Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Peneliti Temukan Alasan Kematian Masal Paus Abu-Abu

ilustrasi paus abu-abu (unsplash.com/Venti Views)

Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science, paus abu-abu atau gray whale telah menjalani siklus "boom-and-bust" sebagai respons terhadap perubahan kondisi Arktik.

Sejak tahun 1980an, para ilmuwan telah mengamati tiga kematian signifikan pada populasi paus abu-abu di Pasifik Utara bagian timur. Setiap kematian, termasuk kematian yang terjadi pada tahun 2019, telah menyebabkan penurunan populasi paus abu-abu sebanyak 25 persen hanya dalam beberapa tahun.

Secara total, lebih dari 2.000 paus abu-abu diketahui telah mati. Sekarang, para ilmuwan sudah mengetahui penyebabnya. 

1. Paus abu-abu telah mengalami siklus kematian ekstrem

ilustrasi paus abu-abu (unsplash.com/Josh Withers)

Dalam sebuah keterangan tertulis, Joshua Stewart, penulis utama studi tersebut, menjelaskan bahwa paus abu-abu telah mengalami perubahan populasi ekstrem. Kematian massal pertama terjadi antara tahun 1987 dan 1989 dan merupakan yang terbesar, menewaskan sedikitnya 700 paus.

Paus abu-abu Pasifik Utara bagian Timur adalah salah satu dari sedikit populasi paus besar yang telah pulih ke hampir jumlah semula. Karena populasinya sudah mendekati jumlah semula, paus ini mungkin menjadi lebih sensitif terhadap kondisi lingkungan. Ini karena persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas. 

Kondisi Arktik menyebabkan dua kali kematian pada tahun 1980an dan 1990an tidak bersifat permanen. Populasi paus setelah itu dengan cepat pulih seiring dengan membaiknya kondisi.

2. Lapisan es dan sumber makanan saling berhubungan

Tim peneliti menghubungkan data jangka panjang tentang paus abu-abu dengan informasi lingkungan Arktik. Mereka menemukan hubungan antara "Peristiwa Kematian yang Tidak Biasa" pada tahun 1999 dan 2019 dan faktor-faktor seperti permukaan es laut dan sumber makanan krustasea bagi paus.

Mereka juga mengidentifikasi peristiwa serupa pada tahun 1980an yang tidak terkait dengan lonjakan jumlah kematian. Ini kemungkinan besar disebabkan oleh pelaporan yang kurang efisien sebelum tahun 1990an. 

Peneliti menemukan lapisan es di wilayah Arktik memiliki dampak pada populasi paus abu-abu. 

3. Perubahan iklim pengaruhi sumber makanan paus

ilustrasi lapisan es mencair (pexels.com/Guillaume Falco)

Para peneliti menemukan bahwa tahun-tahun dengan berkurangnya es laut di musim panas memberikan manfaat bagi paus. Ini karena mereka memiliki peningkatan peluang mencari makan.

Akan tetapi, hal ini dianggap tidak baik untuk jangka panjang. Berkurangnya tutupan es laut, yang dipercepat oleh perubahan iklim, kemungkinan besar tidak akan bermanfaat bagi paus abu-abu.

Amphipoda bentik, mangsa kaya kalori yang disukai paus abu-abu, juga sensitif terhadap lapisan es laut. Alga yang tumbuh di bawah es laut tenggelam ke dasar laut, memperkaya populasi amphipod.

Lebih sedikit es menyebabkan berkurangnya alga yang mencapai dasar laut, air yang lebih hangat mendukung krustasea bentik yang lebih kecil. Arus yang lebih cepat menyebabkan berkurangnya habitat mangsa yang disukai paus abu-abu.

 

Perubahan iklim yang terjadi saat ini memiliki dampak yang beragam, termasuk pada populasi paus abu-abu. Perubahan iklim memengaruhi lapisan es yang ada wilayah arktik. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Rifki Wuda
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us