7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajah

Diam-diam, gajah tersiksa dan menderita!

Di kebun binatang, taman safari, tempat wisata, dan sejenisnya, terkadang ada wahana menunggang gajah. Biasanya, yang seperti ini tinggi peminatnya, bahkan orang-orang rela antre untuk bisa menunggang gajah.

Sebenarnya, kita tidak dianjurkan untuk menunggang gajah. Sebab, gajah tersiksa dan menderita akibat praktik ini. Wanna know more? Scroll down, please!

1. Sedari kecil, gajah dipisahkan dari induknya

7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajahilustrasi anakan gajah (nationaltoday.com)

Phajaan atau elephant crushing (penghancuran gajah) merupakan tradisi lama dalam budaya Thailand. Sebelum dijadikan bagian dari industri pariwisata, gajah harus melalui metode pelatihan mengerikan ini.

Melansir World Nomads, anakan gajah dipisahkan dari induknya dan dikurung di tempat sempit. Lalu, disiksa dengan bullhook dan bambu runcing dengan paku. Selain itu, gajah dibiarkan kelaparan dan kurang tidur.

Semua tindakan kejam ini dilakukan untuk menghancurkan semangatnya dan membuatnya tunduk pada manusia. Parahnya lagi, untuk memuluskan langkah, indukan gajah sering dibunuh saat mencoba melindungi anaknya!

2. Tidak diperbolehkan bersosialisasi dengan gajah lain

7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajahilustrasi penyiksaan anakan gajah (PETA/Sam Haddock)

Gajah memiliki kemiripan dengan manusia. Mereka mempunyai keluarga dan teman, merasakan sakit, sedih, dan bahagia, serta memerlukan bersosialisasi. Mengutip Public Broadcasting Service, ilmuwan meyakini gajah memiliki kemampuan berpikir yang kompleks dan perasaan yang mendalam.

Ketika gajah berada di kamp pelatihan, mereka sering kali tidak dilibatkan dengan gajah lain. Saat malam tiba, mereka tidur di kandang yang mirip sel isolasi. Tak jarang, kakinya diikat dengan rantai yang sangat ketat sehingga mereka hampir tidak bisa bergerak!

3. Terkadang, mereka tidak diberi makanan yang bergizi dan air yang cukup

7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajahilustrasi gajah makan rumput (worldanimalprotection.org.uk)

Terkadang, gajah tunggangan tidak diberi makanan bergizi dan air yang cukup. Padahal, gajah perlu makan 10 persen dari berat badan mereka per hari atau sekitar 400 kilogram rumput, daun, sayuran, dan buah-buahan. Tanpa makanan yang cukup, gajah rentan kekurangan gizi dan kelaparan.

Pandemi membuat situasi kian memburuk. Contoh kasusnya adalah Thailand. Melansir Bangkok Post, seiring menurunnya jumlah wisatawan di Thailand, lebih dari 3.500 gajah dirantai hampir 24 jam dengan sedikit makanan dan perawatan medis. Miris!

4. Gajah dipaksa bekerja keras setiap hari

7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajahilustrasi gajah tunggangan (unsplash.com/C Rayban)

Tak sedikit gajah tunggangan yang cacat dan tidak pernah pensiun. Gajah dipaksa bekerja keras (bahkan hingga 20 jam dalam sehari), diforsir, hingga suatu hari mereka ambruk dan menyerah, dikutip Wildlife SOS.

Akibatnya, banyak ditemui gajah dengan luka, patah tulang yang tidak kunjung sembuh, dan benar-benar buta! Terkadang, pemiliknya tidak peduli dan hanya ingin mengeruk keuntungan sebanyak mungkin dari gajah tersebut. Parah!

Baca Juga: 8 Fakta Trophy Hunting, Memburu Hewan demi Ego Manusia!

5. Gajah tunggangan umumnya memiliki masalah tulang belakang, punggung, kaki, dan sendi

7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajahilustrasi turis menunggangi gajah (orlandoweekly.com)

Tidak seperti kuda, gajah sebenarnya bukan hewan tunggangan. Walau tubuhnya besar, gajah tidak dirancang secara fisik untuk membawa manusia dan howdah (sejenis pelana) di punggungnya, dilansir Wildlife SOS.

Karena terus-menerus membawa beban berat, banyak gajah tunggangan yang memiliki masalah tulang belakang, luka parah di punggung, masalah kaki yang serius, dan radang sendi. Akibatnya, banyak gajah yang mati beberapa dekade lebih awal dari umur normal mereka.

6. Bisa menyebarkan tuberkulosis ke manusia

7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajahilustrasi gajah sakit (indiabioscience.org/Sanjeeta Sharma Pokharel)

Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa gajah membawa penyakit yang bisa menular ke manusia, salah satunya adalah tuberkulosis. Mengutip Wildlife SOS, diperkirakan 1 dari 10 gajah membawa penyakit ini.

Orang-orang yang menunggang gajah banyak yang dinyatakan positif terkena penyakit ini. Jika kamu peduli dengan kesehatanmu atau bepergian bersama orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, lebih baik hindari menunggang gajah. Masih banyak aktivitas lain yang seru untuk dilakukan!

7. Gajah lebih bahagia hidup bebas di alam liar

7 Alasan untuk Stop Aktivitas dan Atraksi Menunggang Gajahilustrasi kawanan gajah (unsplash.com/Will Shirley)

Gajah sepantasnya hidup di alam liar, bukan di sirkus atau di tempat wisata. Di alam liar, rata-rata gajah Asia dan Afrika berjalan hingga 1,9-7,5 mil (3-12 kilometer) per hari, dilansir Oregon Zoo.

Kebiasaan ini tidak bisa ia lakukan di penangkaran yang tidak seluas habitat aslinya. Selain itu, di alam liar mereka bebas bermain, berlarian, makan tanaman segar, mandi di sungai, dan beristirahat sepuasnya. Tentunya, gajah lebih bahagia hidup di alam liar dibandingkan di bawah kendali manusia.

Nah, itulah sederet alasan mengapa kita harus berhenti menunggang gajah. Yuk sebarkan ke sekitarmu, jika kamu peduli dengan nasib gajah!

Baca Juga: 7 Alasan Kamu Perlu Berhenti Menonton Sirkus Lumba-lumba

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya