ilustrasi mumi (pixabay.com/albertr)
Masyarakat Mesir Kuno terkenal akan kemampuannya sebagai ahli mumifikasi yang rumit. Pada satu mayat saja, proses mumifikasi bisa berlangsung hingga 70 hari mulai proses menyiapkan tubuh hingga pemakaman.
Meski terkenal sebagai tradisi Mesir Kuno, mumifikasi sebenarnya berasal dari tradisi masyarakat Chili. Dibuktikan dengan adanya mumi tertua yang sengaja dikuburkan, lalu digali di Lembah Camarones Chili.
Mumi yang juga disebut lokal sebagai Uhle merupakan budaya Chinchorro (9000 hingga 3100 tahun yang lalu). Praktik mumifikasi Chinchorro dimulai sekitar 7000 tahun yang lalu, sekitar dua milenium sebelum mumi Mesir pertama diketahui, melansir Live Science.
Namun, memang, peradaban Mesir Kuno mencapai mencapai elaborasi mumifikasi terbesarnya. Mumi Mesir pertama kali muncul dalam catatan arkeologi sekitar 3500 SM, tepatnya pada masa Kerajaan Lama atau Zaman Piramida.
Berbeda dengan tradisi Chinchorro yang menerapkan mumifikasi pada siapa saja, mumifikasi di Mesir kuno biasanya diperuntukkan bagi elite masyarakat. Termasuk bangsawan, keluarga bangsawan, pejabat pemerintah, dan orang kaya karena praktiknya yang mahal.
Di era lebih modern, mumifikasi tetap dilakukan. Beberapa mumi merupakan jenazah tokoh populer. Misalnya, Vladimir Lenin, diktator yang meninggal pada 1924. Nyaris seabad, mumi Lenin masih dipajang di sebuah museum di Moskow.
Teknik ini menggunakan pencahayaan, suhu, dan cairan pembalsaman yang tepat. Selain itu, ahli yang tergabung dalam tim bernama 'Lab Lenin' menyuntikkan jenazah dengan campuran bahan kimia rahasia.
Proses mumifikasi modern juga diterapkan pada tokoh lain. Termasuk Presiden Vietnam Ho Chi Minh, Kim Il-sung dan Kim Jong-il dari Korea Utara, pemimpin Bulgaria Georgi Dimitrov, dan mantan diktator Soviet Joseph Stalin.
Bisa dibilang, proses mumifikasi modern lebih singkat dibanding era Mesir Kuno dahulu. Meski demikian, tujuannya tetap sama yakni untuk mengawetkan tubuh mayat.