Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Para Ilmuwan Berupaya Ramal Sisa Usia Matahari, Berapa Lama Lagi?

pexels.com/Jeremy Müller

Para ilmuwan telah membuat prediksi tentang seperti apa hari-hari terakhir tata surya kita dan kapan peristiwa itu akan terjadi. Sebelumnya para astronom mengira Matahari akan berubah menjadi nebula planet, gelembung gas dan debu kosmik yang bercahaya. Namun teori tersebut diragukan lantaran ada bukti yang menunjukkan bahwa bintang kita akan bertambah besar.

Akhirnya pada tahun 2018 silam, sebuah tim astronom internasional kembali mencuatkan teori nebula planet sebagai akhir dari Matahari. Melansir dari laman Science Alert, para ilmuwan tersebut menyebut bahwa nebula planet memang kemungkinan besar merupakan mayat Matahari.

Umur Matahari 10 miliar tahun lagi

ilustrasi matahari (unsplash.com/NASA)

Secara teori matahari telah berumur sekitar 4,6 miliar tahun. Usia tersebut diukur berdasarkan umur benda-benda lain di Tata Surya yang terbentuk pada waktu yang hampir bersamaan. Berdasarkan pengamatan terhadap bintang-bintang lain, para astronom memperkirakan bintang tersebut akan mencapai akhir masa hidupnya sekitar 10 miliar tahun lagi.

Meski begitu tentu saja ada hal-hal lain yang mungkin akan terjadi sepanjang perjalanan. Menurut para ilmuwan tersebut, dalam waktu sekitar 5 miliar tahun, sang surya itu akan berubah menjadi raksasa merah. Inti bintang akan menyusut, namun lapisan luarnya akan meluas hingga ke orbit Mars sehingga berpotensi menelan Bumi.

Kehidupan manusia segera berakhir

ilustrasi kiamat (Unsplash.com/Marc Szeglat)

Satu hal yang pasti, saat peristiwa tersebut terjadi, penghuni Bumi sudah tidak akan ada lagi. Faktanya, umat manusia hanya mempunyai waktu sekitar 1 miliar tahun lagi, kecuali kita menemukan jalan keluar dari masalah tersebut. Kenapa? Hal tersebut lantaran kecerahan Matahari akan meningkat sekitar 10 persen setiap miliar tahun.

Meski terdengar tidak terlalu besar, namun peningkatan kecerahan tersebut sudah cukup untuk mengakhiri kehidupan di muka Bumi. Lautan kita akan menguap dan permukaannya akan menjadi terlalu panas sehingga air tidak dapat terbentuk. Saat lingkungan tempat makhluk hidup sudah terdampak, kepunahan hanya tinggal menunggu waktu.

Proses kematian Matahari

ilustrasi matahari (pixabay.com/LoganArt)

Beberapa penelitian sebelumnya menyarankan agar nebula planet terang bisa terbentuk, bintang awal harus berukuran dua kali lebih besar dari Matahari. Namun, studi tahun 2018 yang menggunakan pemodelan komputer menemukan, Matahari kita kemungkinan besar akan menyusut dari raksasa merah itu akan menjadi katai putih untuk kemudian berakhir sebagai nebula planet.

Ketika sebuah bintang mati, ia mengeluarkan sejumlah besar gas dan debu – yang disebut selubung – ke luar angkasa. Selubung tersebut bisa mencapai setengah massa bintang.

Menurut astrofisikawan Albert Zijlstra dari Universitas Manchester di Inggris, hal ini menunjukkan bahwa inti bintang kehabisan bahan bakar sebelum akhirnya mati. Pada saat itu, inti panas membuat selubung yang dikeluarkan bersinar terang selama sekitar 10.000 tahun – periode singkat dalam astronomi. Inilah yang membuat nebula planet terlihat. 

Beberapa di antaranya sangat terang sehingga dapat dilihat dari jarak yang sangat jauh berukuran puluhan meter jutaan tahun cahaya, saat bintang terlalu redup untuk dilihat.

Model data yang dibuat oleh tim sebenarnya memprediksi siklus hidup berbagai jenis bintang, untuk mengetahui kecerahan nebula planet yang terkait dengan massa bintang berbeda.

Nebula planet relatif umum di seluruh alam semesta yang dapat diamati, termasuk Helix Nebula yang populer, Cat Eye Nebula, Ring Nebula, dan Bubble Nebula.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Misrohatun H
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us