11 Ibu Negara Amerika Serikat yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah

Siapa bilang ibu negara tidak punya kekuasaan atau pengaruh? Memang, sih, sebagian besar jabatan politik di Amerika Serikat dipegang oleh laki-laki. Namun, gerakan progresif dan sosial dalam sejarah Amerika mampu membuat perempuan berhasil mencapai tingkat kekuasaan yang sama dengan laki-laki. Meski belum ada perempuan yang menjabat sebagai presiden Amerika, tetapi bukan berarti perempuan tidak memegang kekuasaan di Sayap Barat selama berabad-abad lamanya.
Dalam beberapa kasus, pengaruh perempuan sudah ada sebelum Washington, D.C., dan Gedung Putih berdiri. Ibu negara dapat menjadi sekutu politik, orang kepercayaan, pendukung agenda presiden yang ingin disampaikan oleh pemerintah, dan dapat membentuk warisan presiden itu sendiri. Bahkan setelah mereka meninggalkan Washington, ibu negara masih memegang kekuasaan dan pengaruh besar di negaranya. Jadi, inilah beberapa ibu negara Amerika Serikat yang dianggap paling berkuasa dan berpengaruh dalam sejarah.
1. Hillary Clinton

Tidak ada mantan ibu negara lain yang mendekati jabatan kepresidenan selain ibu negara ke-42, Hillary Clinton. Saat masih menjabat, Hillary Clinton menjadi istri presiden pertama yang mencalonkan diri dan memenangkan kursi Senat AS mewakili New York pada 2001.
Saat calon presiden Bill Clinton berkampanye untuk jabatannya pada 1992, salah satu slogan yang dia gunakan selama pemilihan presiden adalah "beli satu, gratis satu." Slogan itu mengartikan bahwa jika dia terpilih, Hillary akan memiliki andil dalam membentuk kebijakan pemerintah. Bill Clinton bahkan membandingkan dirinya dan istrinya dengan pasangan Demokrat sebelumnya, Franklin dan Eleanor Roosevelt. “Jika saya terpilih sebagai presiden, ini akan menjadi kemitraan yang belum pernah terjadi sebelumnya, jauh lebih hebat dibandingkan Franklin dan Eleanor Roosevelt.”
Namun, saat Bill Clinton menjabat, Hillary Clinton mulai merombak sistem layanan kesehatan. Menurut White House.gov, Bill Clinton bahkan meminta Hillary untuk membuat kantornya sendiri di Sayap Barat. Pidato Hillary Clinton pada Konferensi Dunia Keempat tentang Perempuan PBB tahun 1995 di Beijing merupakan pencapaian yang luar biasa sebagai ibu negara. Setelah menjabat sebagai senator New York pada masa pemerintahan George W. Bush, Hillary Clinton menjabat sebagai menteri luar negeri pada masa jabatan pertama Pemerintahan Obama.
2. Edith Wilson

Meskipun Hillary Clinton dikalahkan Donald Trump dalam pemilihan calon presiden, tapi dia bukanlah perempuan pertama yang memegang jabatan panglima tertinggi. Faktanya, sekitar satu abad sebelumnya, Edith Wilson menghabiskan 17 bulan sebagai de facto (jabatan tertinggi) untuk suaminya, Woodrow Wilson.
Pernikahan Edith dengan Woodrow adalah pernikahan kedua. Pasalnya, Edith pernah menikah selama 12 tahun dengan Norman Galt, sebelum suaminya meninggal dunia karena demam kuning. Saat Edith menikah dengan Woodrow Wilson pada tahun 1915, Woodrow sebenarnya sudah menjadi presiden. Pemerintah sempat khawatir dengan kehadiran Edith, karena Edith dinilai bisa merusak peluang Woodrow Wilson untuk menang kembali. Terlepas dari ketakutan mereka, Woodrow Wilson justru terpilih kembali, dan Edith turut memegang kendali di Gedung Putih.
Edith membatasi panggilan dan pesan untuk presiden, sehingga membuat penasihat terpercaya presiden, Edmund House, dan sekretaris persnya, Joseph Tumulty marah . Ketika Amerika Serikat memasuki Perang Dunia I, Edith mengetahui semua informasi rahasia negara dan menjadi sukarelawan dengan menggalang dana untuk upaya perang di dalam negeri. Setelah perang berakhir dengan gencatan senjata, Edith menemani suaminya berkeliling Eropa dan menjadi sejarah pertama bagi ibu negara.
Pada bulan Oktober 1919, hampir setahun setelah perang berakhir, Woodrow Wilson menderita stroke parah. Wilson terbaring di tempat tidurnya dan tidak bisa menjalankan tugas negara. Edith sendiri tidak meminta suaminya untuk mengundurkan diri, karena menurutnya, hal itu bisa membuat suaminya depresi. Jadi, selama 17 bulan masa kepresidenannya, dokumen atau siapa pun yang ingin bertemu atau meminta persetujuan presiden harus melalui Edith.
3. Michelle Obama

Tidak mengherankan, sebagai ibu negara Afrika-Amerika pertama, Michelle Obama menghadapi banyak ejekan dan serangan rasial seperti yang dialami pula oleh suaminya. Meskipun demikian, keanggunan Michelle Obama mencerminkan sosok Jackie Kennedy, dan pengaruh politiknya mencerminkan Hillary Clinton. Sementara itu, menurut Gallup, Michelle Obama dianggap sebagai perempuan paling dikagumi di dunia bahkan setelah jabatan suaminya selesai dari Gedung Putih.
Michelle Obama kuliah di Universitas Ivy League dan mengambil jurusan hukum, (sementara Barack Obama kuliah di Harvard Law School). Michelle lulus pada 1988. Dua dekade berikutnya, Michelle bekerja di sektor publik, dan di berbagai posisi komunitas di Chicago. Menurut situs resmi Obama White House, Ibu Negara Michelle Obama menghabiskan delapan tahun masa jabatannya dengan mengerjakan empat inisiatif, seperti mengadvokasi keluarga sehat, anggota militer dan keluarganya, pendidikan tingkat tinggi, dan pendidikan remaja perempuan internasional.
Michelle membantu meluncurkan inisiatif seperti Let's Move!, Let Girls Learn, Reach Higher, dan Joining Forces untuk memerangi masalah yang dia amati di Amerika. Michelle bertemu dengan ribuan pekerja federal. Momen ini pun bahkan belum pernah dilakukan sejak Eleanor Roosevelt pada masa Great Depression (Depresi Ekonomi), untuk lebih membangun dukungan bagi Pemerintahan Obama.
4. Jacqueline "Jackie" Kennedy

Berbeda dengan Hillary Clinton atau Edith Wilson, Jacqueline "Jackie" Kennedy berkontribusi untuk bangsanya melalui seni dan budaya, bukan politik. Menurut situs resmi Perpustakaan dan Museum Kepresidenan John F. Kennedy, Jackie Kennedy mengatakan bahwa Gedung Putih sangat penting sebagai representasi sejarah Amerika dan bagi siapa pun yang menempati gedung tersebut. Jackie, dengan bantuan para ahli dan seniman, merenovasi Gedung Putih dengan furnitur dan dekorasi terbaik. Jackie kemudian melakukan tur ke Gedung Putih pada 1962 untuk CBS TV, dan memproyeksikan perubahan zaman yang diwakili oleh JFK.
Jackie juga memamerkan budaya dan kesenian Amerika dengan mengundang ilmuwan, penyair, penulis, musisi, dan banyak lagi ke Gedung Putih untuk makan malam, acara pertunjukan, dan pertemuan dengan negarawan serta politisi terkemuka di Washington. Sebagai ikon fashion, Jackie Kennedy masih dianggap sebagai salah satu individu paling berpengaruh di abad ke-20 karena busananya. Jackie Kennedy juga masih dipandang sebagai ibu negara teranggun yang menduduki Gedung Putih.
5. Abigail Adams

Abigail Adams adalah ibu negara dari John Adams, Jr. (Bapak Pendiri Amerika). Dilansir History, jauh sebelum isu hak-hak perempuan, penghapusan perbudakan, dan pendidikan perempuan menjadi arus utama, Abigail Adams mengadvokasi isu-isu ini di awal-awal terbentuknya Amerika Serikat.
Mengutip laman Women's History, sepanjang hidupnya, John Adams mengandalkan istrinya untuk menjadi penasihat. John sangat menghargai pendapat istrinya mengenai masalah politik, meskipun dia setuju atau pun tidak. Salah satunya adalah ketika John Adams memiliki andil dalam Konvensi Kontinental Pertama. Abigail Adams memberikan masukan kepada suaminya agar konvensi tersebut membentuk sebuah bangsa yang harus adil kepada perempuan.
Abigail Adams juga bepergian dengan John Adams selama perjalanannya ke Eropa sembari bekerja sebagai diplomat. Selain itu, Abigail Adams sangat ingin meningkatkan pendidikan perempuan agar para ibu dapat mendidik anak-anak mereka sebaik mungkin. Setelah berada di Gedung Putih, Abigail menjalin korespondensi dengan Thomas Jefferson dan James Madison.
6. Dolley Madison

Berdasarkan laporan Biography, Dolley Madison adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya, John Todd. Lalu, dia menikah dengan James Madison (salah satu Bapak Pendiri AS). Pasangan ini sempat meninggalkan dunia politik pada tahun 1797. Namun, tiga tahun kemudian, sekutu dan kolega politik dekat James, Thomas Jefferson, terpilih sebagai presiden dan meminta James Madison untuk menjabat sebagai menteri luar negeri. Sebagai seorang duda, Thomas Jefferson meminta Dolley Madison untuk menjadi ibu negara dalam berbagai acara dan mendekorasi Gedung Putih yang baru dibentuk.
Ketika James Madison terpilih sebagai presiden setelah Thomas Jefferson, cara Dolley Madison sebagai ibu negara memiliki kemiripan dengan Jackie Kennedy. Dolley Madison sering menjadikan Gedung Putih sebagai tuan rumah acara sosial dan pesta untuk membantu agenda politik suaminya. White House History mengatakan bahwa Dolley Madison terkenal karena keramahan dan aksi sosialnya yang tinggi. Dolley mampu meredam ketegangan politik karena pengaruhnya yang besar. Namun, dia harus meninggalkan Gedung Putih karena Inggris menginvasi Washington, D.C.
7. Nancy Reagan

Sama seperti partai konservatif modern yang dibangun berdasarkan warisan dan masa jabatan Presiden Ronald Reagan, banyak ibu negara yang juga mengikuti jejak Nancy Reagan. Seperti yang dijelaskan National First Ladies Library, salah satu kebijakan Pemerintahan Reagan yang paling diingat adalah "Perang Melawan Narkoba," dibentuk berlandaskan semangat Nancy Reagan. Selain itu, Nancy membawa keglamoran Hollywood ke Gedung Putih yang belum pernah terjadi sejak Jackie Kennedy.
Perang terhadap narkoba adalah kebijakan pemerintah yang berupaya meningkatkan hukuman penjara bagi pengguna dan pengedar narkoba. Slogan yang digunakan Pemerintahan Ronald Reagan dan ibu negara Nancy Reagan adalah, "Katakan Tidak." Nancy mengemukakan slogan tersebut saat mengunjungi sekolah di Oakland. Ivy Cohen, presiden Just Say No Foundation dari tahun 1987–1997, mengatakan bahwa Nancy Reagan memberikan perhatian besar terhadap masalah ini.
Seperti dilansir The Guardian, sayangnya, kebijakan tersebut memiliki konotasi negatif, karena perang melawan narkoba menyasar masyarakat berpenghasilan rendah dan komunitas Afrika-Amerika. Selain itu, permasalahan untuk memberantas narkoba sangat kompleks dan tidak semudah kelihatannya. Adanya permasalahan mendasar dari rasisme sistemik dan juga ketimpangan sosial sangat berkontribusi pada penggunaan dan distribusi narkoba.
8. Eleanor Roosevelt

Sebelum Hillary Clinton, Jackie Kennedy, atau Michelle Obama, Eleanor Roosevelt menjadi sebuah standar seorang ibu negara. Dilansir CBS News, Eleanor Roosevelt adalah orang pertama yang menulis kolom berita harian, menjadi pembawa acara radio mingguan, mengadakan konferensi pers sendiri, dan menjadi aktivis kemanusiaan selama 12 tahun di Washington, D.C., dan setelah dia pergi dari Gedung Putih.
Saat Franklin Delano Roosevelt (FDR) terpilih sebagai presiden pada 1932, Amerika Serikat berada di tengah keruntuhan ekonomi terburuk yang pernah dialaminya. Jadi, Eleanor melakukan perjalanan ke seluruh Amerika untuk mengumpulkan informasi dan mencari tahu tentang parahnya Great Depression (Depresi Ekonomi). Informasi ini kemudian ia laporkan kepada suaminya, yang pada akhirnya membentuk program dan kebijakan untuk membantu negara.
Eleanor juga mendorong suaminya untuk mengadvokasi persamaan hak bagi orang keturunan Afrika-Amerika dan perempuan di negara tersebut. Kebijakannya yang sangat progresif tersebut, membuat Direktur FBI saat itu, J. Edgar Hoover, menduga bahwa Eleanor adalah seorang komunis atau simpatisan komunis. Eleanor dituduh memerintahkan agen untuk mengikuti gerakannya.
Pasca kematian FDR, Presiden Harry Truman masih mengandalkan mantan ibu negara tersebut. Truman bahkan mengangkat Eleanor ke Majelis Umum PBB. Eleanor juga menjabat sebagai ketua Komisi Hak Asasi Manusia, di mana ia menyusun Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Sejak kematiannya pada tahun 1962, seperti dilansir Now This News, warisan Eleanor Roosevelt dalam memperjuangkan hak asasi manusia sangat terasa dalam gerakan sosial saat ini.
9. Betty Ford

Elizabeth Anne "Betty" Bloomer Ford memiliki masa jabatan terpendek sebagai ibu negara dalam poin ini, bahkan hanya memegang posisi selama tiga tahun saja. Namun, Betty Ford memiliki pengaruh yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Meskipun menjadi bagian dari Partai Republik yang konservatif, menurut situs resmi Gerald Ford Foundation, Betty Ford memiliki sikap liberal yang kuat dan membuatnya sangat populer.
Setelah menjadi ibu negara, Betty Ford mengejutkan Amerika dalam sebuah wawancara dengan 60 Minutes. Dalam wawancara tersebut, Betty Ford berkata bahwa dia seharusnya mencoba ganja saat dia masih muda, mendukung keputusan Roe v. Wade (melegalkan aborsi), dan tidak masalah jika putrinya melakukan seks pranikah. Setelah wawancara itu, faksi partai konservatif menyebut Betty sebagai "No Lady" dan meminta pengunduran dirinya.
Namun, dalam jajak pendapat umum di seluruh Amerika, popularitas Betty Ford justru melonjak hingga 75 persen. Hal ini terjadi karena beberapa minggu setelah pindah ke Gedung Putih, Betty didiagnosis menderita kanker payudara. Betty mendorong masyarakat untuk lebih sadar akan penyakit tersebut dan dia memberikan pengaruh positif tentang pentingnya kesehatan pada masyarakat.
10. Abigail Fillmore

Millard Fillmore (presiden Amerika Serikat ke-13) memang tidak begitu terkenal jika dibandingkan dengan presiden seperti John F Kennedy, FDR, atau Ronald Reagan. Meski begitu, pengaruh ibu negara Abigail Fillmore terhadap Gedung Putih dan sebagai pendukung sikap progresif masih bergema hingga saat ini.
Dikutip laman Britannica, Abigail lahir dari pasangan Lemuel Powers, seorang pendeta Baptis, dan Abigail Newland Powers, seorang ibu yang menekankan pentingnya pendidikan. Itulah sebabnya, Abigail Fillmore menjadi guru sekolah. Saat itulah, Abigail bertemu dengan calon suaminya, Millard Fillmore.
Saat menjabat di Gedung Putih, kecintaannya pada pendidikan mengikuti langkahnya sampai ia menjadi ibu negara. Abigail mengumpulkan dana untuk Perpustakaan Gedung Putih yang pertama, dan Abigail Fillmore menjadi pustakawan pertama. Saat ini, Perpustakaan Gedung Putih telah berkembang pesat, dan masih memiliki 12 jilid asli dari perpustakaan pertamanya.
Seperti banyak ibu negara lainnya, Abigail memiliki sikap progresif selama berada di Washington. Dia memimpin gerakan untuk melarang hukuman cambuk di militer AS dan menjadi pembela hak-hak perempuan. Berdasarkan tulisan E History, sejarawan meyakini bahwa Abigail mendukung prinsip-prinsip Konvensi Hak-Hak Perempuan Seneca Falls tahun 1848.
Dia juga seorang pemikir politik yang cerdik dan diandalkan suaminya. Sayangnya, Presiden Millard Fillmore juga pernah menentang nasihat istrinya dan menandatangani Undang-undang Budak Buronan, yang memaksa para budak yang melarikan diri untuk dikembalikan kepada majikannya. Hal ini pun menghancurkan peluang politik Millard Fillmore untuk terpilih kembali.
11. Rosalynn Carter

Pada Juli 2020, Rosalynn dan Jimmy Carter merayakan hari jadi mereka yang ke-74 tahun. Melansir kabar USA Today, pasangan ini sudah bersama lebih lama dibandingkan presiden dan ibu negara lainnya. Seperti suaminya, selama dan setelah menjabat di Gedung Putih, Rosalynn bekerja tanpa kenal lelah sebagai aktivis kemanusiaan di seluruh dunia.
Mirip dengan FDR yang mengandalkan Eleanor Roosevelt untuk melakukan perjalanan keliling negara guna memahami masalah yang dihadapi Amerika, Jimmy Carter juga mengandalkan Rosalynn dengan cara yang sama. Jimmy Carter memandang istrinya sebagai konsultan dalam pengambilan keputusan, pidato, dan pengangkatan isu-isu dalam dan luar negeri. Rosalynn Carter juga bekerja sama dengan Menteri Perumahan dan Pembangunan Perkotaan, Patricia Harris, dan Menteri Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan, Joseph Califano.
Pada tahun 1977, Rosalynn bekerja sebagai ketua kehormatan aktif Komisi Kesehatan Mental Presiden. Dia mengawasi dewan yang menyelidiki dan menyiapkan laporan tentang isu-isu dalam komunitas kesehatan mental mulai dari masalah ekonomi, medis, dan diskriminasi. Dari sinilah tercetus Undang-Undang Sistem Kesehatan Mental tahun 1980.
Aktivis ini pun berlanjut setelah meninggalkan Washington. Rosalynn dan suaminya membentuk Carter Center di Atlanta, Georgia. Rosalynn juga merupakan presiden dewan direksi Rosalynn Carter Institute for Caregivers. Jimmy Carter mengatakan kepada CSPAN pada 2015, "Hal terbaik yang pernah saya lakukan adalah menikahi Rosalynn. Itulah puncak dalam hidup saya."
Seperti pepatah yang mengatakan bahwa dibalik lelaki sukses, selalu ada perempuan hebat di belakangnya. Hal ini menandakan betapa pentingnya pengaruh seorang perempuan dalam kehidupan suami maupun keluarganya. Tidak main-main, seorang ibu negara juga memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan karier suami dan negaranya. Seperti beberapa ibu negara Amerika Serikat yang sudah kita bahas di poin-poin di atas.