Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Patriarki dalam Sejarah, Bagaimana Sistem Ini Dapat Berkembang? 

ilustrasi partriarki dan feodalisme (commons.wikimedia.org/Hegodis)
ilustrasi partriarki dan feodalisme (commons.wikimedia.org/Hegodis)

Dewasa ini kita pasti sering mendengar istilah patriarki di sosial media hingga obrolan sehari-hari. Tapi apakah kamu pernah mendengar cerita tentang proses terbentuknya patriarki dalam sejarah? Secara singkat patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama, telah eksis selama ribuan tahun dan berkembang di berbagai budaya dengan cara yang berbeda.

Namun, sistem ini tidak selalu ada sejak awal peradaban manusia. Sejarah menunjukkan bahwa banyak masyarakat kuno bersifat lebih egaliter sebelum perubahan sosial dan ekonomi membentuk struktur patriarkal yang masih bertahan hingga kini. Masih banyak sejarah patriarki yang dapat kita ketahui, cari tahu di artikel ini yuk!

1. Kemunculan sistem patriarki dalam periode prasejarah

naskah aturan-aturan yang bersifat patriarki pada zaman dahulu (commons.wikimedia.org/wiki/HOWI -  Horsch, Willy)
naskah aturan-aturan yang bersifat patriarki pada zaman dahulu (commons.wikimedia.org/wiki/HOWI - Horsch, Willy)

Penelitian antropologis terhadap masyarakat pemburu-pengumpul menunjukkan bahwa banyak komunitas awal bersifat egaliter. Studi yang dilakukan oleh antropolog seperti Marija Gimbutas dan James M. Adovasio menemukan bukti bahwa perempuan dalam masyarakat Paleolitik memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan dan ekonomi.

Artefak seperti Venus figurines yang ditermukan sekitar ahun 30.000–20.000 SM menunjukkan bahwa perempuan mungkin dihormati dalam peran spiritual dan sosial. Namun, dengan munculnya revolusi pertanian sekitar 10.000 SM, struktur sosial mulai berubah. Kepemilikan tanah dan kebutuhan akan tenaga kerja yang stabil menciptakan hierarki sosial yang lebih kompleks, yang sering kali menguntungkan laki-laki.

2. Perkembangan patriarki di masa awal peradaban kuno

penemuan kode hammurabi (commons.wikimedia.org/Louvre Museum)
penemuan kode hammurabi (commons.wikimedia.org/Louvre Museum)

Dengan berkembangnya peradaban di Mesopotamia, Mesir, Yunani, dan Romawi, sistem patriarki semakin mengakar. Kode Hammurabi yang muncul sekitar tahun 1754 SM dari Babilonia menunjukkan bagaimana hukum secara resmi mulai membatasi hak-hak perempuan, terutama dalam hal perkawinan dan kepemilikan harta.

Di Yunani Kuno, filsuf seperti Aristoteles memperkuat gagasan bahwa perempuan secara biologis lebih rapuh dari laki-laki, sebuah pemikiran yang memengaruhi pemikiran Barat selama berabad-abad. Dalam hukum Romawi, perempuan berada di bawah otoritas laki-laki sepanjang hidup mereka, baik ayah, suami, atau kerabat laki-laki lainnya.

3. Institusi keagamaan dan sistem feodal mendukung patriarki pada Abad Pertengahan

Christine de Pizan (commons.wikimedia.org/British Library)
Christine de Pizan (commons.wikimedia.org/British Library)

Pada Abad Pertengahan sekitar tahun 500–1500 M, gereja dan sistem feodal semakin memperkuat patriarki. Perempuan sering kali dibatasi dalam peran domestik dan keagamaan. Namun, beberapa tokoh perempuan seperti Christine de Pizan, seorang filsuf dan penulis Prancis, mulai menulis tentang kesetaraan perempuan.

Revolusi Industri abad ke-18-19 membawa perubahan signifikan. Dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di pabrik, perempuan mulai memasuki dunia kerja. Tokoh seperti Mary Wollstonecraft menulis dalam bukunya A Vindication of the Rights of Woman mulai mengkritik sistem yang membatasi perempuan dari pendidikan dan hak-hak dasar mereka.

4. Perlawanan terhadap sistem patriarki mulai muncul di abad 19 hingga saat ini

aktivis feminis (commons.wikimedia.org/Samwalton9)
aktivis feminis (commons.wikimedia.org/Samwalton9)

Hingga akhirnya abad ke-20 dan ke-21 menjadi saksi gelombang feminisme yang menantang dominasi patriarki secara langsung. Gerakan hak pilih perempuan, yang dipimpin oleh tokoh seperti Emmeline Pankhurst di Inggris dan Susan B. Anthony di Amerika Serikat, menghasilkan perubahan hukum yang penting.

Feminisme gelombang kedua yang didorong oleh tokoh seperti Betty Friedan dan Simone de Beauvoir mengkritik norma gender yang menekan perempuan. Saat ini, meskipun patriarki masih ada dalam berbagai bentuk, gerakan feminisme dan kesadaran sosial terus mendorong perubahan menuju kesetaraan gender yang lebih besar.

Sejarah patriarki menunjukkan bahwa sistem ini bukan sesuatu yang alami atau tidak dapat diubah. Dengan memahami asal-usulnya, kita dapat lebih baik dalam menantang ketidakadilan dan membangun masyarakat yang lebih setara di masa depan karena patriarki bukan hanya merugikan pihak wanita, namun juga sebagian besar kaum pria karena potensi besar menimbulkan toxic masculinity. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us