Bukan hanya obat sirop dengan DEG atau EG, Prof. Zullies mengatakan bahwa obat bisa menjadi racun jika disalahgunakan. Dalam kasus DEG dan EG, jika cemaran tersebut di bawah ambang, maka seharusnya tak berpotensi menyebabkan masalah kesehatan. Lalu, bagaimana bisa di atas ambang?
Saat tubuh terpapar EG berlebihan, EG terurai menjadi berbagai senyawa. Salah satunya adalah asam oksalat. Jika kadarnya cukup tinggi, Prof. Zullies mengatakan bahwa asam oksalat dari EG bisa mengganggu kinerja ginjal sampai terjadi gagal ginjal. Hal serupa juga terjadi jika DEG berlebihan dalam tubuh.
Mampu menyebabkan komplikasi ke seluruh tubuh hingga menyebabkan kematian, Prof. Zullies mengatakan bahwa DEG dan EG berlebihan bisa menyebabkan:
- Gangguan sistem saraf pusat.
- Gangguan sistem kardiovaskular.
- Gangguan sistem pernapasan.
- Gangguan sistem metabolisme.
"Bisa menyebabkan kematian tergantung dari seberapa besar kerusakan tubuh, terutama anak-anak yang lebih rentan dan belum berkembang sistem pertahanan tubuhnya," kata Prof. Zullies.
ilustrasi memeriksakan anak ke dokter (pexels.com/Los Muertos Crew)
Teruntuk masyarakat, Prof. Zullies berpesan untuk tidak panik dan tetap berhati-hati. Khususnya orang tua, ia menyarankan untuk membuat catatan obat untuk anak-anak, dari dosis hingga mereknya. Dengan daftar obat sirop yang dilarang dan diizinkan BPOM RI dan Kemenkes RI terus berubah, maka penting untuk tetap waspada.
Dengan peningkatan kasus GgGAPA, penting untuk mengetahui gejala dan kondisi gangguan ginjal. Cepat diobati, maka pasien bisa selamat. Dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), salah satu indikator terbaiknya adalah urine. Jika volume urine menurun secara signifikan, terutama dalam waktu 6 jam, maka segera cari pertolongan.
"Kalau ada gejala gagal ginjal, segera ke rumah sakit," tandas Prof. Zullies.