ilustrasi kucing bermain (pexels.com/Inge Wallumrød)
Punya volume otak lebih kecil bukan berarti kucing peliharaanmu kurang cerdas. Sejauh ini, belum ada penelitian khusus yang mengukur tingkat kecerdasan kucing domestik dan nenek moyangnya. Namun, kalau kamu penasaran kenapa penyusutan ini bisa terjadi, para peneliti sudah coba menjelaskan alasannya dalam penelitian yang diterbitkan jurnal Genetics pada 2014 lalu.
Neural crest atau puncak saraf adalah jawabannya. Kelompok sel induk embrio ini terbentuk di dekat sumsum tulang belakang pada embrio vertebrata yang sedang berkembang. Saat embrio matang, sel-sel kemudian bermigrasi ke berbagai bagian tubuh untuk membentuk banyak jenis jaringan.
Mengutip laman Science Daily, waktu manusia membiakkan hewan untuk dijinakkan, kita secara gak sengaja memilih hewan-hewan yang mengalami defisiensi sel neural crest ringan. Hal ini bisa terlihat pada rasa takut hewan yang berkurang. Kelenjar adrenalnya yang jadi pusat respons diri terhadap bahaya jadi mengecil atau lebih lambat matangnya.
Defisiensi ini gak cuma memengaruhi perkembangan kelenjar adrenal. Pengaruhnya juga terlihat pada depigmentasi kulit, bentuk tulang rawan telinga, gigi, sampai perkembangan rahang. Semuanya terlihat pada sindrom domestikasi. Berkurangnya volume otak juga diduga jadi efek tidak langsung dari defisiensi karena neural crest juga memengaruhi perkembangan otak.
Nah, meski otak kucing domestik terbukti mengalami penyusutan, bukan berarti kecerdasan kucing peliharaanmu juga ikut berkurang. Kamu bisa lihat sendiri kalau keahlian berburunya masih patut diacungi jempol. Kebiasaan dan tingkah lakunya juga gak jauh beda dari nenek moyang dan kerabatnya di alam liar. Jadi, kamu gak perlu khawatir!