Banyak Tikus di Kota Paris, Ini Penyakit yang Bisa Dibawa oleh Tikus!

Hewan ini membawa banyak penyakit

Paris, ibu kota negara Prancis, memiliki sebutan city of love atau kota cinta. Tetapi, Paris memiliki sisi gelap, yaitu dihuni oleh lebih dari enam juta tikus. Ini membuat Paris berada di urutan keempat setelah Deshnoke (India), London (Inggris), dan New York (Amerika Serikat/AS) dari segi jumlah tikus terbanyak di dunia, mengutip Forbes.

Lantas, apa saja penyakit yang dibawa dan disebarkan oleh tikus? Dan mana yang paling fatal bagi manusia? Mari kita lihat lebih dekat!

1. Hantavirus

Manusia bisa terinfeksi hantavirus ketika menghirup urine atau kotoran hewan pengerat (rodent). Selain itu, juga bisa menular melalui gigitan serta mengonsumsi makanan yang terkontaminasi air liur, feses, dan kencing hewan pengerat, dilansir Pest World.

Gejala biasanya muncul sekitar satu hingga lima minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Awalnya, orang yang terinfeksi akan merasa kelelahan, demam, dan nyeri otot paha, pinggul, punggung, dan bahu. Ada juga yang mengeluh sakit kepala, pusing, menggigil, mual, muntah, dan diare.

Empat hingga sepuluh hari setelah gejala awal, kondisi bisa memburuk dan mungkin berkembang menjadi hantavirus pulmonary syndrome. Pada fase ini, seseorang bisa mengalami kegagalan pernapasan dan berakhir dengan kematian.

2. Lymphocytic choriomeningitis

Banyak Tikus di Kota Paris, Ini Penyakit yang Bisa Dibawa oleh Tikus!ilustrasi demam (wallpaperflare.com)

Selanjutnya adalah lymphocytic choriomeningitis (LCM), penyakit infeksi virus yang inangnya adalah tikus rumah biasa (Mus musculus). Tak berbeda dengan hantavirus, manusia bisa terinfeksi penyakit ini setelah terpapar kencing, air liur, dan kotoran hewan pengerat.

LCM memiliki dua fase, yaitu:

  • Fase pertama: Gejalanya mirip flu, seperti demam, malaise (lemah, letih, dan lesu), nafsu makan berkurang, nyeri otot, sakit kepala, mual, dan muntah.
  • Fase kedua: Gejalanya adalah leher kaku, mengantuk, kebingungan, kelainan motorik (seperti kelumpuhan), hingga radang otak.

Janin bisa terinfeksi LCM dari ibunya. Infeksi yang terjadi selama trimester pertama bisa menyebabkan kematian janin, sehingga harus dikuret. Sementara, infeksi yang terjadi selama trimester kedua atau ketiga bisa mengakibatkan cacat lahir yang serius dan permanen, mulai dari masalah penglihatan, hidrosefalus (penumpukan cairan di rongga otak), dan keterbelakangan mental.

3. Pes atau plague

Pes atau plague adalah wabah penyakit yang menewaskan sekitar 25 juta orang di Eropa antara tahun 1347 hingga 1351. Penyebabnya adalah bakteri Yersinia pestis yang menjadikan kutu dan hewan pengerat sebagai inangnya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, terdapat tiga jenis pes dan masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, antara lain:

  • Bubonic plague: Bakteri berkembang biak di kelenjar getah bening dan bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain jika tidak diobati dengan antibiotik yang tepat. Gejalanya adalah demam, menggigil, sakit kepala, lemas, serta kelenjar getah bening menjadi bengkak dan nyeri.
  • Septicemic plague: Disebabkan oleh gigitan kutu atau hewan pengerat yang terinfeksi bakteri. Ditandai dengan syok septik yang mengancam jiwa. Bisa membuat kulit dan jaringan menghitam dan mati, terutama jari tangan, kaki, dan hidung.
  • Pneumonic plague: Bisa terinfeksi setelah menghirup droplet yang mengandung bakteri ke dalam paru-paru. Tidak hanya menyebabkan batuk, sesak napas, dan nyeri dada, tetapi juga bisa mengakibatkan gagal napas. Hanya pneumonic plague yang bisa menular dari orang ke orang dan memiliki tingkat kematian paling tinggi (hampir 100 persen).

