Dalam beberapa dekade, pengiriman wahana, pendarat, penjelajah, dan perisai panas ke Planet Mars telah menghasilkan banyak puing-puing di permukaan berbatu planet ini.
Secara keseluruhan, lebih dari 7 ton sampah antariksa manusia diyakini berserakan di seluruh lanskap. Di antara sampah-sampah tersebut, terdapat perkakas yang dibuang, pesawat ruang angkasa yang jatuh dan peralatan yang tidak digunakan lagi yang sudah habis masa pakainya.
Berawal dari perlombaan antariksa Amerika Serikat dengan Uni Soviet, upaya untuk memahami lebih dalam tentang sumber daya Mars dan kelayakannya sebagai tempat untuk mengirim manusia suatu hari nanti telah mendorong kita untuk mengirim pendarat, penjelajah, dan satu helikopter ke planet ini sejak awal tahun 1970-an.
Kemungkinan misi ke permukaan Mars dalam dekade mendatang termasuk upaya yang direncanakan bersama oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) untuk mengambil sampel tanah yang dikumpulkan oleh penjelajah Perseverance.
Terdapat beberapa puing-puing yang terkenal di Planet Merah, termasuk potongan-potongan pendaratan Viking, perisai panas, potongan-potongan insulasi, dan yang terbaru adalah parasut dan kulit belakang dari misi penjelajah Curiosity dan Perseverance.
Bagian yang terakhir ini mencakup apa yang sekarang menjadi drone, yang sudah tidak berfungsi dengan baling-baling rusak.
Perkiraan tahun 2022 menyebut berat gabungan dari semua barang yang tidak aktif di Mars mencapai 15.694 pon, angka yang berasal dari berat gabungan semua muatan misi yang dikirim ke Mars, dikurangi berat total peralatan yang masih digunakan.
Kadang-kadang, foto-foto puing-puing di permukaan Mars yang ada di internet mengarah pada klaim-klaim tentang puing-puing alien atau objek-objek menakutkan.
Komponen yang membentuk pendarat dan peralatannya terdiri dari berbagai bahan yang dirancang untuk tahan terhadap lingkungan yang keras di Mars—logam seperti titanium, aluminium dan baja, polimer dalam insulasi dan kaca pada kamera serta peralatan optik, dan masih banyak lagi.
Meskipun risikonya rendah bahwa puing-puing yang ada akan mengganggu misi, para peneliti mengawasi apa yang disebut puing-puing EDL (Entry, Desvent and Landing) dan potensinya untuk mencemari sampel tanah.