Di saat terburu-buru harus berpindah dari satu lantai ke lantai yang lainnya, lift adalah pilihan paling praktis. Biasanya saat lift sudah penuh atau kita diburu waktu, penginnya pintu lift segera tertutup, supaya lift segera berjalan.
Eh tapi ... kok gak nutup-nutup ya? Kamu pun dengan penuh semangat memencet tombol segitiga berhadapan alias 'close button', berharap bisa mempercepat tertutupnya pintu lift.
Sejak tahun 1990, sebetulnya tombol 'close' di lift tidaklah lagi berfungsi semestinya. Bagaimanapun kita memencet tombol tersebut, gak akan mempercepat tertutupnya pintu lift. Pasalnya sejak tahun 1990, The American With Disabilities Act mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa pintu lift harus terbuka cukup lama agar penderita difabel bisa masuk ke dalamnya tanpa perlu terburu-buru.
Hal inipun diamini oleh Karen W. Penafiel, direktur eksekutif National Elevator Industry Inc., seperti yang tertulis dalam The New York Times. Meskipun tombol 'close' ini tidak berguna untuk orang awam, sebetulnya dengan kode-kode dan cara tertentu, tombol ini bisa bekerja kok. Khususnya bagi para pemadam kebakaran dan petugas pemeliharaan yang memang menggunakannya untuk tujuan teknis.
Misteri ini terjawab bukan oleh hal teknis, tetapi menyangkut psikologis. Ellen J. Langer, seorang psikolog asal Harvard University, telah mempelajari secara mendalam tentang keunikan tombol 'close' dan perilaku manusia dalam menggunakannya. Ternyata, kuncinya adalah pada rasa memiliki kontrol terhadap suatu hal dalam diri manusia.
Tombol 'close' layaknya sebuah ilusi dalam diri manusia yang berhubungan dengan rasa mampu untuk mengatur dan mengendalikan. Jika manusia tidak memiliki rasa ini, ia akan sangat mudah depresi. Saat memencet tombol 'close' secara intens, kemudian tak lama kemudian pintu lift tertutup, memberikan sensasi kepuasan yang mirip dengan rasa penghargaan atas usahanya.
Trik otak ini gak cuma terjadi pada tombol 'close' lift saja lho. Di kota New York, melalui survei yang dilakukan oleh The Air Conditioning, Heating and Refrigeration News menemukan hampir sebagian besar kantor memasang termostat palsu. Mereka yang tertipu dengan termostat palsu ini merasa udara menjadi lebih baik setelah 'mengatur' suhu ruangan pada termostat. Padahal sebetulnya tidak ada yang berubah pada suhu ruangan tersebut.
Hmm, fakta yang unik sekaligus membuktikan bahwa efek plasebo itu gak cuma terjadi pada obat-obatan saja. Tapi juga pada tombol-tombol palsu di kehidupan sehari-hari kita ya. Meskipun untungnya, teknologi terkini sudah mengandalkan sensor untuk memungkinkan lift menutup lebih cepat atau tetap terbuka lebih lama. Bagaimana menurut kamu soal tombol-tombol palsu ini?