Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penjelasan Sains di Balik Aroma Mumi Mesir Kuno

Mumi (commons.wikimedia.org/Viktor Lazić)

Mumi Mesir kuno selalu menarik perhatian, bukan hanya karena sejarahnya, tetapi juga aroma khasnya yang misterius. Ternyata aroma mumi pun berbeda-beda, tergantung bahan pengawet dan tempat penyimpanan mumi tersebut. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aroma tersebut berasal dari campuran resin, minyak, dan rempah-rempah yang digunakan saat mumifikasi.

Aroma mumi Mesir Kuno bukan sekadar bau, tetapi juga petunjuk penting bagi para peneliti untuk mempelajari teknik pengawetan kuno. Mumi yang terawat baik biasanya memiliki aroma yang lebih kuat dan khas dibandingkan mumi yang rusak karena lingkungan. Ini seperti aroma parfum kuno yang masih tercium setelah ribuan tahun. Lalu, bagaimana sebenarnya aroma mumi Mesir Kuno bisa terbentuk dan bertahan begitu lama? Mari kita telusuri!

1. Mengapa mumi Mesir bisa memiliki aroma yang khas?

Mumi (commons.wikimedia.org/Paul Hudson)

Mungkin terdengar aneh, tetapi para ilmuwan menemukan bahwa mumi Mesir Kuno ternyata memiliki aroma yang cukup menyenangkan. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of the American Chemical Society, mumi-mumi yang diteliti memiliki aroma yang dideskripsikan sebagai "woody" (berkayu), "spicy" (pedas), dan "sweet" (manis). Ternyata, bau ini berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses mumifikasi.

Resin pohon pinus, minyak cedar, serta damar kemenyan dan mur adalah beberapa bahan utama yang memberikan aroma khas pada mumi. Dalam budaya Mesir Kuno sendiri, bau harum dikaitkan dengan kesucian dan keberlanjutan jiwa di alam baka, sehingga sangat penting dalam proses pengawetan jenazah. Namun, aroma ini juga bisa bervariasi tergantung pada kondisi penyimpanan dan konservasi mumi di museum. Beberapa mumi yang diawetkan dengan baik memiliki aroma lebih kuat dibandingkan yang sudah mengalami degradasi akibat faktor lingkungan.

2. Bagaimana ilmuwan meneliti bau mumi?

Mumi (commons.wikimedia.org/Michael Barera)

Meneliti bau dari benda berusia ribuan tahun tanpa merusaknya tentu menjadi tantangan. Oleh karena itu, para ilmuwan menggunakan teknik gas chromatography-mass spectrometry-olfactometry (GC-MS-O) untuk menganalisis molekul udara yang terperangkap di sekitar mumi, dilansir The Guardian. Dengan metode ini, mereka berhasil mengidentifikasi sumber aroma dari mumi tanpa harus mengambil sampel fisik dari tubuh mumi itu sendiri.

Selain itu, para peneliti menggunakan alat canggih dan panel ahli penciuman yang terdiri dari beberapa orang terlatih untuk mendeskripsikan karakteristik bau yang tercium. Menurut Emma Paolin, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini, bau mumi dapat bervariasi tergantung pada bahan pengawet, kondisi penyimpanan, dan kualitas proses mumifikasi. Dengan demikian, faktor-faktor tersebut memengaruhi aroma unik yang dihasilkan oleh setiap mumi.

3. Apakah bau muminya sama persis seperti di zaman Mesir kuno?

ilustrasi parfum Scent of Eternity (commons.wikimedia.org/Arad)

Walaupun mumi saat ini masih mengeluarkan aroma khas, bau yang tercium sekarang mungkin sudah mengalami perubahan dari bau aslinya saat pertama kali diawetkan. Barbara Huber, peneliti dari Max Planck Institute, menjelaskan bahwa selama ribuan tahun, faktor seperti oksidasi, penguapan, serta kondisi penyimpanan telah mengubah profil aroma mumi.

"Selama ribuan tahun, penguapan, oksidasi, dan bahkan kondisi penyimpanan telah secara signifikan mengubah profil aroma asli," ujar Huber, dilansir CNN.

Namun, ada beberapa metode yang memungkinkan kita merekonstruksi bau asli mumi Mesir Kuno. Salah satunya adalah dengan menganalisis residu yang ditemukan dalam bejana mumi, seperti yang dilakukan oleh tim Huber ketika mereka berhasil mengidentifikasi jejak resin Pistacia yang digunakan lebih dari 3.500 tahun lalu. Menariknya, rekonstruksi bau ini bahkan juga telah diubah menjadi parfum bernama "Scent of Eternity," yang memungkinkan kita mencium seperti apa aroma mumi di masa lalu.

4. Manfaat dari studi tentang bau mumi

ilustrasi museum (unsplash.com/Jes Rodríguez)

Studi tentang bau mumi tidak hanya menarik bagi para peneliti sejarah, tetapi juga memiliki manfaat besar dalam bidang konservasi museum. Dengan memahami komponen bau yang terdeteksi, kurator dapat mengetahui apakah mumi mengalami degradasi atau tidak, sehingga mereka bisa melakukan tindakan konservasi sebelum kerusakan semakin parah. Selain itu, penelitian ini membuka peluang bagi museum untuk menciptakan pengalaman yang lebih mendalam bagi pengunjung. Beberapa museum kini juga sedang mengembangkan "smellscapes," yaitu rekonstruksi bau mumi yang bisa dihirup oleh pengunjung untuk memberikan gambaran yang lebih nyata tentang bagaimana aroma mumi di masa lalu.

Pada akhirnya, aroma mumi Mesir Kuno bukan sekadar fenomena unik, tetapi juga jendela yang membuka wawasan baru bagi kita tentang praktik mumifikasi, bahan pengawet yang digunakan, dan bahkan bagaimana masyarakat Mesir Kuno memandang hubungan antara bau, kesucian, dan kehidupan setelah kematian. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agam Praminsya
EditorAgam Praminsya
Follow Us