Meski terdengar menyeramkan, peluang untuk sembuh total sangat tinggi jika cepat diobati. Karena disebabkan oleh bakteri, penyakit pes bisa diobati dengan antibiotik, seperti gentamicin dan fluoroquinolones yang digunakan di AS.

Baca Juga: Menguak Fakta Wabah Black Death, Benarkah Tikus Pemicunya?

4. Tularemia

Banyak Tikus di Kota Paris, Ini Penyakit yang Bisa Dibawa oleh Tikus!ilustrasi antibiotik (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Beranjak ke tularemia, penyakit yang disebabkan oleh bakteri Francisella tularensis dan menjadikan tikus, kelinci, terwelu, dan hewan pengerat lainnya sebagai inang. Manusia bisa terinfeksi lewat gigitan, kontak kulit dengan hewan yang terinfeksi, minum air atau menghirup aerosol yang terkontaminasi bakteri.

Terdapat enam jenis tularemia, yakni:

  • Ulceroglandular: Jenis yang paling umum, jumlahnya 75 persen dari seluruh jenis. Ulkus (bisul atau luka terbuka) muncul di tempat bakteri masuk ke dalam tubuh, biasanya disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau selangkangan.
  • Glandular: Mirip seperti ulceroglandular, tetapi tidak ada ulkus yang terbentuk.
  • Oropharyngeal: Terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri. Gejala yang banyak dikeluhkan adalah sakit tenggorokan, sariawan, radang amandel, hingga pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
  • Pneumonic: Merupakan jenis tularemia yang paling serius dan paling fatal. Gejalanya mulai dari batuk, nyeri dada, kesulitan bernapas, bahkan hingga gagal napas. Penyebabnya adalah menghirup debu atau aerosol yang mengandung bakteri.
  • Oculoglandular: Merupakan jenis tularemia yang paling langka, jumlahnya hanya 4 persen dari seluruh kasus. Penyebabnya adalah partikel udara yang mengandung bakteri dan masuk ke mata. Gejalanya adalah iritasi atau peradangan pada mata serta pembengkakan kelenjar getah bening di dekat telinga.
  • Typhoidal: Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam International Journal of Infectious Diseases pada tahun 2018, salah satu orang yang terkena tularemia typhoidal adalah petani Jepang berjenis kelamin laki-laki berusia 72 tahun. Gejala yang ia rasakan antara lain demam, kelelahan, dan nyeri perut kanan bawah.

5. Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Leptospira interrogans, bakteri Gram-negatif berbentuk spiral. Bakteri ini ditemukan di urine tikus dan beberapa hewan lain, seperti anjing, babi, dan sapi.

Manusia bisa terkena leptospirosis setelah terpapar urine hewan yang terinfeksi, baik secara langsung maupun tidak (mengontaminasi air dan tanah). Pada manusia, gejalanya adalah demam tinggi, sakit kepala, sakit perut, diare, nyeri otot, mual, muntah, ruam, dan jaundice (kulit dan mata menjadi kuning).

Jika tidak ditangani, leptospirosis bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan hati. Menurut laman National Library of Medicine, leptospirosis efektif jika diobati dengan tetrasiklin dan penisilin G.

Nah, itulah beberapa penyakit yang dibawa dan disebarkan oleh tikus. Jika ada tikus di rumahmu, segera basmi, ya!

Baca Juga: Dua Orang Meninggal Akibat Kencing Tikus di Jabar! 

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya