jika populasi babi rusa togian bisa merosot secara drastis dalam beberapa tahun ke depan.

Selain itu, tak terlalu banyak yang diketahui mengenai kebiasaan atau perilaku babi rusa togian. Saat ini, para ahli berspekulasi kalau babi rusa togian bisa aktif pada siang atau malam hari. Babi rusa togian juga merupakan perenang yang baik dan menggunakan kemampuan berenangnya untuk menyebrangi sungai, rawa, atau danau. Ia juga bisa mengeluarkan banyak vokaliasasi atau suara. Tercatat, hewan ini mampu mengeluarkan 17 jenis vokalisasi.

Walau merupakan jenis babi, namun babi rusa tetaplah hewan endemik Indonesia yang eksistensinya harus dijaga. Apalagi hewan ini mulai terancam dan penyebarannya cukup sempit. Karena hal tersebut, kamu dilarang memburu, menangkap, atau memperdagangkan hewan ini secara sembarangan. Nah, kamu tak boleh mengganggu, mengusik, dan harus belajar untuk hidup berdampingan dengan mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team