Mengapa Waktu Terkesan Melambat Saat Mendekati Kematian?

Cara otak memproses waktu berkaitan dengan emosi

Beberapa orang yang punya pengalaman hampir mendekati kematian mungkin merasakan waktu seakan melambat. Misalnya saat hampir tertabrak mobil, kita akan merasa waktu tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Ruth Ogden dari Liverpool John Moores University bertanya-tanya tentang mengapa waktu melambat dalam situasi mendekati kematian, apakah waktu benar-benar berlalu lebih cepat seiring bertambahnya usia sampai bagaimana otak kita memproses waktu?

Dia mengatakan, 18 tahun yang lalu ketika masih kuliah, dia sedang berkendara di jalan pedesaan ketika kendaraan lain menyimpang ke sisi jalannya dan bertabrakan. 

"Saya masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana waktu melambat, hampir berhenti saat-saat sebelum mobil saya bertabrakan dengan kendaraan yang melaju. Waktu benar-benar seolah berhenti," ujarnya.

Eksperimen mendekati kematian

Mengapa Waktu Terkesan Melambat Saat Mendekati Kematian?ilustrasi waktu (pexels.com/@energepic-com)

Melansir dari situs Live Science, dia kemudian menghabiskan waktu selama 15 tahun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Studi ini menempatkan responden ke dalam situasi ekstrem untuk mengeksplorasi pengaruh pengalaman mereka terhadap waktu. 

Beberapa peserta eksperimen disetrum untuk menimbulkan rasa sakit, sementara yang lain telah melintasi jembatan runtuh setinggi 100 meter secara virtual reality (VR), beberapa bahkan menghabiskan 12 bulan isolasi di Antartika. 

Inti dari pekerjaan ini adalah upaya untuk memahami bagaimana interaksi kita dengan lingkungan membentuk pengalaman terhadap waktu.

Baca Juga: Studi: Hidup Sendiri Tingkatkan Risiko Kematian akibat Kanker

Cara berpikir

Mengapa Waktu Terkesan Melambat Saat Mendekati Kematian?ilustrasi otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

"Penelitian ini mengajarkan saya bahwa fleksibilitas waktu merupakan bagian tak terpisahkan dari cara kita memprosesnya. Kita tidak seperti jam yang mencatat detik dan menit dengan akurasi sempurna. Sebaliknya, otak kita tampaknya terprogram untuk memahami waktu dengan cara yang responsif terhadap dunia di sekitar kita," jelasnya.

Cara otak memproses waktu berkaitan erat dengan cara otak memproses emosi. Hal ini karena beberapa area otak yang terlibat dalam pengaturan gairah emosional dan fisiologis juga terlibat dalam pemrosesan waktu. 

Selama emosi meningkat, proses pengaktifan yang biasanya dilakukan otak untuk menjaga stabilitas mengubah kemampuannya untuk memproses waktu.

Jadi ketika kita mengalami ketakutan, kegembiraan, kecemasan atau kesedihan, proses emosional dan proses waktu saling berinteraksi.

Hal ini mengakibatkan sensasi waktu berlalu semakin cepat atau lambat. Waktu benar-benar berlalu ketika bersenang-senang dan menjadi berlarut-larut ketika bosan.

Perubahan pengalaman terhadap waktu paling besar terjadi selama periode emosi ekstrem. Dalam pengalaman mendekati kematian, seperti kecelakaan mobil misalnya, waktu bisa melambat, bahkan berhenti. Tidak diketahui alasannya mengapa otak mendistorsi informasi sensorik selama trauma.

Mengendalikan waktu

Mengapa Waktu Terkesan Melambat Saat Mendekati Kematian?ilustrasi waktu (pexels.com/samer daboul)

Menurutnya, tindakan dan emosi dapat berdampak besar pada kesadaran terhadap waktu, membuka kemungkinan yang menggiurkan bahwa suatu hari nanti kita mungkin dapat mengendalikan pengalaman terhadap waktu. 

"Saya sering bertanya-tanya apakah kita bisa memanfaatkan kemampuan otak untuk mendistorsi waktu dan mengaturnya kembali sehingga kita bisa mengendalikannya. Perjalanan ke dokter gigi akan terasa seperti hitungan detik, bukan menit, dan liburan tidak lagi berakhir dalam sekejap mata," imbuhnya.

Meskipun perjalanan mengendalikan waktu masih jauh untuk bisa dicapai, penelitian ini telah mengajarkan peneliti betapa berharganya waktu.

Baca Juga: Berapa Lama Paus Bowhead Hamil? Ini Temuan Penelitian Terbaru!

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya