7 Tokoh Dunia yang Lahir di Bulan Mei, Siapa Saja?

- Bulan Mei sebagai hari libur nasional untuk memperingati Hari Buruh Internasional
- Karl Marx, Florence Nightingale, Henry Dunant, Sigmund Freud, Isadora Duncan lahir di bulan Mei
- John F. Kennedy dan Paus Yohanes Paulus II juga merupakan tokoh dunia yang lahir di bulan Mei
Bulan Mei dibuka dengan hari libur nasional di berbagai negara dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional. Tanggal 1 Mei dipilih sebagai hari buruh untuk mengenang peristiwa demo buruh Chicago pada 1886 yang berakhir ricuh dan meninggalkan banyak korban jiwa.
Selain dibuka dengan hari peringatan berskala internasional, Mei ternyata menjadi salah satu bulan yang spesial karena beberapa tokoh dunia penting lahir di bulan ini. Bukan hanya politisi berpengaruh atau seniman berbakat, pemimpin agama kharismatik hingga filsuf beraliran sosialisme yang namanya sangat dikenal dunia juga lahir di bulan Mei. Kira-kira siapa saja tokoh dunia yang dimaksud?
1. Karl Marx

Tanggal 5 Mei 1818 menandai lahirnya Karl Heinrich Marx dari keluarga Yahudi yang tinggal di wilayah Trier, Jerman. Mengikuti jejak ayahnya yang seorang pengacara, Marx menekuni ilmu hukum di universitas dan banyak terinspirasi filsafat Hegel mengenai dialektika.
Setelah menamatkan studi doktorat dan bekerja sebagai editor salah satu media massa di Jerman, pada 1843 Marx mengajak istrinya pindah ke Paris. Disinilah Marx bertemu dengan Friedrich Engels yang menjadi partner pergerakan komunis revolusionernya.
Meski hidup dalam kemiskinan selama bertahun-tahun setelah kepindahannya ke Inggris pada 1849, Marx dan keluarganya banyak mendapat dukungan finansial dari Engels. Atas dukungan dari sahabatnya, Marx berhasil merampungkan naskah Das Kapital yang kerap disebut sebagai "kitab suci kelas pekerja".
Marx meninggal dunia pada 14 Maret 1883 setelah mengalami penurunan kesehatan dan kesedihan mendalam pasca kepergian istrinya dua tahun sebelumnya. Meski hanya sempat melihat terbitnya Das Kapital edisi pertama, Marx telah mewariskan ide-ide besar untuk pergerakan sosialisme modern di tahun-tahun berikutnya, dikutip dari BBC.
2. Florence Nightingale

Meskipun lahir di Florence-Italia pada 12 Mei 1820, Florence Nightingale sebenarnya berasal dari keluarga bangsawan Inggris. Saat dirinya lahir, keluarganya tengah menikmati masa liburan di Kota Florence yang menjadi asal-usul nama depannya.
Florence tumbuh menjadi gadis yang tertarik dengan ilmu filsafat dan isu-isu sosial-politik. Ketika di umur 16 tahun, dirinya mulai banyak mendalami ajaran agama dan menemukan ketertarikan dengan ilmu keperawatan. Baginya, menjadi perawat adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan dan kemanusiaan.
Meski ditentang oleh keluarganya, Florence tetap teguh dengan pendiriannya untuk menjadi perawat dan mulai mempelajari ilmu dasar keperawatan di Institution of Protestant Deaconesses yang ada di Kaiserswerth, Jerman. Melalui jejaring sosialnya, Florence menjabat sebagai superintenden untuk para perawat di King's College Hospital, London.
Pada 1854, Florence membawa 38 perawat perempuan untuk mengambil alih buruknya fasilitas kesehatan di barak tentara Inggris yang berlokasi di Scutari, Turki. Saat itu, Inggris bersama dengan Prancis dan Ottoman Turki tengah terlibat dalam Perang Krimea melawan Tsar Rusia.
Florence melengkapi markas tentara Inggris dengan perlengkapan medis yang memadai, menjaga kebersihan markas, memastikan ketersediaan fasilitas sanitasi dan suplai bahan makanan, serta membantu pemulihan psikologis para tentara dengan serangkaian aktivitas rekreasional. Dia mendapat julukan "Lady of the Lamp" karena kerap berkeliling di malam hari untuk mengunjungi para pasiennya.
Selain menjalankan fungsinya sebagai perawat, Florence mencatat dengan detail seluruh data terkait penyakit, angka kematian, juga kesulitan-kesulitan yang dihadapinya semasa berada di barak tentara Inggris. Catatan statistik dari Florence tersebut menjadi acuan bagi pemerintah Inggris untuk melakukan perubahan besar di bidang kesehatan militer.
Florence meninggal pada 1910 dan dikenal sebagai perempuan Inggris pertama yang meraih penghargaan Order of Merit. Meski mendapat penawaran untuk dimakamkan di Westminster Abbey, pemakaman keluarga di kawasan Hampshire menjadi pilihan rumah terakhir Florence sesuai wasiatnya, dikutip dari Britannica.
3. Henry Dunant

Nama Henry Dunant tentu tidak asing bagi kamu yang dulu sewaktu sekolah tergabung dalam ekskul Palang Merah Remaja. Di usianya yang belum genap 40 tahun, Dunant dikenal sebagai pendiri organisasi Palang Merah Internasional.
Henry Dunant lahir di Swiss pada 8 Mei 1828 dari keluarga kaya da relijius. Dunant banyak menghabiskan waktu mudanya dengan bepergian ke Prancis, Belgia dan Belanda karena aktivitasnya sebagai perwakilan di Young Men's Christian Association.
Babak kedua hidupnya dimulai ketika Dunant menunjukkan ketertarikannya dengan dunia bisnis. Dia mendapat jabatan sebagai presiden Mons-Gémilla Mills, perusahaan di Aljazair yang bergerak di sektor keuangan dan industri.
Karena membutuhkan akses air untuk pengembangan lahan oleh perusahaannya, Dunant harus menghadap Kaisar Napoleon III yang saat itu tengah berada dalam misinya di Italia. Siapa sangka, kepergian Dunant ke Italia menjadi titik balik besar dalam hidupnya.
Sesampainya di Solferino, sebuah kota dekat markas pusat Napoleon III, Dunant justru dikejutkan dengan pemandangan memilukan pasca pertempuran di kawasan tersebut. Dia pun menuangkan pengalaman tersebut serta gagasannya untuk membantu korban peperangan, dalam sebuah buku berjudul Un Souvenir de Solférino atau A Memory of Solferino.
Pada 7 Februari 1863, Dunant bersama empat anggota komite yang dibentuk Geneva Society of Public Welfare mengadakan pertemuan untuk membahas penerapan ide Dunant sebagaimana tertulis dalam bukunya. Pertemuan ini berujung pada pembentukan Palang Merah Internasional dan dilanjutkan dengan Konvensi Jenewa I tahun 1864 tentang netralitas dan jaminan keamanan bagi petugas palang merah.
Karena aktivitasnya yang intens di Palang Merah Internasional, Dunant tidak lagi mengurusi bisnisnya dan berujung pada kebangkrutan perusahaan di tahun 1867. Dia dikucilkan dari para kolega bisnis-nya di Swiss dan hidup berpindah-pindah dalam kemiskinan selama bertahun-tahun.
Pada 1892, Dunant diketahui tengah dirawat di rumah singgah di Heiden, sebuah pedesaan kecil di Swiss. Dunant menghabiskan waktu terakhirnya di ruang kamar No. 12 hingga ajal menjemputnya pada 30 Oktober 1910.
Di tengah keadaannya yang sakit, Dunant sempat menerima penghargaan Nobel kategori perdamaian di tahun 1895. Akan tetapi, Dunant memilih untuk tidak mengambil hadiah uang yang didapatkannya. Dia memilih untuk memberikannya kepada orang-orang yang telah merawatnya selama sakit serta mendonasikan sebagian uang tersebut ke yayasan kemanusiaan di Norwegia dan Swiss, dikutip dari The Nobel Prize.
4. Sigmund Freud

Meskipun lahir di Ceko pada 6 Mei 1856, Sigmund Freud menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Vienna, Austria. Freud menempuh studi ilmu kedokteran di Universitas Vienna dan banyak memfokuskan diri pada ilmu Biologi, Fisiologi dan Neurologi.
Setelah menyelesaikan studinya di tahun 1881, Freud bekerja sebagai dokter di Vienna General Hospital. Freud juga sempat menghabiskan waktunya di Paris dan bertemu dengan Jean Charcot, seorang ahli saraf yang dikenal dengan metode hipnotis untuk terapi gangguan jiwa.
Terinspirasi Charcot, Freud mencoba metode hipnotis untuk pasiennya tapi dia menemukan bahwa manfaat hipnotis ternyata tidak berlangsung lama. Kemudian, Freud mempelajari metode Josef Brauer dan menarik kesimpulan bahwa pasien yang datang dengan kondisi histeris secara perlahan akan berkurang intensitas histeria-nya ketika dirinya dibebaskan untuk bercerita dan menguraikan hal-hal pemicu ketidakstabilan psikologis.
Dari pengalamannya bersinggungan dengan metode yang dilakukan Brauer, Freud menyimpulkan bahwa segala bentuk gangguan kejiwaan bermula dari kejadian traumatik di masa lalu yang lama kelamaan tersimpan dalam alam bawah sadar. Untuk menyembuhkan gangguan kejiwaan, pasien harus diajak mengingat kembali kejadian pemicu trauma yang pernah dialami dan menghadapi rasa trauma tersebut.
Secara tidak sadar, kemampuan pasien untuk menceritakan masalahnya dengan psikiater merupakan representasi dari hubungan pasien tersebut dengan sosok orangtua. Menurut Freud, kunci utama terapi psikoanalisis terletak pada pengamatan hubungan emosional antara pasien dan psikiater serta kemampuan psikiater untuk mengajak pasien membicarakan perasaan-perasaan tidak nyaman yang dirasakannya.
Freud tidak berhenti dengan teori psikoanalisis-nya dan beberapa kali menerbitkan gagasan-gagasannya dalam buku sebelum terjadi invasi Nazi di Austria pada 1938. Situasi tersebut mengharuskannya pindah ke London dan menghabiskan masa-masa terakhirnya. Setahun kemudian, Freud meninggal dunia pada usia 83 tahun setelah beberapa tahun sebelumnya mengidap kanker mulut, dikutip dari Internet Encyclopedia of Philosophy.
5. Isadora Duncan

Kalau kamu punya hobi nge-dance atau bercita-cita jadi penari balet, pastinya harus kenal dengan sosok Isadora Duncan. Perempuan kelahiran 26 Mei 1877 tersebut merupakan pionir seni tari modern.
Duncan lahir di San Fransisco, Amerika Serikat dari seorang ibu tunggal yang berprofesi sebagai guru musik. Sejak kecil, Duncan sudah memiliki ketertarikan dengan tari balet tetapi dia tidak suka dengan gerakan balet klasik yang dinilainya terlalu kaku. Duncan lebih suka menggerakkan tubuhnya dengan bebas dan dinamis mengikuti irama musik.
Di usianya yang masih 21 tahun, Duncan memulai petualangannya di Eropa untuk menampilkan kreasi balet modern. Perlahan, namanya dikenal sebagai pembaharu seni tari modern dan beberapa kali mengadakan tur keliling Eropa.
Meletusnya Perang Dunia I membuat tur Duncan tidak sesukses tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi, harapan mulai muncul ketika pada tahun 1920 dia mendapat tawaran untuk membuka sekolah tari di Moskow.
Di tengah karirnya di Uni Soviet, Duncan menikah dengan seorang penyair Soviet bernama Sergey Aleksandrovich Yesenin. Ketika Duncan mengajak Yesenin dalam tur-nya di Amerika Serikat, mereka mendapat penolakan dan dicap sebagai agen Bolshevik.
Duncan melanjutkan hidupnya di Nice, Prancis setelah pernikahannya kandas pada 1925. Kecelakaan tragis yang menimpanya pada 14 September 1927, membuatnya tutup usia di umur 50 tahun, dikutip dari Britannica.
6. John F. Kennedy

John F. Kennedy dikenal sebagai presiden termuda dalam sejarah Amerika Serikat karena menduduki jabatan tersebut pada usia 43 tahun. Bukan itu saja, Kennedy juga menjadi presiden pertama Amerika Serikat yang beragama Katholik.
Kennedy lahir pada 29 Mei 1917 dari keluarga keturunan Irlandia. Setelah lulus dari studi ilmu pemerintahan dan hubungan internasional Universitas Harvard, Kennedy bergabung dengan satuan Angkatan Laut Amerika Serikat seiring dengan dimulainya Perang Dunia II.
Pasca Perang Dunia II, Kennedy memulai karirnya di bidang politik dengan menjadi anggota Kongres dari Partai Demokrat dan berlanjut menjadi senator pada 1953. Pada Pemilu Presiden tahun 1960, Kennedy memenangkan pemilihan suara atas Richard Nixon yang sebelumnya berstatus sebagai wakil presiden.
Di masa pemerintahannya, Kennedy mengusulkan pengesahan undang-undang desegregasi di berbagai fasilitas publik juga menginisiasi berdirinya lembaga kemanusiaan independen Peace Corps. Kegagalan invasi Teluk Babi di Kuba serta keberhasilannya untuk meredam pertarungan senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, merupakan beberapa jejak pemerintahan Kennedy di bidang militer yang paling banyak mendapat sorotan.
Sayangnya, pemerintahan Kennedy tidak berlangsung lama setelah dirinya menjadi korban penembakan saat tengah berada dalam iring-iringan mobil di Texas. Tanggal 22 November 1963 menandai kedukaan mendalam masyarakat Amerika Serikat atas hilangnya pemimpin yang dikenal atas keberanian, kecerdasan dan juga kharismanya, dikutip dari The White House Historical Association.
7. Paus Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katholik Roma sejak tahun 1978–2005. Lahir pada 18 Mei 1920 di Wadowice, Polandia, Paus Yohanes Paulus II memiliki nama kecil Karol Jósef Wojtyla.
Memiliki ketertarikan dengan seni teater dan puisi, Wojtyla tetap memilih pendeta sebagai panggilan hidupnya. Meskipun masa sekolahnya harus terhambat oleh invasi Nazi di Polandia, Wojtyla tetap mengejar mimpinya sebagai pendeta dengan belajar di seminari terselubung yang ada di Krakow.
Wojtyla menyelesaikan studinya di seminari pada 1946 dan pergi ke Roma selama dua tahun untuk mengambil gelar doktorat di bidang teologi. Sekembalinya ke Polandia, Wojtyla mengabdikan dirinya pada pelayanan gereja, hingga menjadi uskup agung di Krakow pada 1964.
Wojtyla secara resmi diangkat menjadi Paus Yohanes Paulus II di tahun 1978 dan sekaligus dikenal sebagai paus non-italia pertama selama 400 tahun terakhir. Selama menjabat sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katholik, Paus Yohanes Paulus II dikenal akan usahanya dalam advokasi HAM.
Sebagai rohaniawan, ia juga berpengaruh besar dalam usaha meruntuhkan rezim komunisme di Eropa Tengah dan Timur. Bukan itu saja, Paus Yohanes Paulus II juga pernah menyampaikan permintaan maaf untuk Galileo Galilei atas putusan hukum yang diterimanya dari institusi Gereja Katholik saat itu.
Paus Yohanes Paulus II meninggal dunia pada 2 April 2005 di usia 84 tahun. Pada tahun 2014, secara resmi mendiang Paus Fransiskus memimpin upacara kanonisasi Paus Yohanes Paulus II sebagai santo, dikutip dari Biography.
Melihat uraian di atas, bulan Mei tampaknya memang menjadi saksi lahirnya para tokoh berpengaruh dalam sejarah dunia. Adakah dari ketujuh tokoh dunia di atas yang menjadi panutanmu?