Mengapa Puncak Merasa Sepi Berada di Rentang Usia 20-an? Ini Kata Ahli

Apalagi kalau diceng-cengin karena status jomblo...

Bila dilihat dari satu kacamata, usia 20-an memang seperti puncak euforia seseorang. Setelah lulus kuliah dan memasuki fase kehidupan selanjutnya, koneksi pun menjadi lebih luas. Kehidupan sosial jadi bagian mutlak: pesta, berkumpul dengan teman-teman, dan sederet aktivitas yang 'hidup' lainnya. Tidak perlu dimungkiri lagi, imajinasi soal kehidupan usia 20-an sebagai puncak kesenangan tidak lepas dari stigma yang dimunculkan di media.

Sebut saja foto dan video yang ditampilkan di Instagram dan sederet serial tivi dan film. Mereka memang menunjukkan hal-hal yang mungkin dilalui pada usia 20-an seperti mengejar karir, putus cinta, bertunangan, dan sebagainya, tetapi tidak menunjukkan sisi lain tentang bagaimana justru di saat-saat ini pula titik krusial individu terjadi: merasa sepi dan sendiri. Berikut ini penjelasan selengkapnya!

1. Kesepian dalam Keramaian

Mengapa Puncak Merasa Sepi Berada di Rentang Usia 20-an? Ini Kata Ahlibustle.com

Sebuah studi tahun 2016 yang dipublikasikan di Development Psychology menemukan bahwa rasa kesepian mencapai puncak pada individu sebelum usia 30 tahun. Hal ini berlaku bagi laki-laki maupun perempuan.

Perlu disadari, kesepian (loneliness) dan sendiri (alone) adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Seseorang yang sendiri tidak selalu berarti dia merasa kesepian. Pun sebaliknya, seseorang bisa saja setiap harinya berada dalam lingkungan yang ramai dan dikelilingi teman-teman, tetapi jauh di dalam hati dan kesadarannya, dia merasa kesepian.

2. Berakar dari rasa takut akan kegagalan

Mengapa Puncak Merasa Sepi Berada di Rentang Usia 20-an? Ini Kata Ahliindependent.co.uk

Bagaimanapun, rentang usia ini diyakini sebagai rentang usia yang paling baik untuk berkembang. Pekerjaan yang keren, pasangan yang cocok, finansial yang oke, dan sederet cita-cita lain soal kehidupan dewasa yang mandiri dan ideal seperti (lagi-lagi), yang disajikan dalam potret Instagram orang asing, kisah novel fiksi, maupun film-film hopeless romantic.

Dan dari sinilah rasa kesepian itu muncul, semata-mata karena merasa takut akan gagal. Bila jalan hidupnya ternyata tidak sesuai dengan yang diimpikan, maka perasaan tertekan itu pun akan muncul.

Padahal, hei, bahkan artis papan atas dengan kehidupan glamor dan influencer atau selebgram itu juga memiliki sisi frustasi yang tidak mereka tunjukkan. Pada akhirnya, senantiasa membandingkan kehidupan pribadi yang riil dengan kehidupan orang asing yang bahkan hanya dilihat melalui dunia maya membuat rasa gagal itu semakin menghantui diri sendiri.

Baca Juga: Flash Sale: Permainan Psikologis yang Mampu Membuatmu Jadi Konsumtif

3. Perubahan dalam menciptakan lingkaran sosial

Mengapa Puncak Merasa Sepi Berada di Rentang Usia 20-an? Ini Kata Ahlimedicalnewstoday.com

Di samping kesadaran internal yang disebutkan sebelumnya, lingkaran pertemanan juga sangat memengaruhi seseorang merasa kesepian atau tidak. Selepas masa kuliah, setiap individu pun sibuk dengan dirinya masing-masing untuk meraih apa yang sudah mereka targetkan.

Sebagian orang pun masih belum benar-benar bisa beradaptasi dengan hal ini. Tidak ada lagi jam-jam lembur mengerjakan tugas kelompok, tidak ada lagi kesempatan muncul tiba-tiba di tempat indekos kawan, dan berbagai kebersamaan lain yang biasa dilakukan kemudian berubah membuat seseorang pun jadi lebih mudah untuk merasa kesepian.

4. Menciptakan kebahagiaan semu

Mengapa Puncak Merasa Sepi Berada di Rentang Usia 20-an? Ini Kata Ahliusatoday.com

Yang menyedihkan, masih banyak kelompok rentang usia 20-an yang takut akan stigma masyarakat yang mengecapnya sebagai orang-orang yang kesepian. Sebagai gantinya, mereka pun menciptakan kebahagiaan semu seperti mempublikasikan secuil kebahagiaan di media sosial.

Padahal, hal ini justru akan semakin membuat mereka semakin merasa sepi. Ketidakjujuran ini pun kerap berujung pada situasi mental yang lebih serius, seperti merasa terisolasi bahkan depresi.

5. Fokus pada diri sendiri

Mengapa Puncak Merasa Sepi Berada di Rentang Usia 20-an? Ini Kata Ahlielitedaily.com

Istilah FOMO (Fear of Missing Out) bukanlah isapan jempol. Kenyataannya, banyak generasi muda yang benar-benar mengalami kondisi ini bahkan tanpa disadari.

Untuk itu, mengubah mindset menjadi kunci utamanya. Bila media sosial selama ini menjadi kelemahan, coba untuk menaklukkannya. Ubah FOMO menjadi JOMO (Joy of Missing Out). Lakukan hal-hal lain dalam dunia nyata yang lebih riil seperti hang out dengan teman dan benar-benar memiliki quality time, membaca buku, atau melakukan hobi lain yang sudah lama terkubur menjadi rencana semata.

Fokus pada diri sendiri. Berhenti membandingkan kehidupan sendiri dengan kehidupan orang lain. Hanya karena seseorang telah mendapatkan hal-hal yang kemu inginkan pada saat ini sementara kamu belum, bukan berarti kamu gagal. Setiap orang mempunyai timing masing-masing.

Segala sesuatunya berujung pada mindset setiap orang. Kalau kamu mengalami kondisi ini, cobalah berbicara dengan jujur kepada diri sendiri. Fokus kepada diri sendiri tanpa harus terus membandingkan dengan orang lain. Toh seperti kata Steve Jobs, "your life is limited, so don't waste it living someone else's life."

Baca Juga: Kenapa Para Psikolog Gak Diajarkan Cara Cegah Bunuh Diri Saat Kuliah? 

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya