Walau Sulit, 6 Faktor Ini Bisa Meruntuhkan Peradaban Barat, Apa Saja?

Tak ada yang abadi, termasuk peradaban

Kehidupan manusia layaknya sebuah roda yang terus berputar; kadang di atas, kadang di bawah. Hal yang sama juga dapat terjadi dengan sebuah peradaban. Meski ada lagu yang menyatakan bahwa "Peradaban takkan pernah mati," nyatanya peradaban sama seperti manusia: mereka dapat mati dan terlupakan.

Sama seperti peradaban-peradaban sebelumnya, peradaban Barat yang "gagah" pun dapat runtuh. Saat ini, peradaban Barat benar-benar kewalahan ketika pandemi COVID-19 masuk melalui pintu depan mereka. 

Di tengah pandemi COVID-19, negara-negara Barat yang mayoritas menganut ideologi liberalisme-kapitalisme mulai goyah, sehingga banyak yang memprediksi kalau peradaban Barat akan segera runtuh. Beberapa tanda di bawah ini akan menjelaskan mengapa peradaban Barat dapat runtuh secepatnya. Berikut penjelasannya.

1. Ketidakjelasan gender

Walau Sulit, 6 Faktor Ini Bisa Meruntuhkan Peradaban Barat, Apa Saja?gender.news

Profesor Paul McHugh, seorang psikiater di Johns Hopkins Medicine, menjelaskan kalau transgender lebih cenderung menjadi masalah psikologis daripada masalah biologis. Oleh sebab itu, McHugh lebih merekomendasikan konseling daripada operasi tubuh sebagai pengobatan utama untuk membantu individu yang mengalami gangguan identitas gender.

McHugh tidak sendirian, karena banyak psikiater dan profesional medis lainnya yang setuju dengannya. Perlu diketahui kalau para profesional ini tidak membenci atau memandang rendah para transgender. Dalam hal ini, mereka hanya menarik kesimpulan kalau operasi penggantian kelamin bukanlah opsi terbaik untuk menangani masalah tersebut.

Selain penjelasan dari McHugh, penelitian yang dilakukan oleh NCBI juga menunjukkan kalau tingkat kematian pada trans-seksual yang menjalani operasi kelamin jauh lebih tinggi daripada populasi pada umumnya. Pada akhirnya, penegasan gender kembali dipandang sebagai cara terbaik untuk mengobati para transgender.

Lalu, apa yang mendasari alasan yang "bias" ini? Ternyata, hal ini dapat kita lihat di awal peradaban Barat sendiri. Sudah lama diketahui kalau homoseksualitas dan pergaulan bebas "ala" Yunani berkontribusi pada keruntuhan Kekaisaran Romawi.

Dengan sejarah sebagai panduan kita, sudah jelas kalau penghapusan norma-norma seksual di masa lampau turut berkontribusi terhadap kerusakan sosial. Bergantung pada perspektif kalian terhadap masyarakat Barat, merebaknya kaum transgender di Barat dapat dilihat sebagai awal kehancuran sekaligus simbol kebebasan dalam peradaban mereka.

2. Kehancuran sistem keluarga 

Walau Sulit, 6 Faktor Ini Bisa Meruntuhkan Peradaban Barat, Apa Saja?feminism.trendolizer.com

Selama berabad-abad, keluarga telah berfungsi sebagai unit kekuatan formatif yang dominan untuk generasi berikutnya. Dalam masyarakat yang sehat, setiap unit keluarga diberi informasi yang sesuai dan diarahkan ke tren budaya umum. Namun dalam masyarakat yang tidak sehat, individu akan memisahkan diri (atau dipisahkan) dari unit keluarga dan hidup sendiri.

Hal ini sangat terlihat di dunia modern, di mana para penganut etatisme membuat sekolah khusus untuk indoktrinasi kepada generasi muda. Tak berhenti sampai situ, mereka juga berusaha untuk memberantas keberadaan keluarga inti.

Hillary Clinton, misalnya, yang terkenal karena menganggap orang tua tidak mampu membesarkan anak-anak mereka sendiri lalu berkata, "Dibutuhkan sebuah desa khusus untuk membesarkan anak." Pada tahun 2013, kontributor MSNBC Melissa Harris-Perry secara lebih terbuka mengatakan kalau anak-anak adalah milik seluruh komunitas.

Sama seperti aspek lainnya, para ahli percaya kalau pendidikan anak-anak harus seimbang, baik dari keluarga maupun pusat. Dengan rusaknya struktur keluarga tradisional, negara bebas untuk membentuk persepsi ke generasi berikutnya. Tentu saja, hal ini akan terlihat seperti karya George Orwell, 1984, di mana negara mengendalikan semuanya.

3. Dominasi dunia virtual

Walau Sulit, 6 Faktor Ini Bisa Meruntuhkan Peradaban Barat, Apa Saja?opera.com

Saat ini, setiap harinya, masyarakat Barat justru semakin terputus dari kehidupan nyata. Bersembunyi di bawah janji untuk membuat semua orang terhubung, nyatanya media sosial telah memisahkan kita dari realitas.

Pada saat yang sama, dorongan seksual kita juga mulai didorong ke arah virtual lewat pornografi online. Berbagai tradisi spiritual menyatakan kalau hubungan seksual adalah koneksi kita dengan alam semesta. Ketika terputus dari realitas, kita akan kehilangan salah satu bentuk eksistensi kita sebagai manusia.

Selain itu, video game juga secara eksplisit dirancang untuk "mengajak" para pemainnya untuk menghabiskan waktu sebanyak mungkin di dunia virtual. Orang yang kecanduan game secara bertahap menjadi terbiasa dengan konsep kalau dunia nyata itu keras dan membosankan sedangkan lingkungan virtual itu menyenangkan.

Baca Juga: Modern sebelum Zamannya, 30 Bukti Kemajuan Peradaban Mesir Kuno

4. Imigrasi massal dari negara-negara berkembang

Walau Sulit, 6 Faktor Ini Bisa Meruntuhkan Peradaban Barat, Apa Saja?libertynation.com

Pada bulan Maret 2011, Muammar Khadafi memperingatkan dunia kalau Eropa akan dipenuhi dengan para imigran jika rezimnya jatuh. Ini bukan gertak sambal belaka, karena Libya sendiri sudah menjadi "pintu gerbang" ke Eropa seperti halnya Meksiko sebagai pintu gerbang bagi para imigran asing untuk masuk ke Amerika Serikat.

Pada bulan Oktober 2011, Khadafi terbunuh. Tak lama berselang, jutaan imigran dari Afrika dan Timur Tengah berbondong-bondong masuk ke Eropa. Sebagian besar dari mereka adalah pria dewasa, dan sayangnya tidak dibekali keterampilan yang dapat dipasarkan sehingga menambah tingkat pengangguran di sana.

Selain di Eropa, ledakan imigrasi juga mulai merusak budaya Barat di Amerika. Amerika Serikat sendiri adalah negara imigran, tetapi ketika perbatasan Amerika tidak diakui atau ditegakkan, imigrasi dapat berubah dari titik kekuatan menjadi kelemahan yang dapat melumpuhkan negeri Paman Sam.

Saat ini, banyak komunitas di Amerika Serikat yang dipakai sebagai tempat berlindung bagi orang-orang yang memasuki negara itu secara ilegal. Jika proses imigrasi terus berlanjut dengan cara seperti ini, hanya menunggu waktu saja sampai peradaban Barat runtuh dengan sendirinya.

5. Nihilisme

Walau Sulit, 6 Faktor Ini Bisa Meruntuhkan Peradaban Barat, Apa Saja?telegraph.co.uk

Pencarian makna akan kehidupan selalu mendominasi filsafat di peradaban Barat. Pada Zaman Kegelapan, konsep "mors certa, hora incerta" (kematian pasti, waktunya yang tidak pasti) merangkum obsesi pada kematian yang muncul dari teologi Kristen.

Di setiap era, filsafat Barat selalu mengambil nuansa dan tugas baru untuk menjelaskan hubungan manusia dengan alam semesta.Namun menjelang akhir era Romantis, gagasan-gagasan tentang makna hidup berubah menjadi agak gelap.

Arthur Schopenhauer, yang mengemukakan nilai-nilai nihilisme, adalah salah satu filsuf yang bertanggung jawab akan hal ini. Filsafat modernisme pun lahir dari nihilisme, lalu dari abu modernisme muncul ideologi baru yang disebut post-modernisme.

Filosofi post-modernisme sendiri mengajarkan bahwa tidak ada kesakralan dalam makna hidup yang disepakati secara sosial dan fakta objektif itu hanyalah khayalan semata. Filosofi ini pun mulai merasuk ke dalam negara-negara besar di luar Eropa, salah satunya Tiongkok.

Di sana, racun nihilisme post-modernitas mulai menyebar di tengah generasi Milenial, di mana mereka (yang disebut sebagai "Generasi Zen") mulai tidak peduli dengan ideologi komunisme. Secara tidak langsung, Generasi Zen adalah representasi sempurna dari pembusukan nilai-nilai sosial yang mulai terjadi di dunia Barat.

6. Ketimpangan ekonomi yang semakin parah

Walau Sulit, 6 Faktor Ini Bisa Meruntuhkan Peradaban Barat, Apa Saja?medium.com

San Francisco adalah surga bagi elite teknokratis Amerika, di mana para eksekutif di Google dan Facebook sering bersalaman dengan senator dan anggota Kongres di restoran-restoran mewah di kota tersebut. Namun sayangnya, San Francisco juga menjadi "surga palsu" bagi para tunawisma.

Lalu, mengapa para tunawisma berkumpul di San Francisco? Melansir dari Guardian, jawabannya adalah karena para elite yang tinggal di sana memberlakukan beberapa kebijakan untuk menarik para tunawisma ke daerah-daerah kumuh di San Francisco.

Alih-alih menggunakan kekayaan mereka yang tak terbatas untuk menciptakan lapangan pekerjaan atau memberikan makanan kepada para tunawisma, para elite di San Francisco justru hanya "meledek" mereka, seolah-olah menunjukkan kalau semua perjuangan mereka tidak ada artinya.

Tujuan para elite di Barat bukanlah untuk membantu kelas bawah, melainkan untuk menciptakan kelas sosial yang permanen. Setelah kelas menengah berhasil mereka eliminasi, para elite akan langsung membuang para kelas bawah ini.

Pernah menonton film Parasite? Sama seperti karakter keluarga Park, para elite Barat juga memandang diri mereka terpisah dari masyarakat di sekitarnya, yang mereka anggap sebagai parasit. Mereka bahkan tidak merasakan empati atau utang jasa kepada peradaban yang telah melahirkan mereka.

Bahkan Karl Marx menyebut para elite Barat bagaikan sosok vampir kapitalis yang "mengisap" sumber daya di sekitarnya. Pada akhirnya, para elite Barat lah yang akan mempercepat keruntuhan peradaban Barat.

Memang, peradaban Barat belum sepenuhnya mati, walau semakin hari semakin mendekati keruntuhannya. Namun cepat atau lambat, dengan memanasnya situasi geopolitik di dunia yang berjalan seiring dengan keterpurukan ekonomi akibat pandemi COVID-19, keruntuhan peradaban Barat hanya tinggal menunggu waktu saja.

Baca Juga: 6 Pengepungan Paling Bersejarah dalam Peradaban Manusia

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya