9 Fakta Bayi Lahir dari Transplantasi Rahim Pertama Pendonor Meninggal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Transplantasi rahim adalah suatu prosedur medis yang berisiko, terutama jika pendonor masih hidup. Namun, baru-baru ini prosedur medis terbaru berhasil mentransplantasi rahim dari pendonor yang telah meninggal. Bayi dari hasil transplantasi ini pun berhasil lahir! Dilansir dari Telegraph, berikut fakta-faktanya.
1. Pada Selasa, 4 Desember 2018, bayi pertama di dunia telah lahir dari transplantasi rahim perempuan yang telah meninggal
Untuk bisa hamil, perempuan berusia 32 asal Brasil menggunakan organ dari pendonor perempuan berusia 45 tahun yang telah meninggal karena stroke.
2. Transplantasi ini dilakukan karena pasien memiliki kondisi Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH)
Kondisi tersebut menyebabkan kelainan kongenital sehingga membuatnya gak memiliki vagina, rahim dan leher rahim.
3. Prosedur ini dilakukan oleh tim dokter di Hospital das Clínicas, University of São Paulo
Prosedur ini pun diabadikan dalam jurnal The Lancet.
4. Proses operasi membutuhkan waktu hingga 11 jam
Waktu tersebut digunakan untuk memindahkan dan menanamkan organ dari pendonor kepada pasien.
Baca Juga: Studi Baru Menunjukkan “Baby Walker” Sebabkan Cedera Serius pada Bayi
5. Gak hanya rahim, pendonor pun memberikan jantung, ginjal dan hatinya
Editor’s picks
Itu untuk menunjang keberhasilan prosedur medis ini.
6. Butuh dua hari perawatan intensif
Pasien diberi obat imunosupresi agar sistem tubuh gak menolak adanya organ baru. Setelah kondisi stabil, rahim baru ditransplantasikan kepada pasien.
7. Kurang lebih 37 hari kemudian, pasien mengalami menstruasi lalu berhasil hamil
Proses kehamilan berlangsung selama tujuh bulan.
8. Bayi hasil transplantasi organ tersebut lahir dengan operasi sesar
Pada awal Desember 2018, bayi tersebut lahir setelah 35 minggu berada dalam rahim. Bayi tersebut memiliki berat 2,5 kg dan tinggi 45 cm.
9. Di saat bayi lahir, dokter pun mengeluarkan rahim hasil transplantasi
Melihat keberhasilan ini, dr. Dani Ejzenberg berencana untuk memperluas prosedur medis ini. Meski begitu, prosedur ini masih terkendala mengingat minimnya pendonor yang bersedia mendonorkan organnya.
Dari berita tersebut, kita lihat bahwa dunia kedokteran terus berinovasi untuk kepentingan umat manusia. Gak menutup kemungkinan, di masa depan prosedur yang sama akan dilakukan secara luas.
Hal itu mengingat prosedur ini lebih aman daripada harus mentransplantasi rahim dari perempuan yang masih hidup. Gimana menurutmu? Sampaikan pendapatmu di kolom komentar ya.
Baca Juga: 10 Mitos Operasi Caesar yang Salah & Fakta Sebenarnya, Kamu Perlu Tahu