Fakta Sains Tendangan Penalti, Memang Bukan Perkara Mudah!

Ada banyak faktor yang memengaruhi kesuksesan penalti

Piala Dunia 2022 telah resmi berakhir dengan Argentina keluar sebagai juaranya. Messi dan kawan-kawan berhasil mengalahkan Perancis melalui adu penalti. Di kubu Perancis Kingsley Coman dan Tchouameni gagal mengeksekusi penalti, sementara di kubu Argentina semua berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik.

Kenapa ya kok ada yang bisa gagal mengeksekusi penalti? Bukankah seharusnya lebih mudah karena cuma berhadapan 1-on-1 dengan kiper? Sayangnya adu penalti tak semudah itu. Biar lebih paham, berikut penjelasan kenapa adu penalti tak semudah yang dibayangkan.

Tekanan saat adu penalti tak bisa disepelekan

Fakta Sains Tendangan Penalti, Memang Bukan Perkara Mudah!Unsplash/ Isham Fernandez

Kecemasan penendang dan tekanan mental yang dialami penendang adalah faktor psikologis yang paling umum. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Max Slutter dan Nattapong Thammasan dari University of Twente menyebut ada perbedaan aktivitas otak antara eksekutor penalti yang sukses dengan yang tidak.

"Penelitian kami berhasil menemukan bahwa pemain yang bisa sukses tampil di bawah tekanan ternyata sukses mengaktivasi area yang berkaitan dengan tugas di otak mereka. Salah satunya adalah peningkatan aktivitas korteks motor yang berkaitan dengan bekerja di bawah tekanan," kata Nattapong

Penelitian tersebut memang menekankan bahwa tekanan, baik dari diri sendiri maupun dari faktor eksternal, sangat berpengaruh terhadap kesuksesan penalti. 

Baca Juga: 5 Tendangan Penalti yang Digagalkan Kiper di Piala Dunia 2022

Mengukur aktivitas otak eksekutor penalti

Dalam jurnal Frontiers, Max Slutter dan Nattapong Thammasan melakukan eksperimen pengukuran aktivitas otak kepada eksekutor penalti selama proses adu penalti. Ada banyak variabel yang disiapkan.

Para pesertanya terdiri dari beragam latar belakang. Mulai dari pemain profesional hingga amatir. Selain itu, kondisi penalti yang disiapkan juga beragam. Mulai dari tanpa kiper, suasana santai dengan kiper, melawan kiper yang memprovokasi, hingga adanya trofi yang dilombakan.

Hasilnya ketika pemain yang kurang pengalaman gugup, mereka membiarkan aktivasi temporal korteksnya meningkat. Ada indikasi bahwa mereka terlalu memikirkan situasinya dan mengabaikan skill mereka sendiri. Di samping itu, aktivasi korteks temporal kiri terlihat lebih tinggi jika para pemain tak berpengalaman sukses mencetak gol penalti.

Jika penendang bisa tenang dan menguasai situasi, maka mereka akan berpotensi lebih besar untuk mencetak gol penalti. Sayangnya, menguasai diri saat semua mata di seluruh dunia tertuju pada kita bukan perkara mudah. Bahkan banyak pemain bintang yang gagal mengeksekusi penalti karena mereka tak bisa menguasai diri sehingga mengabaikan skill mereka dan berakhir gagal mencetak gol penalti.

Status bintang bukan jaminan gol penalti

Fakta Sains Tendangan Penalti, Memang Bukan Perkara Mudah!Unsplash/Michael Lee

Pada fase grup, saat Argentina melawan Polandia, kita melihat Messi gagal mengeksekusi penalti. Lewandowski juga  gagal mengeksekusi penalti saat melawan Meksiko. Hal tersebut menunjukkan bahwa status bintang bukan jaminan bisa menguasai diri saat menendang penalti. Bahkan menurut Geir Jordet, Professor di Norwegian School of Sport Sciences, status "bintang" para pemain bisa makin membebani mereka.

Menurut studi yang dilakukan Geir Jordet, pemain yang sudah memili label "bintang" memiliki tingkat kesuksesan penalti yang hanya di kisaran 65%, sementara sebelum mereka mendapat label bintang mereka memiliki tingkat kesuksesan sebesar 89%. Data tersebut didapat dari seluruh data laga adu penalti di World Cupa, Euro, dan Champions League sejak tahun 1976 hingga sekaran.

Jadi tak perlu menyalahkan pemain yang gagal mengeksekusi penalti, ya. Meski terlihat gampang, ternyata menendang penalti tak semudah yang dibayangkan!

Baca Juga: 5 Tim yang Jago Adu Penalti di Piala Dunia

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya