Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi surat pada zaman dahulu (commons.wikimedia.org/Открытка, Kotofey2016)

Sepanjang sejarah, ada banyak surat yang dikirim secara diam-diam dan ternyata memiliki dampak besar terhadap jalannya peristiwa dunia. Surat-surat ini bukan sekadar komunikasi biasa, tetapi menjadi alat diplomasi, pengkhianatan, atau bahkan pemicu perang.

Beberapa di antaranya mungkin tak pernah dimaksudkan untuk dibaca oleh publik, tetapi ketika terungkap, surat-surat ini mengubah arah sejarah selamanya. Mulai dari surat berisi strategi perang hingga surat cinta yang mengharukan, kita pelajari bersama tentang surat rahasia pengubah sejarah dalam artikel ini, yuk!

1. Surat dari Raja Henry VIII ke Paus Klemens VII, awal mula tragedi reformasi Inggris

Raja Henry VIII dan istri keduanya (commons.wikimedia.org/Dancingtudorqueen)

Pada tahun 1527, Henry VIII mengirimkan surat permohonan kepada Paus Klemens VII untuk membatalkan pernikahannya dengan Catherine dari Aragon, dengan alasan bahwa pernikahan tersebut tidak memberikan keturunan laki-laki. Namun, Paus menolak karena tekanan dari Kaisar Romawi Suci Karl V, keponakan Catherine.

Ketika permohonannya ditolak, Henry mulai mengambil langkah untuk melepaskan Inggris dari otoritas Gereja Katolik.  Pada tahun 1534 Parlemen Inggris mengesahkan Act of Supremacy, yang menetapkan Henry sebagai Kepala Gereja Inggris, dan secara resmi memutus hubungan dengan Roma.

Setelah pemisahan ini, Henry VIII membubarkan biara-biara Katolik dan menyita harta mereka untuk memperkuat kekuasaan dan keuangan kerajaan. Ia juga menindak keras mereka yang menolak mengakui kepemimpinannya atas gereja, termasuk eksekusi terhadap tokoh-tokoh seperti Sir Thomas More. Reformasi Inggris ini memicu pemberontakan, seperti Pilgrimage of Grace pada tahun 1536, yang menuntut kembalinya otoritas Paus tetapi berhasil ditekan oleh pasukan kerajaan.

Setelah kematian Henry VIII pada 1547, kebijakan gereja di Inggris terus mengalami perubahan tergantung pada penguasa yang berkuasa. Edward VI memperkuat Protestanisme, tetapi Mary I, putri Catherine dari Aragon, mencoba mengembalikan Katolik sebagai agama negara, menyebabkan eksekusi besar-besaran terhadap Protestan dalam Marian Persecutions. Akhirnya, di bawah Elizabeth I, Gereja Inggris menegaskan identitasnya sendiri, yang tetap bertahan hingga sekarang.

Pemisahan Gereja Inggris dari Roma bukan hanya mengubah lanskap agama Inggris, tetapi juga memengaruhi dinamika politik di Eropa. Reformasi ini mempercepat penyebaran Protestanisme dan memperburuk ketegangan antara Inggris dan negara-negara Katolik, terutama Spanyol dan Prancis. Peristiwa ini menandai salah satu titik balik dalam sejarah Kristen di Eropa dan membentuk identitas Inggris sebagai negara yang terpisah dari otoritas kepausan.

2. Surat dari Zimmermann, jadi bumerang untuk Jerman di Perang Dunia I

pasukan Jerman (commons.wikimedia.org/Ras67)

Pada Januari 1917, Menteri Luar Negeri Jerman, Arthur Zimmermann, mengirimkan pesan diplomatik rahasia kepada duta besar Jerman di Meksiko. Telegram ini berisi tawaran aliansi antara Jerman dan Meksiko jika Amerika Serikat memutuskan untuk bergabung dalam Perang Dunia I di pihak Sekutu. Jerman berjanji akan memberikan dukungan militer dan finansial kepada Meksiko. 

