ilustrasi tsunami (pexels.com/Ray Bilclif)
Dilansir Britannica, setelah terjadinya gempa bumi atau impuls pembangkit yang lain, hubungan gelombang osilasi progresif yang sederhana disebarkan dengan jarak yang sangat jauh di atas permukaan laut pada lingkaran yang mengalami pelebaran terus-menerus. Tsunami dapat bergerak hingga 800 km per jam di perairan dalam.
Panjang gelombang bisa mencapai lebih dari 500 km dengan amplitudo gelombang (tinggi) yang sangat kecil sekitar 30 sampai 60 cm. Kecepatan gelombang akan berkurang jika terjadi gesekan dengan naiknya dasar laut saat gelombang mendekati pantai sebuah benua. Kecepatan yang akan berkurang dapat memperpendek panjang gelombang dan meningkatkan amplitudo gelombang (tinggi).
Selama 10 sampai 15 menit perairan pantai dapat naik setinggi 30 m di atas permukaan laut normal. Pergerakan perairan landas kontinen akan dimulai ketika permukaan laut sudah naik. Tiga sampai lima gerakan besar akan membuat kerusakan. Aliran deras yang muncul secara umum dapat menumbangkan pohon, membawa perahu jauh ke pantai, menyerat bangunan hingga menghanyutkan seluruh pantai.
Pergerakan ini akan terus berlanjut hingga permukaan laut mencapai kesetimbangan. Topografi dasar laut dekat pantai dan konfigurasi garis pantai dapat memantulkan dan membiaskan tsunami. Gelombang tsunami yang datang pertama kali bisa saja palung gelombang yang akan membuat air surut dan memperlihatkan dasar laut yang dangkal. Namun, puncak gelombang yang memiliki potensi mengikuti palung akan terjadi beberapa menit setelahnya.
Selain itu, melansir dari International Tsunami Information Center, proses terjadinya tsunami bisa dikarenakan gempa bumi, tanah longsor di bawah laut, batu yang jatuh, dan kemerosotan bawah laut, serta letusan gunung berapi. Berikut penjelasan lebih detailnya:
Bagaimana gempa bumi dapat menimbulkan tsunami?
Dilansir International Tsunami Information Center, tsunami yang paling merusak dihasilkan dari gempa besar dan dangkal dengan pusatnya atau garis patahannya berada di dasar laut. Hal ini sering terjadi di wilayah bumi dengan subduksi tektonik di sepanjang batas lempeng tektonik.
Tingginya gempa di wilayah tersebut terjadi karena adanya tumbukan lempeng tektonik. Saat terjadinya pergerakan oleh lempeng-lempeng dan melewati satu sama lain akan mengakibatkan gempa bumi besar, yang dapat mengimbangi, memiringkan, atau menggeser area dasar samudra yang luas hingga berjarak 1000 km atau lebih. Pergeseran vertikal di area yang luas secara tiba-tiba dapat mengganggu permukaan laut sehingga dapat memindahkan air yang nantinya menghasilkan gelombang tsunami yang merusak.
Dari wilayah sumber, jarak yang ditempuh oleh gelombang sangat jauh sehingga akan membuat kehancuran di sepanjang jalurnya. Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua gempa bumi akan mengakibatkan tsunami. Gempa akan menghasilkan tsunami apabila berkekuatan lebih dari 7,5 Richter.
Sebagian besar tsunami muncul karena di zona subduksi mengalami gempa bumi dangkal dan besar. Pasifik sepanjang zona subduksi ring of fire mengalami lebih dari 80 persen tsunami. Saat pecahnya gempa bumi besar akan membuat slip vertikal pada patahan tersebut cukup besar dan mengakibatkan lautan di atasnya terganggu yang kemudian akan mengakibatkan tsunami yang melebar ke semua arah.
Bagaimana tanah longsor di bawah laut, batu yang jatuh, dan kemerosotan bawah laut menghasilkan tsunami?
Dilansir International Tsunami Information Center, gelombang tsunami terjadi karena perpindahan air akibat jatuhnya tanah longsor atau kemerosotan di bawah laut secara tiba-tiba. Kejadian ini dapat terjadi karena kegagalan dan tidak stabilnya lereng bawang bawah laut karena adanya pergerakan tanah dari gempa bumi yang kuat.
Gempa bumi yang besar mengakibatkan banyak tanah longsor di bawah laut yang menimbulkan tsunami. Energi gelombang tsunami secara umum dihasilkan karena adanya tanah longsor atau batu yang berjatuhan secara cepat dan bergerak menjauhi sumbernya kemudian melintasi lautan. Energi dan ketinggian tsunami secara cepat akan berkurang dari sumbernya.
Bagaimana letusan gunung berapi dapat menimbulkan tsunami?
Dilansir International Tsunami Information Center, letusan gunung berapi yang dahsyat menjadi gangguan impulsif yang dapat membuat pindahnya air dalam jumlah besar dan mengakibatkan gelombang tsunami yang merusak daerah secara langsung. Dalam hal ini, gelombang muncul karena air berpindah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh ledakan vulkanik karena kegagalan lereng gunung berapi atau ledakan phreatomagmatic dan keruntuhan ruang magmatik vulkanik.
Gunung berapi menjadi salah satu sumber yang dapat menciptakan tsunami setinggi gempa terbesar. Keadaan ini disebabkan karena gempa vulkanik, letusan bawah laut, aliran piroklastik, keruntuhan kaldera, tanah longsor, lahar, letusan phreatomagmatic, keruntuhan bangku lava, dan gelombang udara dari ledakan besar.