Paus Bantu Perangi Dampak Perubahan Iklim, Bagaimana Caranya?

Jangan sampai punah!

Perubahan iklim adalah masalah serius yang tengah kita hadapi saat ini. United Nations mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan suhu dan pola cuaca jangka panjang. Penyebabnya adalah aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil yang menghasilkan gas dan memerangkap panas.

Ada banyak cara untuk melawan dampak perubahan iklim, salah satunya adalah mempertahankan populasi paus dan tidak membiarkannya punah. Mengapa demikian?

1. Melihat lebih dekat dampak perubahan iklim

Menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA), perubahan iklim didorong oleh aktivitas manusia yang memicu peningkatan emisi gas rumah kaca yang memerangkap panas. Dampaknya luar biasa, seperti:

  • Gletser dan lapisan es menyusut.
  • Kenaikan permukaan laut.
  • Gelombang panas (heat wave) yang lebih lama dan lebih intens.
  • Peningkatan suhu global.
  • Kekeringan lebih sering terjadi.
  • Perubahan pola curah hujan.
  • Peningkatan frekuensi kebakaran hutan (wildfire).

Baca Juga: 5 Fakta Anggota Ordo Cetacea, Dari Paus Biru hingga Paus Narwhal

2. Paus bisa membantu melawan dampak perubahan iklim

Paus Bantu Perangi Dampak Perubahan Iklim, Bagaimana Caranya?ilustrasi paus (pexels.com/Elianne Dipp)

Di dunia ini, ada sekitar 90 spesies paus dan lumba-lumba, yang diklasifikasikan sebagai Cetacea (infraordo mamalia air). Cetacea dikenal memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, perilaku sosial yang kompleks, dan tubuh yang berukuran besar.

Laman Whale and Dolphin Conservation menjelaskan peran paus dalam memerangi dampak perubahan iklim, yaitu dengan mengeluarkan kotoran raksasa. Di dalam kotoran tersebut, terdapat nutrisi yang dibutuhkan fitoplankton (organisme mikroskopis yang hidup di air) untuk bertahan hidup. Surprisingly, setengah oksigen di bumi diproduksi oleh fitoplankton, lho!

Selain itu, setiap paus besar rata-rata menyerap 33 ton karbon dioksida (CO2). Terlalu banyak karbon dioksida di atmosfer akan meningkatkan suhu bumi dan menyebabkan perubahan iklim.

"Inilah mengapa paus adalah sekutu yang sangat kuat dalam perang melawan krisis iklim," tegas Elsa Cabrera, direktur eksekutif Cetacean Conservation Center di Chili.

3. Namun, hingga hari ini, paus masih diburu

Sayangnya, paus masih diburu hingga hari ini. Diperkirakan, ada lebih dari 100.000 paus dan lumba-lumba yang dibunuh di berbagai negara setiap tahunnya, terutama di Jepang, Norwegia, dan Islandia.

Paus diburu untuk diambil daging, minyak, lemak, dan tulang rawannya. Kebanyakan diolah menjadi obat-obatan, suplemen kesehatan, dijadikan pakan hewan, bahkan disajikan ke wisatawan sebagai hidangan tradisional. Miris!

"Kita seharusnya tidak melakukan perburuan paus di abad ke-21 karena tidak masuk akal dan tidak sejalan dengan sains. Kita harus meminimalkan setiap ancaman yang memengaruhi paus yang timbul dari aktivitas manusia melalui tindakan tegas dan bersama. Setiap paus berarti dan kita harus merawat mereka seolah-olah mereka adalah angsa emas," ungkap Rodrigo Hucke-Gaete, ahli biologi kelautan, dalam laman Mongabay.

Baca Juga: 5 Fakta Anggota Ordo Cetacea, Dari Paus Biru hingga Paus Narwhal

Topik:

  • Fatkhur Rozi
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya