Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi struktur tubuh buaya (Pixabay.com/pen_ash)
ilustrasi struktur tubuh buaya (Pixabay.com/pen_ash)

Hewan purba tidak selalu tentang hewan yang telah punah, ada beberapa hewan purba yang faktanya masih hidup hingga saat ini meskipun telah mengalami evolusi. Buaya adalah contoh hewan purba yang sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu dan masih hidup hingga saat ini. Bahkan penampilan fisik buaya pada 200 juta tahun yang lalu dengan buaya dapat kita temui saat ini tidak jauh berbeda, seperti dilansir laman Smithsonianmag.

Jika dinosaurus telah musnah sejak jutaan tahun yang lalu, mengapa buaya masih hidup hingga hari ini? Bukankah dinosaurus selalu dikaitkan dengan hewan yang kuat? Dengan demikian dapat dikatakan bahwa buaya lebih kuat dari dinosaurus. Bagaimana sains menjelaskan tentang fakta ini? Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini penjelasannya.

1. Buaya memiliki struktur tubuh yang tangguh

ilustrasi struktur tubuh buaya (Pixabay.com/pen_ash)

Buaya yang hidup ratusan juta tahun yang lalu dengan buaya yang ada saat ini tidak banyak mengalami perubahan fisik. Hal tersebut menjelaskan betapa kuat, efisien, dan efektif struktur tubuh buaya dalam menghadapi lingkungan beserta perubahannya, seperti dilansir laman University of Bristol.

Perubahan fisik tubuh hewan atau dikenal dengan evolusi, perlu dilakukan ketika kondisi lingkungan mengalami perubahan. Hal ini adalah upaya suatu hewan untuk bertahan hidup. Jadi, ketika hewan purba masih hidup hingga hari ini tanpa perubahan fisik yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hewan tersebut memiliki struktur tubuh yang baik sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan pada kondisi lingkungan.

Melansir laman Zoonerdy, buaya memiliki kulit yang tebal dengan sisik dan tulang-tulang kecil yang dikenal dengan osteoderm, sehingga buaya mampu bertahan dari serangan predator atau bahkan sekedar luka fisik. Kerangka buaya juga terdiri dari tulang yang padat dan tebal yang membuat buaya mampu bertahan di lingkungan yang keras. Selain itu, buaya sangat mematikan terhadap mangsanya karena struktur rahang buaya sangat kuat.

2. Kemampuan beradaptasi dalam metabolisme rendah

ilustrasi buaya dengan berjemur (Pixabay.com/Limboko)

Hewan membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Makanan yang dikonsumsi akan diubah menjadi energi yang digunakan dalam proses metabolisme. Proses metabolisme sendiri berfungsi agar tubuh tetap hidup dengan cara mengelola asupan zat gizi dari makanan, mengatur keseimbangan dalam tubuh, dan mendukung proses pertumbuhan serta perbaikan sel.

Melansir laman Animal Vivid, buaya merupakan hewan berdarah dingin sehingga memiliki sistem metabolisme eksotermik, yaitu aktivitas metabolismenya dipengaruhi oleh lingkungannya. Pada intinya, proses metabolisme sangat dipengaruhi oleh suhu tubuh. Proses metabolisme akan optimal ketika dalam suhu yang ideal. Dengan sistem metabolisme eksotermik, untuk mencapai suhu tubuh yang ideal, buaya bergantung pada suhu lingkungannya. Oleh karena itu, buaya sangat efisien dalam menggunakan cadangan energinya untuk menghasilkan panas tubuh.

Kemampuan buaya dalam menghemat cadangan energi yang dimilikinya sangat erat kaitannya dengan kemampuan bertahan hidup. Khususnya ketika ada faktor yang membuat lingkungan sulit menyediakan sumber makanan. Kemampuan adaptasi inilah yang membuat buaya masih bertahan hingga hari ini.

3. Kemampuan beradaptasi di berbagai lingkungan

ilustrasi buaya mampu hidup di dalam air sebagai adaptasi terhadap lingkungannya (Pixabay.com/annekroiss)

Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan dapat membantu makhluk hidup untuk mempertahankan kehidupannya. Buaya merupakan salah satu hewan yang memiliki kemampuan adaptasi sangat baik terhadap lingkungan, khususnya buaya air asin/buaya muara. Melansir laman Worldwide Nature, buaya muara memiliki habitat di air payau atau air asin. Namun, seringkali buaya muara juga ditemukan di air sungai dan rawa air tawar.

Selama periode jutaan tahun, perubahan lingkungan suatu habitat hewan tidak dapat dihindari. Kondisi lingkungan yang ekstrim setelah tabrakan meteor membuat dinosaurus punah karena tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Namun, dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa, buaya mampu bertahan hingga hari ini.

4. Sistem Reproduksi yang Efisien

ilustrasi anak buaya (Pixabay.com/Engin_Akyurt)

Untuk menjaga eksistensinya, semua makhluk hidup melakukan reproduksi. Sistem reproduksi buaya sangat unik dan efisien. Cara mereka bertelur, menjaga telur, hingga menjaga anaknya yang baru menetas membuat persentase kemungkinan anaknya mampu bertahan hidup menjadi lebih besar.

Melansir laman Animal Diversity, buaya sudah membangun sarang sebelum musim kawin tiba. Setelah bertelur, buaya meletakkan telurnya dalam sarang berupa lubang sedalam 1,5 m - 1,8 m. Telur diletakkan berjarak dengan tujuan agar tidak pecah. Setelah menetas, induk buaya meningkatkan frekuensi kunjungan ke sarang untuk menjaga anaknya yang baru menetas. Induk buaya menunjukkan sifat protektifnya dengan meletakkan kepalanya di atas sarang. Selain itu, masa hidup buaya cukup panjang . Buaya mampu hidup hingga 70 tahun, sehingga buaya mampu mewariskan banyak generasi-generasi baru karena proses reproduksi berulang selama masa hidupnya yang panjang itu.

5. Faktor evolusi buaya yang stabil

ilustrasi evolusi pada manusia purba (Pixabay.com/Alexas_Fotos)

Pada tahun 1859 Charles Darwin menerbitkan sebuah buku dengan judul On the Origin of Species. Pada intinya buku ini menjelaskan tentang teori seleksi alam yang melibatkan proses evolusi sebagai mekanisme pertahanan diri dari seleksi alam. Seiring berjalannya waktu, suatu makhluk hidup akan mengalami proses evolusi untuk mempertahankan eksistensi dirinya dari kepunahan.

Melansir laman University of Bristol, buaya sudah ada sejak ratusan juta tahun yang lalu dan masih eksis hingga hari ini. Karakteristik fisik buaya purba dengan buaya modern tidak banyak mengalami perubahan. Dengan kata lain, dalam periode ratusan juta tahun, buaya tidak mengalami banyak proses evolusi. Jika dikaitkan dengan teori seleksi alam milik Charles Darwin, buaya berada pada kondisi ideal baik itu dari karakteristik fisik maupun perilaku. Oleh karena itu, buaya tidak perlu melakukan evolusi yang signifikan untuk dapat mempertahankan dirinya dari kepunahan.

Pada akhirnya, dari penjelasan ilmiah mengapa buaya bisa bertahan dari kepunahan hingga hari ini, sedangkan dinosaurus tidak mampu, dapat disimpulkan bahwa kekuatan bukanlah faktor utamanya. Karakteristik fisik dan perilaku yang paling sesuai dengan lingkungannya merupakan alasan suatu spesies mampu bertahan dari kepunahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team