Mengapa Sampah Plastik Bisa Membuat Lingkungan Menjadi Rusak?

- Plastik sulit terurai secara alami, membutuhkan hingga 1.000 tahun untuk terurai sepenuhnya.
- Produksi plastik menyumbang 1,8 miliar ton emisi gas rumah kaca per tahun, memperparah krisis iklim global.
- Mikroplastik sulit diurai dan menyebar luas, mencemari air, tanah, dan rantai makanan manusia.
Sampah plastik telah menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar di dunia. Dari hutan hingga lautan, plastik yang tidak terurai dengan baik telah mencemari hampir setiap sudut planet ini.
Namun, sebenarnya mengapa sampah plastik bisa membuat lingkungan menjadi rusak dan memiliki dampak yang begitu ekstrem pada lingkungan? Alasan utamanya karena sifatnya yang sulit terurai, pencemaran yang disebabkan oleh partikel mikroplastik, dan dampak negatif terhadap kehidupan liar, lebih lengkapnya telusuri yuk lebih lanjut dampak plastik terhadap ekosistem, dan ancamannya terhadap kesehatan manusia.
1. Sulitnya plastik terurai dalam lingkungan

Jawaban pertama atas mengapa sampah plastik bisa membuat lingkungan menjadi rusak? Karena plastik merupakan material yang terjangkau, tahan lama, dan fleksibel. Ini membuatnya banyak digunakan dalam kehidupan modern, mulai dari kemasan, pakaian, hingga produk kecantikan.
Namun, masalah utama muncul saat plastik dibuang. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan ada lebih dari 280 juta ton produk plastik berumur pendek berakhir sebagai sampah.
Sebanyak 46 persen dari sampah ini ditimbun di tempat pembuangan akhir, sementara 22 persen lainnya tidak dikelola dengan baik sehingga menjadi sampah liar.
Berbeda dari bahan alami, plastik tidak dapat terurai secara hayati. Dibutuhkan hingga 1.000 tahun bagi plastik untuk terurai sepenuhnya. Akibatnya, sampah plastik terus menumpuk di lingkungan, mencemari tanah, meracuni air tanah, dan menciptakan krisis besar yang mengancam ekosistem.
2. Dampak plastik dan krisis iklim
Selain mencemari lingkungan, sampah plastik juga berkontribusi signifikan terhadap krisis iklim. Produksi plastik merupakan salah satu proses manufaktur paling intensif energi di dunia. Plastik dibuat dari bahan bakar fosil, seperti minyak mentah, yang diproses melalui pemanasan dan berbagai bahan tambahan hingga menjadi polimer.
Pada tahun 2019 saja, produksi plastik menghasilkan 1,8 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca, atau setara dengan 3,4 persen dari total emisi global.
Angka ini menunjukkan bahwa siklus hidup plastik tidak hanya membebani lingkungan tetapi juga memperburuk pemanasan global. Dengan meningkatnya permintaan plastik, dampak ini diperkirakan akan terus bertambah di masa depan.
3. Ancaman mikroplastik terhadap lingkungan

Selain masalah sampah plastik besar, mikroplastik juga menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Mikroplastik adalah pecahan plastik berukuran sangat kecil, kurang dari 5 mm. Ini berasal dari berbagai sumber, seperti ban kendaraan, produk kecantikan yang mengandung microbeads, hingga kain sintetis.
Setiap kali pakaian berbahan sintetis dicuci, serat mikroplastik kecil yang disebut mikroserat dilepaskan ke saluran air. Proses ini menyumbang sekitar 500.000 ton mikroserat plastik ke lautan setiap tahun, setara dengan hampir 3 miliar kaos polyester.
Mikroplastik ini sulit diurai dan menyebar luas, mencemari air, tanah, hingga rantai makanan manusia, menambah tekanan pada ekosistem yang sudah rentan.
Sampah plastik, dari limbah besar hingga mikroplastik, telah menjadi ancaman besar bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan planet kita. Sulitnya plastik terurai hingga pencemaran mikroplastik memperlihatkan dampak destruktif dari penggunaan plastik yang tidak bertanggung jawab.
Referensi
"A New Textiles Economy: Redesigning fashion’s future". Diakses pada Desember 2024. Ellen MacArthur Foundation.
"Plastic leakage and greenhouse gas emissions are increasing". Diakses pada Desember 2024. Organisation for EconomicCo-operation and Development.
"Understanding plastic pollution and its impact on lives". Diakses pada Desember 2024. United Nation.