Warna Tertua di Dunia adalah Pink, Umurnya 1,1 Miliar Tahun!

Dari mana kesimpulan ini diambil?

Film Barbie yang disutradarai oleh Greta Gerwig dirilis pada 21 Juli 2023 dan masih hangat diperbincangkan hingga kini. Saking booming-nya, sampai terdapat istilah "Barbiecore", tren fashion serba pink yang terinspirasi dari film tersebut.

Siapa yang menyangka kalau pink adalah warna tertua di dunia dengan usia 1,1 miliar tahun? Ini berdasarkan studi yang dilakukan oleh Australian National University (ANU) bersama peneliti-peneliti dari negara lain. Simak, yuk!

1. Merupakan fosil molekul klorofil yang diproduksi oleh organisme fotosintetik purba

Menurut Dr. Nur Gueneli dari ANU Research School of Earth Sciences, pigmen merah muda cerah ini adalah fosil molekul klorofil yang diproduksi oleh organisme fotosintetik purba yang menghuni lautan kuno yang telah lama menghilang. Fosil tersebut adalah cyanobacteria dan satu miliar tahun yang lalu mereka mendominasi dasar rantai makanan di lautan.

Mengambil sampel fosil ini tidak mudah. Peneliti harus menghancurkan batuan berusia satu miliar tahun menjadi bubuk, lalu mengekstraksi dan menganalisisnya. Dalam bentuk terkonsentrasi, warnanya bervariasi dari merah darah hingga ungu tua, tetapi akan menjadi pink cerah saat diencerkan.

2. Pigmen ini diambil dari batuan sedimen laut di Afrika

Warna Tertua di Dunia adalah Pink, Umurnya 1,1 Miliar Tahun!ilustrasi cyanobacteria, dilihat dari mikroskop (wikimedia.org/Willem van Aken)

Pigmen merah muda cerah ini diambil dari shales (batuan sedimen berbutir halus) laut berwarna hitam dari Cekungan Taoudeni di Mauritania, Afrika Barat. Dr. Nur Gueneli menemukannya sebagai bagian dari studi PhD-nya.

Dilansir International Atomic Energy Agency, Taoudeni adalah cekungan sinklin sedimen terbesar di barat laut Afrika yang terbentuk selama pertengahan hingga akhir era Proterozoikum. Karena karakteristik tersebut, banyak temuan geologi menarik yang ditemukan di Cekungan Taoudeni.

3. Namun, cyanobacteria mulai menghilang sekitar 650 juta tahun yang lalu

Cyanobacteria di laut mulai menghilang sekitar 650 juta tahun yang lalu saat alga menyebar dengan cepat. Alga menyediakan energi yang dibutuhkan untuk evolusi ekosistem yang kompleks.

"Alga, meski masih mikroskopis, (tetapi) volumenya seribu kali lebih besar daripada cyanobacteria, dan merupakan sumber makanan yang jauh lebih kaya," ungkap Jochen Brocks, senior lead researcher dari ANU.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada Juli 2018. Studi ini dipimpin oleh ANU dengan dukungan dari Geoscience Australia dan dibantu oleh peneliti dari Amerika Serikat dan Jepang.

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Fosil Mamalia Dalam Perut Dinosaurus 

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya