Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Seputar Fertile Crescent, Pusat Peradaban Timur Tengah

aliran Sungai Eufrat di Turki (pexels.com/Zülfü Demir)
Intinya sih...
  • Fertile crescent terletak di Timur Tengah, meliputi Irak, Syria, Turki, Libanon, Yordania, Palestina, dan Mesir.
  • Wilayah ini memiliki iklim kering namun dilalui oleh tiga sumber air yaitu Sungai Eufrat, Tigris dan Nil.
  • Wilayah ini merupakan asal mula pertanian manusia dan pernah dikuasai oleh tujuh kerajaan serta satu peradaban besar.

Ketika membahas kawasan Timur Tengah, gurun pasir dan hamparan tanah yang tandus pasti langsung terlintas dalam pikiran kita. Meski sebagian besar wilayah tersebut tertutupi gurun pasir dan cuaca yang panas, sebenarnya ada satu kawasan di Timur Tengah yang terkenal dengan kesuburan tanahnya.

Wilayah yang dimaksud adalah fertile crescent atau zona berbentuk bulan sabit yang berada di sebagian kawasan Timur Tengah. Istilah fertile crescent pertama kali diperkenalkan oleh ahli sejarah Mesir berkebangsaan Amerika Serikat bernama James Henry Breasted, dalam salah satu bukunya yang terbit di tahun 1916, dikutip dari Thoughtco.

Lantas, dimanakah letak fertile crescent tersebut? Apakah wilayah tersebut masih menyimpan potensi kesuburan tanahnya? Mari kita simak beberapa fakta berikut mengenai area fertile crescent.

1. Fertile crescent terletak di antara Gurun Arab dan Dataran Tinggi Armenia

peta kawasan fertile crescent (commons.m.wikimedia.org/GFDL)

Dikutip dari Britannica, fertile crescent meliputi kawasan kuno Babylonia, Assyria, Syria, Palestina hingga lembah Sungai Nil. Di era modern, kita lebih mengenal tempat-tempat tersebut sebagai Irak, Syria, Turki, Libanon, Yordania, Palestina, dan Mesir.

Fertile crescent dibatasi oleh batas geografis yang jelas di kedua sisi yaitu Gurun Arab di sebelah selatan dan Dataran Tinggi Armenia di sisi utara. Sesuai namanya, kawasan tersebut membentuk bulan sabit dengan sisi lengkung di bagian utara.

2. Keberhasilan pertanian di kawasan fertile crescent tak lepas dari letak geografisnya

salah satu lahan pertanian di Yordania (commons.m.wikimedia.org/Adeeb Atwan)

Dikutip dari World History Encyclopedia, fertile crescent diperkirakan sudah menjadi kawasan pemukiman sejak 10.000 SM. Pada waktu tersebut diperkirakan sudah terdapat aktivitas pertanian dan domestikasi hewan di wilayah fertile crescent.

Serupa dengan kebanyakan wilayah Timur Tengah, kawasan fertile crescent sebenarnya memiliki iklim kering seperti gurun. Akan tetapi, wilayah ini dilalui oleh tiga sumber air sekaligus yaitu Sungai Eufrat, Tigris dan Nil.

Masyarakat pemburu-pengumpul yang sebelumnya hanya melewati fertile crescent sebagai persinggahan, mulai mengadopsi gaya hidup bercocok tanam setelah mengetahui potensi pertanian wilayah tersebut. Tanaman biji-bijian liar dan sereal diperkirakan menjadi komoditas pertanian awal yang dimulai sejak 9000 SM. 

3. Fertile crescent menjadi saksi munculnya peradaban tertua di dunia

Ziggurat of Ur, peninggalan bangsa Sumeria (commons.m.wikimedia.org/Michael Lubinski)

Fertile crescent sebagian besar terletak di wilayah Mesopotamia yang dikenal dengan banyaknya peradaban kuno. Salah satu peradaban kuno, yang disebut sebagai peradaban tertua di dunia, berada di kawasan ini yaitu peradaban Sumeria.

Dikutip dari World Atlas, pada 5000 SM, peradaban Sumeria muncul di daerah hilir Sungai Eufrat dan Tigris. Meski era bercocok tanam sudah dimulai sejak 5000 tahun sebelumnya, sejarah mencatat orang-orang Sumeria sebagai bangsa pertama yang menciptakan sistem irigasi untuk pertanian.

Keberhasilan bangsa Sumeria dalam bercocok tanam dapat terlihat dari ragam komoditas pertanian yang dihasilkannya, seperti gandum, kacang-kacangan, barley, dan rye. Selain hasil pertanian, bangsa Sumeria juga dikenal dengan penghasil bir tertua di dunia. 

4. Beberapa kerajaan besar pernah menguasai fertile crescent

rekonstruksi reruntuhan Babylonia (commons.m.wikimedia.org/Osama Sarm)

Peradaban Sumeria hanyalah satu dari beberapa peradaban besar yang pernah menguasai fertile crescent. Dalam sejarahnya, wilayah ini pernah dikuasai setidaknya oleh tujuh kerajaan dan satu peradaban besar.

Memasuki tahun 912 SM, Kerajaan Neo-Assyria menjadi penguasa wilayah fertile crescent setelah peradaban Sumeria. Selama tiga abad, kerajaan tersebut membuat kemajuan besar di bidang literatur, sebelum tergantikan oleh Kerajaan Babylonia. 

Daerah Babylonia yang masuk dalam kawasan fertile crescent mencapai puncak kemakmuran ketika Kerajaan Babylonia berkuasa. Sayangnya, kejayaan Babylonia tidak berlangsung lama setelah kota tersebut jatuh ke tangan Dinasti Akhemeniyah Persia pada 539 SM.

Keberhasilan Alexander the Great dalam upaya-nya menginvasi Persia pada 334 SM, membuat fertile crescent kembali mengalami perpindahan kekuasaan. Dalam kurun waktu empat abad selanjutnya, fertile crescent sempat dikuasai oleh Kerajaan Parthia dan berlanjut dengan kedatangan Kekaisaran Romawi pada 116 M.

Dinasti Sasaniyah Persia mengakhiri kekuasaan singkat Romawi selama 110 tahun. Pada abad ke-7 Masehi, Dinasti Sasaniyah Persia harus mengakhiri masa kepemimpinan di fertile crescent yang saat itu telah beralih ke tangan bangsa Arab Muslim, dikutip dari World History Encyclopedia.

5. Kawasan fertile crescent kini sudah tidak subur sebagaimana di masa lalu

pemandangan kota Al-Hillah, Irak (pxhere.com)

Meski dulu dikenal sebagai kawasan subur untuk lahan pertanian, fertile crescent kini seolah hanya tinggal nama. Pembangunan saluran irigasi secara masif serta kebijakan pengeringan ekosistem payau yang dilakukan pemerintah Irak pada tahun 1990an berdampak pada proses desertifikasi di kawasan tersebut, dikutip dari World Atlas.

Kawasan fertile crescent juga beberapa kali mengalami bencana kekeringan akibat kenaikan temperatur global. Dikutip dari Scientific American, kenaikan temperatur sangat mempengaruhi terjadinya bencana kekeringan ekstrim di beberapa wilayah Timur Tengah khususnya Syria, Irak dan Iran.

Selain perubahan iklim, faktor keamanan dan stabilitas politik setempat juga turut mempengaruhi keberlangsungan sektor pertanian di kawasan fertile crescent. Menurut data dari UN World Food Programme, diperkirakan setengah dari populasi masyarakat Syria tengah dilanda kelaparan dan kesulitan mendapat akses air bersih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us