Science Film Festival 2020 Gelar Eksperimen dan Film secara Daring

Dihelat mulai 20 Oktober sampai 6 November 2020 di 24 kota

Science Film Festival, acara tahunan Goethe-Institut, kini memasuki tahun kesebelas. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini Science Film Festival diselenggarakan secara daring, sejak tanggal 20 Oktober hingga 6 November 2020 di 24 kota.

Tema yang diusung tahun ini adalah “Tujuan Pembangunan Berkelanjutan” dan bermaksud mengajak siswa berusia 9-14 tahun untuk mengeksplorasi isu di balik Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) lewat pemutaran film dan eksperimen sains yang menyenangkan. Seperti apa detailnya?

1. Yang ditayangkan adalah film-film internasional seputar sains, teknologi, dan lingkungan

Science Film Festival 2020 Gelar Eksperimen dan Film secara DaringYouTube/Goethe-Institut Indonesien

Menurut Dr. Stefan Dreyer, Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia
Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, Science Film Festival menyoroti berbagai isu di balik Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Menghadirkan film-film internasional seputar sains, teknologi, dan lingkungan, festival ini diharapkan membantu memperluas pemahaman tentang isu-isu sentral SDGs.

"Festival ini juga menciptakan peluang bagi kita untuk bertindak dan berpartisipasi secara langsung membuat umat manusia dan planet menjadi lebih baik," tegas Dr. Stefan Dreyer.

Film-film terpilih ini diputar secara bergantian lewat platform daring pada pelajar di 24 kota, antara lain Ambon, Bandung, Bogor, Bondowoso, Denpasar, Jakarta, Jayapura, Kupang, Malang, Manado, Mataram, Matauli Pandan, Maumere, Medan, Pontianak, Salatiga, Sidoarjo, Sorong, Supiori, Surabaya, Tangerang, Tomohon, Waingapu, dan Yogyakarta.

2. Festival tahun ini diselenggarakan secara internasional di 30 negara

Science Film Festival 2020 Gelar Eksperimen dan Film secara DaringYouTube/Goethe-Institut Indonesien

Menilik dari sisi sejarah, festival ini diselenggarakan perdana di Thailand pada tahun 2005. Science Film Festival konsisten mempromosikan literasi sains kepada generasi muda di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Utara, Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Pada tahun 2010, festival ini dihelat di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Science Film Festival mengukuhkan diri sebagai perhelatan terbesar di dunia dalam kategori ini dan berhasil memperoleh lebih dari satu juta pengunjung di 23 negara pada tahun 2019, termasuk lebih dari 122.000 pengunjung di Indonesia. Dan festival tahun ini diadakan secara internasional di 30 negara!

Science Film Festival 2020 memutar 15 film dari berbagai negara, seperti Indonesia, Thailand, Myanmar, Jerman, Spanyol, hingga Chile yang telah disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia. Tak hanya menonton film, para pelajar juga berpartisipasi aktif dalam mempraktikkan eksperimen sains sederhana dari rumah masing-masing.

3. Topik film dan eksperimen sains relevan dengan situasi sekarang

Science Film Festival 2020 Gelar Eksperimen dan Film secara DaringPara pelajar yang sedang melakukan eksperimen sains di rumah (Foto: Goethe Institut Indonesien)

Salah satu sesi dari rangkaian acara Science Film Festival pada Jum'at (6/11/2020) pukul 09:00-10:00 WIB menghadirkan dua judul film dan dua eksperimen sains. Film tersebut adalah The Show with the Mouse - Super Storage Battery dan Nine-and-a-Half - Your Reporter - Corona, Flu & Co. Sementara, eksperimen sainsnya adalah Korek Api Ajaib dan Protect from Covid.

Masih berkaitan dengan tema Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), film pertama bercerita bahwa listrik bisa dihasilkan dari tenaga alternatif lain, seperti air, angin, dan sinar matahari. Manusia harus mulai beralih ke energi terbarukan untuk menjaga keseimbangan iklim.

Film kedua relevan dengan situasi saat ini, di mana kita hidup dalam kondisi pandemi. Nurholif Amin, tim Science Film Festival mengatakan bahwa film ini berkisah tentang virus, bagaimana caranya berkembang dan penyebarannya, serta cara membuat vaksin untuk membentuk daya tahan tubuh.

Eksperimen yang dilakukan pun tak kalah menyenangkan. Di eksperimen Korek Api Ajaib, siswa-siswi belajar tentang konsep listrik statis dari balon dan rambut yang digosokkan, lalu didekatkan ke korek api yang ada di dalam gelas plastik. Ternyata, korek api bisa bergerak sendiri karena perpindahan elektron negatif dari rambut ke balon.

Sementara, eksperimen kedua dilakukan dengan memasukkan air dan sedikit minyak ke piring, lalu diaduk dengan sendok. Kemudian, taburkan bubuk lada dan biarkan tidak diaduk. Peserta eksperimen diminta untuk memasukkan jari telunjuk ke piring dan mengamati apa yang terjadi. Ternyata, tidak terjadi apa-apa.

Kemudian, peserta eksperimen diminta untuk memberikan sabun cair pada telunjuk, lalu mencelupkan ulang jari ke piring. Hasilnya, lada tersebut saling menjauh! Menyenangkan sekaligus memberikan pemahaman bahwa sangat penting untuk mencuci tangan dengan air dan sabun.

Baca Juga: Nobar, Eksperimen dan Belajar Bahasa Jerman di Science Film Festival

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya