Paus Fransiskus (commons.wikimedia.org/Republic of Korea)
Setelah delapan tahun perilisan Laudatu Si’, Paus Fransiskus merilis sekuelnya, yaitu Laudate Deum, pada Oktober 2023, tepat sebelum diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) PBB di Dubai (COP28). Tulisan ini berisi tentang desakan serius Paus Fransiskus kepada para pemimpin dunia untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap masalah perubahan iklim yang terjadi saat ini. Di dalam ensiklik ini, Paus Fransiskus menyampaikan kritiknya dengan sangat keras terhadap para pembuat kebijakan global yang telah melenceng dari Perjanjian Paris tahun 2015.
Di dalamnya, Paus Fransiskus menunjukkan dorongan dan juga rasa frustrasi tentang pencapaian-pencapaian perjanjian internasional sejauh ini. Ia juga mengecam kelemahan politik internasional yang menilai gagal melaksanakan Perjanjian Paris yang menyerukan pembatasan kenaikan suhu global hingga di bawah 2 derajat Celsius. Selain itu, Ia juga menyoroti penggunaan bahan bakar fosil yang tidak berkelanjutan yang berperan sebagai pendorong utama perubahan iklim.
Pada penyelenggaraan Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP29) tahun 2024 di Azerbaijan, Paus Fransiskus juga mengirimkan tulisan-tulisan kritisnya untuk keselamatan alam dan lingkungan kepada PBB di tengah kondisinya yang sedang tidak sehat. Ia menuliskan pesan terkait tantangan lingkungan yang ada saat ini dan mengimbau negara-negara penyumbang gas rumah kaca terbanyak mengakui “utang ekologisnya” kepada negara lain. Ia juga menyerukan untuk pembentukan sistem (arsitektur) keuangan internasional baru yang berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan, keadilan, dan solidaritas.
Selain pemikiran-pemikirannya yang sangat berpengaruh untuk isu lingkungan, Paus Fransiskus juga secara kritis menyerukan tindakan atas nama Ciptaan. Pada 1 September kalender liturgi, Ia menetapkan Hari Doa Sedunia untuk Pemeliharaan Ciptaan. Di mana pada hari peringatan ini, ia mengundang umat Katolik untuk memperingati Musim Penciptaan selama sebulan bersama umat Kristen.
Pada tahun 2019, Paus Fransiskus juga mendukung seruan untuk menjadikan “kejahatan ekologi” sebagai kejahatan kelima terhadap kedamaian pada konferensi iklim di Gereja Katolik. Kejahatan ini setara dengan genosida dan pembersihan etnis. Di mana ia juga menyatakan bahwa kejahatan tersebut adalah dosa.
Paus Fransiskus adalah paus yang dikenal sebagai sosok pejuang lingkungan yang sangat gigih. Selama 12 tahun masa kepemimpinannya, ia berhasil melahirkan pemikiran-pemikiran yang luar biasa terkait penyelamatan alam, lingkungan, dan perubahan iklim. Bahkan, esensi-esensi dari pemikirannya tersebut memengaruhi banyak pengambilan keputusan internasional, seperti dalam forum Perjanjian Paris 2015.