Kini Luas Lubang Ozon 3 Kali Wilayah Brasil, Waspada!

Lubang ozon tahun ini jadi yang terbesar.

Lubang ozon yang ada di Antartika, jadi salah satu yang terbesar dari yang pernah tercatat, di mana ukurannya mencapai tiga kali luas Brasil, menurut data satelit yang diambil pada September 2023 kemarin.

Jumlah tersebut berpotensi bertambah besar karena penipisan biasanya baru mencapai puncaknya pada pertengahan Oktober. Saat diukur pada 16 September 2023, luasnya mencapai 10,3 juta mil persegi.

Ilmuwan sendiri tidak yakin mengapa lubang ozon di tahun ini menjadi begitu besar, tetapi beberapa dari mereka berspekulasi bahwa peristiwa ini mungkin terkait dengan letusan gunung berapi bawah laut Tonga yang meletus pada Januari 2022.

Mengutip dari European Space Agency, ledakan gunung berapi tersebut setara dengan uji coba nuklir terkuat yang pernah dilakukan Amerika Serikat dan menjadi ledakan alam terbesar selama lebih dari satu abad.

Ukuran lubang ozon berfluktuasi secara teratur

Setiap bulan Agustus, di awal musim semi Antartika, lubang mulai tumbuh dan mencapai puncaknya sekitar bulan Oktober, sebelum kembali sedikit mengecil sampai akhirnya menutup.

Hal ini terjadi karena Antartika memasuki musim panas dan suhu di stratosfer mulai meningkat. Ketika terjadi, mekanisme yang menguras ozon dan menciptakan lubang akan melambat dan akhirnya terhenti, sehingga lubang tersebut tidak akan membesar lagi.

Lubang tersebut menutup lebih lambat dari biasanya dalam tiga tahun terakhir, sebagian karena kebakaran hutan Black Summer di Australia pada tahun 2019-2020, yang mengeluarkan asap perusak ozon dalam jumlah besar.

Lubang ozon terbuka beberapa minggu di awal tahun ini, tepatnya pada awal Agustus dan belum diketahui secara pasti kapan akan tertutup.

Penipisan ozon di benua beku ini pertama kali terlihat pada tahun 1985 dan selama 35 tahun terakhir, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencoba mengecilkan lubang tersebut.

Para ahli yakin bahwa Protokol Montreal yang diperkenalkan pada tahun 1987 telah membantu lubang tersebut pulih. Namun pengukuran tahun ini dari satelit Copernicus Sentinel-5P Eropa menjadi sebuah pukulan telak.

“Layanan pemantauan dan prakiraan ozon operasional kami menunjukkan bahwa lubang ozon tahun 2023 dimulai lebih awal dan telah berkembang pesat sejak pertengahan Agustus," kata Antje Inness, ilmuwan senior di Copernicus Atmospheric Monitoring Service (CAMS).

Baca Juga: Satelit NASA Akhirnya Pulang, Berjasa Lawan Kerusakan Ozon

Letusan gunung bawah laut Tonga

Kini Luas Lubang Ozon 3 Kali Wilayah Brasil, Waspada!Ilustrasi gunung berapi (unsplash.com/@marcszeglat)

Letusan gunung berapi Hunga Tonga pada Januari 2022 menyuntikkan banyak uap air ke stratosfer yang baru mencapai wilayah kutub selatan setelah berakhirnya lubang ozon pada tahun 2022, kata Dr Inness.

"Uap air dapat menyebabkan peningkatan pembentukan awan stratosfer kutub, tempat klorofluorokarbon (CFC) dapat bereaksi dan mempercepat penipisan ozon," ujarnya,

Kehadiran uap air juga dapat berkontribusi pada pendinginan stratosfer Antartika, yang selanjutnya meningkatkan pembentukan gumpalan stratosfer kutub dan menghasilkan pusaran kutub yang lebih kuat.

Terlepas dari teori ini, para ilmuwan mengingatkan bahwa dampak pasti letusan terhadap lubang ozon masih menjadi bahan penelitian.

Lubang ozon berpotensi tutup di tahun 2050

Kini Luas Lubang Ozon 3 Kali Wilayah Brasil, Waspada!nasa.gov

Protokol Montreal diciptakan untuk melindungi lapisan ozon dengan menghentikan produksi dan konsumsi zat-zat berbahaya secara bertahap.

Manajer misi Badan Antariksa Eropa untuk Copernicus Sentinel-5P, Claus Zehner, mengatakan bahwa hal ini telah mengarah pada pemulihan lapisan ozon, menambahkan bahwa para ilmuwan memperkirakan lapisan ozon global akan kembali normal sekitar tahun 2050.

Ozon adalah senyawa yang terbuat dari tiga atom oksigen yang terbentuk secara alami dalam jumlah sedikit di atmosfer. Ini beracun bagi manusia jika tertelan. Namun pada ketinggian hingga sepuluh mil di atas permukaan Bumi, lapisan itu sebenarnya melindungi kita dari sinar ultraviolet berbahaya yang dimuntahkan oleh Matahari.

Diluncurkan pada Oktober 2017, satelit Copernicus Sentinel-5P adalah satelit Copernicus pertama di Eropa yang didedikasikan untuk memantau atmosfer bumi.

Teknologi tersebut memiliki instrumen canggih yang mampu mendeteksi gas atmosfer untuk menggambarkan polutan udara dengan lebih akurat dan pada resolusi spasial yang lebih tinggi, dibandingkan dari luar angkasa.

Baca Juga: 5 Info Menarik Ozon, Dampak Bahaya Penipisannya 

Topik:

  • Achmad Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya