Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannya

Mau hidup di masa ini? Pikir-pikir lagi deh!

Yunani dan Romawi kuno sering dipuji sebagai tempat kelahiran budaya Barat, serta para pemikir dan seniman hebat dalam sejarah. Namun, dua peradaban ini juga memiliki sisi gelap yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Bahkan, bisa dibilang kalau kalau dua peradaban ini lekat dengan gambaran distopia.

Lalu, apa itu distopia? Distopia sendiri adalah suatu keadaan atau tempat di mana segala sesuatunya seperti neraka. Artikel di bawah ini mungkin akan membuat kalian berpikir bersyukur karena tidak pernah hidup di era yang ditinggali Socrates atau Julius Caesar. Berikut penjelasannya.

1. Kehidupan militeristik di Sparta

Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannyamedium.com

Sejak dilahirkan, para Spartan sudah dilatih untuk menjadi seorang prajurit yang tangguh. Oleh karena itu, mereka membatasi jumlah makanan untuk anak laki-laki mereka. Hal ini bertujuan untuk mendorong aksi pencurian, alih-alih sebagai latihan fisik.

Mereka akan mendapatkan hukuman yang berat jika ketahuan mencuri makanan, bukan karena telah mencuri tetapi karena ketahuan dan tertangkap.

Sparta memang dikenal sebagai peradaban yang mengutamakan efisiensi dan kekuatan, sehingga tidak terlalu memerdulikan moralitas mereka. Mereka sengaja membentuk anak-anak mereka agar menjadi prajurit yang bisa bertarung di medan pertempuran.

Seorang pria dewasa harus menjalani pelatihan militer sepuluh tahun sebelum diberikan kewarganegaraan penuh. Setelahnya, ia dipaksa untuk menyelinap keluar dari barak dan mengunjungi istrinya sendiri (dan akan dihukum jika tertangkap). Lahir di Sparta berarti terlahir sebagai tentara dan akan terikat selamanya dengan seperangkat aturan yang keras.

2. Perempuan hidup seperti tahanan

Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannyamind-control.ru

Kehidupan wanita di Yunani kuno sangatlah memprihatinkan. Para gadis harus menetap di dalam rumah sampai mereka menikah. Ketika pindah ke rumah suaminya, mereka kembali mendapatkan perlakuan yang serupa.

Seperti dilansir dari Ancient History Encyclopedia, para wanita dapat menghabiskan waktu bersama anak-anak dan pembantunya di ruangan yang dirancang khusus untuk mereka. Mereka dapat memasuki ruang tamu dan menerima pengunjung hanya jika suami mereka mengizinkannya.

Para wanita juga sering dijodohkan pada usia 14 tahun, di mana budak perempuan sering menjadi properti seksual majikan laki-laki mereka, serta menjadi sasaran kemarahan istrinya. Tidak ada wanita yang bebas di Yunani kuno, baik itu budak, miskin, bangsawan, atau kelas menengah.

3. Perbudakan yang merajarela

Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannyaadavidsingh.com

Meskipun benar kalau beberapa peradaban sangat bergantung pada budak, ketergantungan Romawi pada kerja paksa budak sangatlah luar biasa. Pada satu waktu, sekitar 30 persen dari populasi Romawi terdiri dari budak.

Untuk menambah jumlah budak mereka, orang Romawi terus menaklukkan wilayah di sekitarnya dan menyerap lebih banyak budak lagi. Terlepas dari praktik perbudakan yang tidak berperikemanusiaan, sistem perbudakan di Romawi kuno sangatlah kejam.

Baca Juga: 6 Fakta Mengejutkan tentang Perbudakan di Yunani Kuno, Apa Saja?

4. Pater familias

Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannyapbs.org

Pater familias adalah istilah kepala keluarga di Romawi kuno, biasanya orang tertua atau paling terpandang dalam keluarga. Demi melindungi nama baik keluarganya, para pater familias diperbolehkan untuk menjual anaknya sebagai budak, mengusir istrinya dari rumahnya, dan menguasai setiap tanah atau kekayaan materi yang dimiliki oleh keluarganya.

Menurut Britannica, aturan patriarki dari pater familias sepenuhnya mutlak. Secara teknis, sistem ini telah menciptakan apa yang pada dasarnya adalah kediktatoran di dalam unit keluarga. Meskipun didominasi oleh pemerintah Romawi, sebagian besar penduduk Romawi sudah diperintah oleh tiran di dalam rumah mereka sendiri.

5. Pemerintah mengawasi kehidupan warganya

Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannyabrewminate.com

Salah satu posisi politik paling penting dalam pemerintahan Romawi adalah "penyensor." Kewajiban penyensor termasuk menjaga moral masyarakat, menjaga sensus, dan mengelola keuangan negara. Penyensor dianggap sebagai posisi yang tinggi dalam hierarki masyarakat dan politik di Romawi.

Mayoritas kekuatan penyensor berasal dari tugas mereka untuk mengatur moralitas. Setiap tuduhan yang mereka berikan akan mencoreng nama terdakwa. Hal ini bisa berarti hilangnya hak untuk memilih, pengusiran dari masyarakat kelas atas, atau penurunan pangkat.

Karena masalah moralitas terjalin erat dengan hukum Romawi, penyensor memiliki hak untuk mencabut segala privilige terdakwa. Tidak ada yang kebal dari penyensor, dan setiap penduduk Romawi berada di bawah pengawasannya setiap saat.

6. Patriotik atau mati

Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannyaasor.org

Perlu dicatat kalau orang Romawi tidak akan pernah mendiskriminasi kalian berdasarkan agama melainkan patriotisme. Artinya, orang Romawi tidak peduli siapa yang kalian sembah selama kalian adalah warga negara yang baik dan memberi penghormatan kepada Kekaisaran Romawi dan para pemimpinnya.

Masalah muncul ketika beberapa kelompok agama seperti Kristen menolak untuk berpartisipasi dalam ritual tertentu yang mereka anggap sesat. Hal ini pun menjadikan orang Kristen menjadi sasaran persekusi bangsa Romawi.

Dari Nero hingga Diocletian, Romawi terus membunuh dan menyiksa banyak sekali orang Kristen. Mereka dipermalukan dan dibunuh, baik secara individu maupun kelompok. Selain orang Kristen, orang Yahudi yang menolak patuh pada pemerintah Romawi juga akan dipersekusi.

7. Hancurnya dua peradaban ini dari dalam

Yunani dan Romawi Kuno adalah Peradaban Distopia? Ini 7 Alasannyarome-roma.net

Tentu aja, salah satu hal yang paling menakutkan tentang Yunani dan Romawi kuno adalah kejatuhan mereka. Keduanya pernah berjaya, namun harus runtuh karena rusak dari dalam. Tidak peduli seberapa kuat pemerintahan mereka, mereka akhirnya menjadi korup dan jatuh ke dalam kehancuran.

Kematian Socrates secara kiasan dapat mewakili kematian cita-cita Yunani dan menjadi pertanda kejatuhan mereka. Suap, korupsi, dan bentrokan antar kepentingan pribadi juga berkontribusi pada runtuhnya Kekaisaran Romawi.

Ketika kekuasaan semakin meningkat, pemerintahan yang adil perlahan-lahan jatuh, hanya menyisakan sistem yang korup. Matinya moralitas dan maraknya pengawasan terhadap publik hanya memperjelas kalau pemerintahan Romawi adalah sebuah distopia yang nyata.

Sebenarnya, masih ada banyak alasan mengapa peradaban Yunani dan Romawi kuno pantas disebut sebagai sebuah contoh kongkret dari distopia. Apakah ada alasan lain yang bisa kalian tambahkan? Jika ada, kalian bisa menulisnya di kolom komentar.

Baca Juga: 7 Miskonsepsi tentang Yunani Kuno yang Sering Dipercaya, Apa Saja?

Shandy Pradana Photo Verified Writer Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya