Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penuh Liku, Kisah Hidup Rosalynn Carter dan Dedikasinya untuk Sesama

Rosalynn Carter saat menggendong seorang anak Nigeria selama tur bersama Amy Carter (anaknya) di desa Nigeria pada 2 April 1978 (commons.wikimedia.org/Jimmy Carter Library/White House Staff Photographers)

Dalam beberapa dekade terakhir, ibu negara Amerika Serikat memanfaatkan posisi mereka untuk meningkatkan kesadaran terhadap tujuan-tujuan mulia bagi jutaan warga Amerika. Michelle Obama, misalnya, ia berperan dalam program kesehatan dan gizi anak-anak, memperjuangkan pendidikan, dan meningkatkan kesadaran tentang masalah makan siang di sekolah. Pada tahun 2023, Michelle Obama memposting penghormatan terakhirnya kepada mantan Ibu Negara, Rosalynn Carter.

“Hidupnya adalah pengingat bahwa tidak peduli siapa kita, warisan kita diukur bukan dalam penghargaan atau pujian, tapi dalam kehidupan yang kita sentuh,” tulis Obama dalam postingannya di X. Dia memuji Rosalynn Carter atas kontribusinya dalam menegakkan hak-hak perempuan sera keikutsertaannya secara politik dan sosial. Selain itu, Rosalynn Carter juga melawan stigma di masyarakat seputar kesehatan mental. Rosalynn berhasil memperbaiki layanan bagi para lansia, dan terhadap perumahan yang terjangkau, serta bekerja sama dengan Habitat for Humanity.

Sayangnya, Rosalynn Carter meninggal dunia pada Minggu (19/11/2023) di usia 96 tahun. Berita tentang kematiannya beredar di internet, membahas semua pencapaian dalam hidupnya dan juga mengingat kembali kehidupan pernikahannya selama puluhan tahun dengan Jimmy Carter. Berikut adalah kisah hidup Rosalynn Carter yang sangat membanggakan. Akan tetapi, bukan berarti bahwa hidup Rosalynn Carter bebas dari tragedi, kesulitan, dan masalah.

1. Rosalynn Carter memiliki trauma masa kecil karena perlakuan buruk ayahnya

potret mantan Ibu Negara Amerika Serikat Rosalynn Carter pada usia sekitar 17 tahun di tahun 1944 (commons.wikimedia.org/Jimmy Carter)

Pada saat Rosalynn Carter dan suaminya, Jimmy Carter, pindah ke Gedung Putih, pers menjuluki Rosalynn Carter sebagai "the Steel Magnolia", yaitu sosok seorang ibu negera yang terkenal karena kekuatan dan kebaikannya. Rosalynn Carter mengatakan melalui CNN, "Baja itu keras dan magnolia ada di selatan." Pasalnya, Rosalynn Carter harus terlihat kuat meskipun tumbuh kembangnya sebagai seorang anak harus diwarnai dengan trauma masa kecil.

Dalam memoarnya, First Lady from Plains, Rosalynn menulis bahwa ayahnya yang bernama Wilburn Edgar Smith, sering melakukan kekerasan fisik terhadapnya. "Ayahku selalu memukulku karena hal sepele seperti menyebrang jalan, dan setelahnya dia menyuruhku untuk tidak menangis. Dan aku tidak akan menangis. Tapi nanti aku akan pergi ke toilet dan menangis di sana sendirian," tulisnya. Dia ingat, ibunya juga sering menangis karena kekerasan yang dilakukan ayahnya.

"Saya tidak tahu mengapa ayah saya tidak membolehkan saya menangis," tulis Rosalynn Carter. "Saya pikir itu sangat tidak adil. Sering kali saya berpikir bahwa dia jahat dan membayangkan bahwa dia tidak mencintai saya. Memikirkan hal ini saja sudah mengganggu saya dan membuat saya merasa bersalah selama bertahun-tahun." Hal itu, lanjutnya, berubah menjadi beban dan trauma yang sempat menyulitkannya untuk berkembang dan berprestasi.

2. Kehilangan ayahnya dan menjadi tulang punggung keluarga

Rosalynn Carter mengecat Rumah Sakit Umum DC pada 16 May 1978 (commons.wikimedia.org/Jimmy Carter Library/Unknown author)

Saat remaja, ibu Rosalynn Carter memintanya untuk ikut perkemahan musim panas. Namun, ketika Rosalynn pulang, ayahnya sakit parah. Rosalynn Carter menulis dalam memoarnya, First Lady from Plains, "Kami tahu ada sesuatu yang tidak beres. Ayah adalah orang pekerja keras yang bekerja di bidang otomotif. Dia bisa melakukan apa saja, tapi sekarang dia tidak bisa bekerja lagi. Saya mulai khawatir dan mulai berdoa."

Di usianya yang ketiga belas tahun, Rosalynn Carter mengaku sangat takut melihat ayahnya semakin tidak berdaya dari hari ke hari. Rosalynn pun menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi. "Kupikir, ayah menderita karena pikiran negatifku tentang dia di masa lalu, bahwa entah bagaimana aku adalah bagian dari penyebab penyakitnya. Aku tidak berani mengatakan kepada siapa pun bagaimana perasaanku, terutama ibuku. Aku tidak ingin menambah luka hatinya." 

Ayahnya meninggal tidak lama setelah didiagnosis mengidap leukemia. Rosalynn Carter menulis bahwa perannya dalam keluarga berubah. Ibunya bergantung padanya bukan sebagai seorang anak perempuan lagi, tetapi sebagai tulang punggung keluarga.

3. Rosalynn Carter dihadapkan pada sisi gelap dunia politik

Rosalynn Carter dan Amy Carter di kediaman pribadi Gedung Putih pada 28 November 1979 (commons.wikimedia.org/Jimmy Carter Library and Museum/White House Staff Photographers)

The Washington Post menyebutkan bahwa Jimmy Carter mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 1962. Rosalynn Carter menulis dalam memoarnya, First Lady from Plains, “Ada ancaman terhadap nyawanya (Jimmy Carter), dan suatu hari di pabrik kacang, salah satu pelanggan kami memberi tahu saya bahwa terakhir kali seseorang bertemu Joe Hurst, bisnisnya bangkrut. Saya selalu ketakutan,” tulisnya. Setelah dilakukan  penyelidikan bahwa adanya kecurangan dalam pemilu, akhirnya Jimmy Carter dinyatakan sebagai pemenangnya.

Rosalynn Carter merasa kecewa dengan proses politik saat itu. Bahkan, selama berminggu-minggu, hidupnya dihabiskan dalam ketakutan. Saat Jimmy Carter pergi ke Atlanta untuk berkampanye, Rosalynn Carter ditinggal sendirian bersama anak-anaknya.

Rosalynn Carter mengaku menerima pesan dari Joe Hurst (saingan politik suaminya) yang mengingatkannya bahwa orang terakhir yang menentangnya dilanda masalah besar dalam hidupnya. "Itu bukan ancaman biasa," tulisnya. Rosalynn selalu menutup rapat rumahnya, dan selalu mengecek rumah untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang menyelinap masuk ke rumahnya. Baginya, malam menjadi terasa panjang dan dia jadi kurang tidur.

4. Rosalynn Carter hampir bercerai dengan suaminya

Jimmy Carter dan Rosalynn Carter saat makan siang di Ruang Oval, Gedung Putih pada 15 Juli 1977 (commons.wikimedia.org/Jimmy Carter Library/White House Staff Photographers)

Menurut buku biografi yang ditulis E. Stanly Godbold, Jr. berjudul Jimmy and Rosalynn Carter: The Georgia Years, 1924-1974, ia mengungkapkan betapa dekatnya kehancuran pernikahan antara Jimmy dan Rosalynn Carter. Apalagi setelah ayah Jimmy, James Earl Carter Sr. meninggal pada tahun 1953 saat Jimmy bertugas di Angkatan Laut, yang menjadikan Rosalynn istri seorang militer. Namun, kematian Earl inilah yang membuat anggota keluarga lainnya tidak memiliki kehadiran seorang pembimbing dan seorang kepala keluarga yang disegani. Hal ini membuat Jimmy Carter mengundurkan diri dari Angkatan Laut karena masalah keluarga yang terus menderanya.

Pada saat yang sama saat suaminya diberikan pemberhentian secara terhormat, Rosalynn Carter memutuskan untuk bercerai dengan suaminya. Rosalynn merasa tidak dianggap oleh suaminya sendiri. Namun, dia mengkhawatirkan tiga anaknya yang saat itu masih kecil-kecil. Jadi, Rosalynn memilih untuk tetap tinggal bersama suaminya dan ibu mertuanya. Dia pun mencoba untuk lebih bersabar.

Semenjak itu, hidup Rosalynn menjadi tidak tenang. Dia merasa selalu diawasi oleh ibu Jimmy Carter dan ibunya sendiri. Rosalynn juga dipaksa untuk lebih aktif di gereja. Dan baru setelah Jimmy dan Rosalynn menyewa rumah sendiri, hidupnya jadi jauh lebih tenang. 

5. Kesedihan dan tantangan pertama Rosalynn Carter saat menjabat sebagai ibu negara

Ibu Negara Rosalynn Carter mengunjungi Kamp Pengungsi di Sa Kas, Thailand, pada 9/11/1979 (commons.wikimedia.org/White House Staff Photographers)

Secara pribadi, perjalanan Rosalynn Carter ke Thailand pada tahun 1979 merupakan salah satu hal tersulit yang pernah dia hadapi. Saat The New York Times meliput perjalanannya, Rosalynn mengatakan, "Ini belum pernah saya lihat sebelumnya." Pasalnya, pada saat itu, warga Kamboja melarikan diri ke Thailand dari pemerintahan yang dikuasai Pol Pot. Pemerintah yang diwarnai kekerasan dan kelaparan.

Rosalynn bersaksi bahwa semua pengungsi di kamp tersebut sekarat dan memilukan. "Semua orang sakit dan berada dalam berbagai tahap kelaparan. Beberapa dari mereka hanya tulang dan tidak berdaging, ada pula yang perutnya bengkak seolah-olah akan pecah. Banyak juga yang menderita malaria, disentri, atau tuberkulosis, dan disertai muntah-muntah dan demam."

Yang terburuk, katanya, adalah tenda yang didirikan untuk ratusan anak-anak yang mengalami gizi buruk, mereka sangat kurus dan rapuh. Selain itu anak-anak ini sangat pasif, tidak ada tangisan, hanya rengekan sesekali. Rosalynn menceritakan bahwa dia menggendong seorang gadis kecil yang bertanya-tanya kepadanya, bagaimana nasibnya kelak. Sambil menangis, Rosalynn menurunkan gadis itu dari dekapannya dan kembali melanjutkan perjalanannya. Tragisnya, gadis itu meninggal sebelum Carter meninggalkan kamp pengungsian pada hari itu.

6. Rosalynn Carter sangat mengutuk ketidakadilan bagi kaum hawa, lansia, dan penderita kesehatan mental

Rosalynn Carter saat bersaksi di hadapan Sub-Komite Senat pada 7 February 1979 (commons.wikimedia.org/White House Staff Photographers)

Elizabeth Flowers, seorang profesor agama di Texas Christian University, mengatakan bahwa Rosalynn Carter sangat kecewa dengan kegagalan Amandemen Persamaan Hak. Flowers menulis bahwa Rosalynn Carter dengan sepenuh hati berinvestasi agar amandemen tersebut disahkan. Amandemen tersebut hanya berlaku di tiga negara bagian setelah perpanjangan tenggat waktu. Hal itu tentunya sangat menghancurkan hati Rosalynn Carter. 

Rosalynn Carter sangat blak-blakan terkait tantangan yang dia hadapi sebagai seorang perempuan. Pada tahun 1979, Rosalynn menjadi pembicara di Matrix Awards Luncheon di New York Women in Communications Inc. Dia mengungkapkan keresahannya bahwa pemerintah harus meloloskan Amandemen Persamaan Hak karena hal tersebut mempunyai efek domino yang akan berdampak pada hal-hal lain juga.

Selain itu, salah satu yang coba Rosalynn Carter perjuangkan selama menjabat sebagai Ibu Negara adalah kepeduliannya terhadap lansia dan perbaikan sistem perawatan kesehatan mental. Melansir kabar The New York Times, Rosalynn mengungkapkan, "Media tidak terlalu tertarik, dan saya tidak dapat mengatakan kepada Anda seberapa besar sikap negatif ini mengganggu saya,” tegasnya pada Jumat (27/04/1979). “Kita membutuhkan semua perhatian yang bisa kita dapatkan untuk mereka, orang-orang yang paling rentan."

7. Undang-Undang Sistem Kesehatan Mental tahun 1980 yang diperjuangkan Rosalynn kandas begitu saja

Rosalynn Carter memimpin pertemuan di Chicago dalam Komisi Presiden untuk Kesehatan Mental, pada 20 April 1977 (commons.wikimedia.org/White House Staff Photographers)

Salah satu tujuan Rosalynn Carter adalah mereformasi cara pemerintah dalam menangani kesehatan mental. Hal itu sebenarnya didorong dari seorang perempuan yang menceritakan kisah putrinya kepada Rosalynn terkait penyakit mental yang diderita putrinya. Dikutip Associated Press, cerita pilu yang dialami perempuan itu menghantui Rosalynn Carter hampir sepanjang waktunya.

Dari kejadian itulah Rosalynn akhirnya memerangi stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental. Penulis biografinya, Jonathan Alter, menulis di The New York Times, Rosalynn sangat kesal dengan Undang-Undang Sistem Kesehatan Mental tahun 1980 yang telah dia perjuangkan bersama Edward Kennedy. Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk menyediakan perawatan yang layak bagi penderita kesehatan mental. Namun, di daerah tertentu, program ini tidak berjalan dengan baik.

Saat disahkan oleh DPR dan Senat, undang-undang tersebut dilirik banyak pihak dan cakupannya menjadi jauh lebih luas. Ditambah lagi ada pelayanan untuk membantu korban kekerasan seksual. Akan tetapi, undang-undang ini tidak bertahan lama karena diratifikasi pada akhir masa kepresidenan Jimmy Carter dan anggarannya dipotong pada era Ronald Reagan.

8. Cucunya meninggal secara mendadak

potret keluarga Carter di hari Natal pada 25 December 1978 (commons.wikimedia.org/White House Staff Photographers)

Edna Langford adalah teman lama Rosalynn Carter, serta menjadi bagian dari keluarga besarnya. Buku yang ditulis Edna Langford, berjudul Rosalynn: Friend and First Lady, menceritakan kehidupan Rosalynn Carter di dalam dan di luar Gedung Putih dengan pandangan yang unik dan mendalam. Salah satu peristiwa terburuk pada masa kepresidenan Jimmy Carter adalah perpecahan antara James Earl Carter III (anak Rosalynn dan Jimmy Carter) bersama istrinya, Caron. Langford menulis bahwa itu adalah peristiwa yang sangat traumatis hingga mengakibatkan perpecahan dalam keluarga, dan berdampak pula pada staf kepresidenan. 

Pasalnya, keluarga adalah hal terpenting bagi keluarga Carter. Ditambah lagi, keluarga ini dihadapi masalah serius pada tahun 2015. Hanya dua minggu setelah Jimmy Carter dinyatakan bebas kanker, Carter juga mengumumkan bahwa cucunya yang berusia 28 tahun, Jeremy Carter, meninggal secara mendadak.

USA Today melaporkan bahwa sebelum kematiannya, Jeremy merasa tidak enak badan dan memilih untuk tidur siang. “Jadi dia pergi ke kamarnya untuk berbaring di tempat tidur dan ketika dilihat, jantungnya sudah berhenti berdetak,” ucap mantan presiden tersebut. “Jeremy baru berusia 28 tahun dan seorang pemuda luar biasa yang sangat kami cintai." 

9. Jimmy dan Rosalynn Carter adalah pasangan romantis yang tak bisa dipisahkan satu sama lain

Jimmy Carter mencium Rosalynn Carter saat upacara penerimaan Laporan Akhir Komisi Kesehatan Mental Presiden, pada 27 April 1978 (commons.wikimedia.org/Jimmy Carter Library/White House Staff Photographers)

Jimmy dan Rosalynn Carter telah lama dipandang sebagai pasangan romantis nan harmonis. Sebenarnya, mereka sudah saling kenal sangat lama. Bidan yang melahirkan Rosalynn adalah Lillian Carter, yang merupakan ibu dari Jimmy Carter atau mertua Rosalynn sendiri. Lillian Carter pun mempertemukan Jimmy Carter untuk menemui bayi yang baru lahir itu (Rosalynn) hanya beberapa hari setelah dia dilahirkan. Pada saat Rosalynn meninggal di tahun 2023, pernikahan mereka sudah berjalan 77 tahun lamanya. Carter Center merilis pernyataan dari Jimmy di usia 99 tahunnya.

"Rosalynn adalah mitra setara saya dalam segala hal yang pernah saya capai. Dia memberi saya bimbingan dan dorongan yang bijaksana ketika saya membutuhkannya. Selama Rosalynn ada di dunia, saya selalu dicintai dan didukung olehnya."

The Washington Post melakukan retrospeksi tahun-tahun terakhir mereka bersama, dan mengungkapkan bahwa meskipun mereka berdua memasuki usia 90-an, mereka tetap saling support satu sama lain. Jimmy Carter merawat dan mendampingi Rosalynn setelah menjalani operasi besar pada tahun 2018. Lalu, Rosalynn juga merawat Jimmy ketika diagnosis kanker.

Mereka saling menjaga satu sama lain. Orang-orang yang paling mengenal pasangan ini mengatakan bahwa Jimmy dan Rosalynn menghabiskan hari-hari terakhir mereka bersama di rumah dan hal ini tidak berubah sejak tahun 1960-an. Mereka menonton televisi dan duduk berdekatan sambil berpegangan tangan. Teman mereka, Jill Stuckey mengatakan dengan lirih, "Sulit membayangkan jika salah satu dari mereka tidak ada."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us