tim ilmuwan peneliti di Manhattan Project (commons.wikimedia.org/U.S. National Archives and Records Administration. Donald Cooksey)
Pada tahun 1938, sekelompok ilmuwan Jerman, termasuk Otto Hahn dan Fritz Strassmann, menemukan fisi nuklir, yaitu proses pembelahan inti atom yang dapat melepaskan energi dalam jumlah besar. Kekhawatiran mulai muncul di kalangan ilmuwan yang melarikan diri dari Nazi Jerman, seperti Leó Szilárd, yang menyadari bahwa jika Jerman mengembangkan bom atom terlebih dahulu, mereka dapat memenangkan Perang Dunia II dengan kekuatan yang menghancurkan.
Pada pertengahan 1939, Szilárd bersama rekannya, termasuk fisikawan terkenal Eugene Wigner dan Edward Teller, berusaha mencari cara untuk memperingatkan pemerintah Amerika Serikat. Mereka menyadari bahwa seorang ilmuwan dengan pengaruh besar harus menyampaikan pesan tersebut agar didengar. Akhirnya, mereka meyakinkan Albert Einstein, seorang tokoh ilmuwan paling terkenal saat itu, untuk menandatangani sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden Franklin D. Roosevelt. Surat tersebut, yang ditulis pada 2 Agustus 1939, memperingatkan bahwa Jerman mungkin sedang mengembangkan senjata nuklir dan mendesak AS untuk memulai penelitian serupa guna mengimbangi potensi ancaman tersebut.
Roosevelt menerima surat Einstein-Szilárd pada bulan Oktober 1939 dan segera membentuk Komite Penasihat Uranium untuk menyelidiki kemungkinan pengembangan bom atom. Pada tahun 1942, proyek penelitian ini berkembang menjadi Proyek Manhattan, program rahasia yang bertujuan untuk mengembangkan senjata nuklir dengan dukungan penuh pemerintah AS. Proyek ini dipimpin oleh Jenderal Leslie Groves dan ilmuwan Robert Oppenheimer, dengan fasilitas utama di Los Alamos, Oak Ridge, dan Hanford.
Setelah bertahun-tahun penelitian intensif, Proyek Manhattan berhasil mengembangkan bom atom pertama. Pada 16 Juli 1945, uji coba nuklir pertama, yang dikenal sebagai Trinity Test, dilakukan di New Mexico, membuktikan bahwa senjata ini benar-benar dapat digunakan dalam perang. Tak lama setelah itu, pada 6 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima, diikuti oleh bom kedua di Nagasaki pada 9 Agustus. Serangan ini menyebabkan Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945, secara resmi mengakhiri Perang Dunia II.
Surat Einstein-Szilárd, yang awalnya dimaksudkan untuk mencegah Jerman memiliki keunggulan nuklir, akhirnya menjadi pemicu perlombaan senjata nuklir yang berlanjut setelah perang. Meskipun bom atom pertama digunakan untuk mengakhiri perang, dampaknya jauh lebih besar: Perang Dingin dimulai, dan dunia memasuki era baru di mana senjata nuklir menjadi bagian dari strategi militer global. Szilárd sendiri, bersama Einstein dan banyak ilmuwan lain, kemudian menjadi penentang pengembangan lebih lanjut senjata nuklir, menyadari bahaya besar yang mereka telah bantu ciptakan.