Telegram ini dikirim melalui jalur komunikasi diplomatik Jerman yang mereka anggap aman, tetapi tanpa sepengetahuan mereka, intelijen Inggris telah menyadap komunikasi ini. Pada pertengahan Januari 1917, tim pemecah kode Inggris yang bekerja di Room 40, sebuah unit intelijen angkatan laut, berhasil mendekripsi pesan tersebut. Inggris menyadari bahwa isi telegram ini bisa menjadi alat yang sangat efektif untuk menarik Amerika Serikat ke dalam perang di pihak Sekutu.

Pada 24 Februari 1917, Inggris meneruskan salinan telegram Zimmermann kepada Amerika Serikat. Presiden Woodrow Wilson awalnya skeptis, tetapi setelah dilakukan verifikasi dan adanya konfirmasi dari Zimmermann sendiri pada awal Maret, publik Amerika semakin marah. Berita tentang telegram ini dipublikasikan di media massa pada 1 Maret 1917, memicu gelombang sentimen anti-Jerman yang besar di Amerika Serikat.

Telegram Zimmermann menjadi faktor penentu dalam keputusan Amerika Serikat untuk memasuki Perang Dunia I. Sebelumnya, AS tetap bersikap netral meskipun ada insiden seperti tenggelamnya kapal Lusitania oleh U-boat Jerman pada tahun 1915. Namun, kombinasi dari kebijakan perang kapal selam tak terbatas Jerman dan ancaman yang diungkapkan dalam telegram Zimmermann akhirnya mendorong Presiden Wilson untuk meminta Kongres mendeklarasikan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917.

Keterlibatan Amerika Serikat dalam perang membawa dampak besar bagi jalannya konflik. Dengan masuknya pasukan dan sumber daya Amerika, Sekutu memperoleh kekuatan baru yang membantu mereka mengalahkan Jerman pada tahun 1918. Telegram Zimmermann, yang awalnya dimaksudkan sebagai langkah strategis Jerman untuk mengalihkan perhatian Amerika, justru berbalik menjadi bumerang yang mempercepat kejatuhan mereka dalam perang.

3. Surat Albert Einstein ke Presiden Roosevelt,  lahirnya Proyek Manhattan

tim ilmuwan peneliti di Manhattan Project (commons.wikimedia.org/U.S. National Archives and Records Administration. Donald Cooksey)

Pada tahun 1938, sekelompok ilmuwan Jerman, termasuk Otto Hahn dan Fritz Strassmann, menemukan fisi nuklir, yaitu proses pembelahan inti atom yang dapat melepaskan energi dalam jumlah besar. Kekhawatiran mulai muncul di kalangan ilmuwan yang melarikan diri dari Nazi Jerman, seperti Leó Szilárd, yang menyadari bahwa jika Jerman mengembangkan bom atom terlebih dahulu, mereka dapat memenangkan Perang Dunia II dengan kekuatan yang menghancurkan.

Pada pertengahan 1939, Szilárd bersama rekannya, termasuk fisikawan terkenal Eugene Wigner dan Edward Teller, berusaha mencari cara untuk memperingatkan pemerintah Amerika Serikat. Mereka menyadari bahwa seorang ilmuwan dengan pengaruh besar harus menyampaikan pesan tersebut agar didengar. Akhirnya, mereka meyakinkan Albert Einstein, seorang tokoh ilmuwan paling terkenal saat itu, untuk menandatangani sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden Franklin D. Roosevelt. Surat tersebut, yang ditulis pada 2 Agustus 1939, memperingatkan bahwa Jerman mungkin sedang mengembangkan senjata nuklir dan mendesak AS untuk memulai penelitian serupa guna mengimbangi potensi ancaman tersebut.

Roosevelt menerima surat Einstein-Szilárd pada bulan Oktober 1939 dan segera membentuk Komite Penasihat Uranium untuk menyelidiki kemungkinan pengembangan bom atom. Pada tahun 1942, proyek penelitian ini berkembang menjadi Proyek Manhattan, program rahasia yang bertujuan untuk mengembangkan senjata nuklir dengan dukungan penuh pemerintah AS. Proyek ini dipimpin oleh Jenderal Leslie Groves dan ilmuwan Robert Oppenheimer, dengan fasilitas utama di Los Alamos, Oak Ridge, dan Hanford.

Setelah bertahun-tahun penelitian intensif, Proyek Manhattan berhasil mengembangkan bom atom pertama. Pada 16 Juli 1945, uji coba nuklir pertama, yang dikenal sebagai Trinity Test, dilakukan di New Mexico, membuktikan bahwa senjata ini benar-benar dapat digunakan dalam perang. Tak lama setelah itu, pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima, diikuti oleh bom kedua di Nagasaki pada 9 Agustus. Serangan ini menyebabkan Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, secara resmi mengakhiri Perang Dunia II.

Surat Einstein-Szilárd, yang awalnya dimaksudkan untuk mencegah Jerman memiliki keunggulan nuklir, akhirnya menjadi pemicu perlombaan senjata nuklir yang berlanjut setelah perang. Meskipun bom atom pertama digunakan untuk mengakhiri perang, dampaknya jauh lebih besar: Perang Dingin dimulai, dan dunia memasuki era baru di mana senjata nuklir menjadi bagian dari strategi militer global. Szilárd sendiri, bersama Einstein dan banyak ilmuwan lain, kemudian menjadi penentang pengembangan lebih lanjut senjata nuklir, menyadari bahaya besar yang mereka telah bantu ciptakan.

4. Surat Napoleon kepada Josephine, dilema kekuasaan dan cinta sejati

Napoleon Bonaparte dan Joséphine de Beauharnais (commons.wikimedia.org/Frédéric Legrip)

Pada tahun 1796, saat Perancis berada dalam gejolak Revolusi, Napoleon Bonaparte yang baru saja diangkat sebagai pemimpin pasukan Italia menikahi Joséphine de Beauharnais. Napoleon sering menulis surat penuh kerinduan kepada Joséphine, salah satu surat yang terkenal ditulis pada bulan Maret 1796, di mana ia mengungkapkan betapa ia merindukan Joséphine dan menggambarkan dirinya sebagai pria yang tersiksa oleh kerinduan dan jarak.

Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka mengalami pasang surut. Meskipun Napoleon sangat mencintainya, ia mulai kecewa karena Joséphine tidak bisa memberinya keturunan, sesuatu yang dianggap penting bagi kelangsungan dinasti dan stabilitas kekaisarannya.

Pada tahun 1804, Napoleon memproklamasikan dirinya sebagai Kaisar Perancis dan Joséphine dinobatkan sebagai Permaisuri. Namun pada tahun 1809, setelah banyak pertimbangan, Napoleon memutuskan untuk menceraikan Joséphine. Proses perceraian mereka dilakukan secara resmi dan dengan penuh penghormatan, di mana Joséphine tetap mendapatkan gelar sebagai mantan permaisuri dan hidup dengan nyaman di Malmaison, kediaman pribadinya.

Tak lama setelah perceraian, Napoleon menjalin pernikahan politik dengan Marie Louise dari Austria pada tahun 1810. Pernikahan ini bukan sekadar aliansi strategis antara Perancis dan Austria, tetapi juga menjadi harapan besar bagi Napoleon untuk memiliki keturunan. Harapan itu terwujud pada tahun 1811 ketika Marie Louise melahirkan seorang putra, Napoleon II, yang secara langsung menjadi pewaris takhta Kekaisaran Perancis.

Meskipun pernikahan politiknya membawa harapan baru bagi kekaisaran, hubungan Napoleon dengan Joséphine tetap berkesan hingga akhir hayatnya. Saat diasingkan ke Pulau Saint Helena setelah kekalahannya pada tahun 1815, Napoleon dikabarkan masih menyimpan kenangan tentang Joséphine. Bahkan, kata terakhir yang diucapkannya sebelum wafat pada tahun 1821 adalah "Josephine," menunjukkan bahwa meskipun pernikahan mereka berakhir, cintanya kepadanya tetap bertahan hingga akhir hidupnya.

Surat-surat ini membuktikan bahwa selembar kertas dan beberapa baris tulisan bisa memiliki dampak luar biasa dalam sejarah. Dari perceraian kerajaan hingga perang dunia, keputusan besar sering kali dimulai dengan kata-kata yang tertulis dalam surat rahasia. Surat rahasia pengubah sejarah ini jadi saksi bisu bagaimana komunikasi bisa mengubah dunia, terkadang dengan konsekuensi yang tak terduga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team