Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi buaya jantan
ilustrasi buaya jantan (unsplash.com/Thomas Couillard)

Intinya sih...

  • Buaya jantan menggunakan suara frekuensi rendah untuk menggetarkan air dan menarik perhatian betina.

  • Ritual rayuan buaya jantan termasuk meniup gelembung dari hidungnya dan memamerkan kekuatan dengan tamparan kepala.

  • Mereka juga mengeluarkan auman keras sebagai panggilan cinta, menunjukkan bahwa dunia percintaan buaya jauh lebih rumit daripada yang kita duga.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam bahasa gaul, istilah buaya darat sering dilekatkan pada pria yang tidak setia atau suka merayu banyak perempuan. Citra ini membuat kita jarang membayangkan sisi lain dari kehidupan buaya yang sesungguhnya. Padahal, reptil ini mempunyai ritual percintaan yang sangat kompleks dan jauh dari kesan main-main.

Proses buaya mencari pasangan bukanlah urusan yang sederhana dan penuh kekerasan seperti yang mungkin dibayangkan. Dilansir Live Science, buaya jantan harus melakukan serangkaian pertunjukan yang rumit untuk membuktikan kelayakannya kepada sang betina. Penasaran bagaimana predator purba ini merayu pasangannya dengan cara yang romantis?

1. Menggetarkan air dengan suara frekuensi rendah

ilustrasi buaya jantan (unsplash.com/Ano__ P_)

Sebelum unjuk gigi, buaya jantan akan memulai pertunjukannya dengan cara yang tidak bisa dilihat mata, tetapi bisa dirasakan. Mereka akan memproduksi suara infrasonik atau suara dengan frekuensi sangat rendah dari dalam tubuhnya. Getaran ini begitu kuat hingga membuat air di atas punggungnya 'menari' dan menyemprot ke udara.

Fenomena yang disebut water dance ini adalah cara sang jantan mengumumkan kehadirannya ke seluruh penjuru perairan. Getaran dahsyat tersebut berfungsi sebagai sinyal bagi para betina bahwa ada pejantan tangguh yang siap kawin di wilayah tersebut. Ini adalah pertunjukan kekuatan yang menunjukkan ukuran dan dominasi tanpa harus bertarung.

Bagi buaya betina, getaran ini adalah CV berjalan dari sang pejantan. Semakin kuat dan mengesankan getaran air yang dihasilkan, semakin menarik pejantan tersebut di mata betina. Ini adalah langkah pertama yang paling krusial untuk menarik perhatian dari kejauhan.

2. Meniup gelembung dari hidungnya

ilustrasi buaya jantan (unsplash.com/Glen Carrie)

Setelah berhasil menarik perhatian, buaya jantan akan mendekati betina incarannya dengan lebih personal. Salah satu perilaku paling unik yang mereka lakukan adalah meniupkan gelembung-gelembung udara dari hidungnya. Tentu saja, ini bukan gelembung biasa, melainkan bagian dari ritual rayuan yang penuh makna.

Gerakan ini menunjukkan niat baik dan ketertarikan sang jantan kepada betina. Sambil berenang perlahan di sekelilingnya, sang jantan akan terus meniupkan gelembung sebagai tanda bahwa ia tidak agresif. Ini adalah caranya untuk membangun kepercayaan dan membuat betina merasa nyaman dengan kehadirannya.

Terkadang, proses pendekatan ini juga disertai dengan usapan lembut menggunakan moncongnya. Jantan akan menggesekkan kepala dan moncongnya ke tubuh betina dengan sangat hati-hati. Ini adalah bentuk afeksi fisik yang menunjukkan bahwa sang predator buas bisa berubah menjadi pasangan yang lembut.

3. Memamerkan kekuatan dengan tamparan kepala

ilustrasi buaya jantan (unsplash.com/Bas van Brandwijk)

Jika rayuan lembut belum cukup, buaya jantan akan kembali menunjukkan sisi machonya. Salah satu cara paling dramatis yang mereka lakukan adalah dengan menampar-namparkan kepala dan rahangnya ke permukaan air. Gerakan ini menciptakan suara letusan keras dan cipratan air yang mengesankan.

Aksi head-slapping atau jaw-clapping ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, ini adalah pameran kekuatan fisik untuk membuat betina terkesan. Kedua, suara keras yang ditimbulkan berfungsi untuk mengintimidasi pejantan lain yang mungkin mencoba mendekat.

Ini adalah cara yang sangat efektif bagi jantan untuk menegaskan dominasinya di area tersebut. Betina akan menilai pejantan mana yang mampu menciptakan pertunjukan paling heboh. Semakin keras suaranya, semakin besar peluangnya untuk dipilih menjadi pasangan.

4. Mengeluarkan auman keras sebagai panggilan cinta

ilustrasi buaya jantan (unsplash.com/Kyle Nieber)

Selain komunikasi non-verbal, buaya jantan juga sangat vokal selama musim kawin. Mereka akan mengeluarkan suara auman atau geraman yang dalam dan keras. Suara ini bisa terdengar hingga jarak yang sangat jauh, berfungsi sebagai panggilan kawin sekaligus peringatan bagi para pesaing.

Auman ini biasanya dilakukan dengan posisi kepala dan ekor yang terangkat dari air, sebuah postur yang menunjukkan kekuatan dan keperkasaan. Setiap auman adalah deklarasi bahwa ia adalah pejantan terkuat yang siap untuk bereproduksi. Betina akan merespons auman dari pejantan yang dianggapnya paling superior.

Ketika betina akhirnya menerima rayuan tersebut, ia akan merespons dengan geraman yang lebih lembut dan membiarkan jantan mendekat. Proses panjang yang penuh getaran, gelembung, tamparan, dan auman ini akhirnya mencapai puncaknya. Barulah setelah itu proses perkawinan yang sesungguhnya terjadi.

Ternyata, dunia percintaan para buaya jauh lebih rumit dan penuh strategi daripada yang kita duga. Mereka membuktikan bahwa untuk memenangkan hati pasangan, butuh lebih dari sekadar kekuatan, tetapi juga kesabaran dan seni merayu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team