Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Warga Padukuhan Jodog RT 05, Gilangharjo, Pandak, Bantul, siapkan menu 77 ingkung pada malam tirakatan, Selasa (16/8/2022)
Warga Padukuhan Jodog RT 05, Gilangharjo, Pandak, Bantul, siapkan menu 77 ingkung pada malam tirakatan, Selasa (16/8/2022). (IDN Times/Daruwaskita)

Sejumlah perayaan kerap dilakukan untuk menyambut hari ulang tahun Republik Indonesia. Sebelum tiba tanggal 17 Agustus mulai digelar berbagai perlombaan, parade tradisi, hingga gotong-royong membersihkan lingkungan. Nah, pada malam hari menjelang 17 Agustus, tidak sedikit pula masyarakat yang melaksanakan malam tirakatan.

Sejarah malam tirakatan sebetulnya sudah berlangsung sejak hari kemerdekaan negara kita tercinta. Tradisi tersebut pun dikatakan memiliki makna dan doa yang terus relevan hingga saat ini.

Sejarah malam tirakatan

Malam tirakatan menjadi satu tradisi yang selalu ada tiap tahun untuk menyambut HUT RI. Namun, awal mula dilaksanakannya sebenarnya tidak hanya untuk merayakan hari ulang tahun kemerdekaan. 

Secara umum, masyakarat, khususnya Jawa, kerap melaksanakan malam tirakatan untuk menyambut acara penting. Misalnya, sehari sebelum pernikahan, sebelum pemilihan kepala desa, dan sejumlah perhelatan lainnya. Tujuan penyelanggaraannya lebih untuk menyiapkan acara penting keesokan harinya.

Sama seperti kebiasaan tersebut, malam tirakatan pun dilakukan sebelum hari kemerdekaan. Adapun tujuannya yakni mempersiapkan dan berdoa agar diberi kelancaran. 

Di Yogyakarta, malam tirakatan sudah ada sejak kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono IX. Tradisi ini memiliki konteks awal sebagai langkah perenungan untuk menjadi lebih baik pada kemudian hari, melansir situs Desa Sitirejo Kabupaten Pati.

Makna malam tirakatan saat ini

doa bersama dan malam tirakatan 17 Agustus di Desa Ngadimulyo (Dok. Ngadimulyo, Trenggalek)

Waktu pelaksanaan malam tirakatan untuk menyambut HUT RI terus dilakukan pada malam tanggal 16 Agustus. Kendati demikian, makna gelaran acarannya sedikit berbeda dengan dulu.

Setelah Indonesia dinyatakan merdeka, pelaksanaan malam tirakatan menjadi momen refleksi untuk memaknai Hari Kemerdekaan RI. Kala itu, malam tirakatan digelar sebagai bentuk rasa syukur atas terbebasnya bangsa Indonesia dari penjajahan. 

Hal tersebut sejalan dengan asal kata tirakatan itu sendiri, yakni ṭarīqah dari bahasa Arab yang berarti jalan. Nah, secara keseluruhan kata tersebut dimaknai sebagai jalan menuju kebenaran dan kebaikan, melansir situs Pemerintah Kota Surakarta.

Kini, malam tirakatan juga menjadi momen bagi bangsa Indonesia untuk kembali mengenang jasa pahlawan. Melalui acara ini, masyarakat bersama-sama menggaungkan doa bagi para pahlawan yang gugur saat memperjuangkan Indonesia.

Pelaksanaan malam tirakatan

Meski tujuan dan maknanya mulai berbeda, tradisi ini masih tetap dilaksanakan hingga kini. Biasanya, masyarakat akan berkumpul pada malam 16 Agustus dan turut hadir juga tetua desa hingga pejabat setempat.

Adapun rangkaian acaranya bisa bervariasi. Namun, secara umum akan berisi sambutan hingga bersama-sama menggaungkan doa yang dipimpin oleh tokoh keagamaan. Selain itu, beberapa masyarakat juga memanfaatkan momen ini untuk membagikan hadiah dari perlombaan yang digelar sebelumnya.

Tidak berhenti di sana, ada kalanya malam tirakatan juga dilengkapi dengan makan tumpeng bersama. Pemilihan tumpeng sebagai hidangan melambangkan gunung dan lautan penuh makna. Tumpeng menjadi simbol keberagaman dan kekayaan Indonesia yang patut dijaga bersama.

Mengulik sejarah malam tirakatan menjadi pengingat penting bagi masyarakat Indonesia dalam memaknai kemerdekaan. Selain itu, berkumpulnya warga saat malam tirakatan juga menjadi sarana untuk memupuk gotong-royong dan kedekatan antar penduduk setempat. Apakah kamu pernah berpartisipasi dalam kegiatan ini?

Editorial Team