Heboh diberitakan tentang pembunuhan seorang anak kecil yang dilakukan oleh remaja, di mana pelaku pembunuhan tersebut tidak merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan. Namun bukan berita tersebut yang akan kita bahas kali ini, melainkan penyebab-penyebab seorang anak atau remaja bisa menjadi psikopat.
Inilah lima penyebab utama seorang anak bisa menjadi psikopat. Kira-kira apa saja ya? Yuk, disimak!
Beberapa kejadian dan tindakan yang mengakibatkan traumatis pada seseorang ternyata dapat mengubah karakter seseorang secara drastis. Sebagian besar kasus psikopat pada remaja ternyata sangat berkorelasi dengan perasaan traumatis mereka terhadap kejadian di masa lalu.
Kejadian traumatis yang terjadi secara berulang-ulang di masa kecil akan sangat mengganggu pertumbuhan mental anak. Pada saat remaja dan dewasa, ia akan terus mengingat hal-hal yang membuatnya trauma.
Ada banyak hal yang menyebabkan traumatis pada mental anak, misalnya kekerasan fisik yang dialami saat kecil, pelecehan seksual, kekerasan verbal, dan kejadian lainnya yang mengakibatkan anak menjadi ketakutan dan trauma terhadap sesuatu.
Psikopat juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan. Anak-anak yang lahir dari orangtua yang memiliki kecenderungan psikopat, akan memiliki risiko 30 persen lebih tinggi untuk menjadi psikopat.
Laman Businessinsider.sg menulis bahwa sifat-sifat psikopat dan narsistik memang diturunkan dari orangtua kepada anak-anak mereka. Bahkan sifat-sifat tersebut dapat berevolusi melalui genetik yang mereka wariskan. Bisa saja anak menjadi pribadi yang jauh lebih 'gelap' dan narsistik jika dibandingkan dengan orangtuanya.
Pola asuh yang dilakukan oleh orangtua dapat menentukan pertumbuhan mental dan masa depan anak, seperti ditulis dalam Psychologytoday.com. Pola asuh yang terlalu keras dan terlalu memanjakan sangat tidak baik buat pertumbuhan mental si anak.
Jika terlalu keras, maka mental anak akan terbentuk menjadi mental yang traumatis dan bisa menyebabkan anak menjadi minder dan memiliki ketakutan berlebih. Terlalu memanjakan anak juga akan berdampak negatif bagi anak itu sendiri. Anak akan menjadi tidak mandiri dan bahkan mudah untuk merendahkan orang lain.
Pada klimaksnya, pola asuh yang salah akan membuat anak menjadi kehilangan simpati dan empati terhadap lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya, seorang psikopat tidak pernah merasa bersalah meskipun ia telah melakukan kesalahan besar.
Pergaulan yang salah juga akan mengakibatkan seorang remaja menjadi pribadi yang 'gelap', narsistik, dan bahkan mengarah pada pribadi yang kejam.
Namun pribadi yang kejam karena pengaruh lingkungan dan pergaulan masih dapat diubah menjadi pribadi yang lebih baik. Remaja dengan kecenderungan kasar dan kejam akibat pergaulan masih dapat diarahkan menjadi remaja yang lebih baik dan memiliki empati.
Psikopat sejati, terutama yang cenderung berbuat kriminal ternyata tidak bisa disembuhkan, seperti ditulis dalam jurnal Psychologytoday.com. Kecenderungan berbuat kriminal yang ada dalam jiwa psikopat sejati tidak didasarkan pada sesuatu, dan bahkan tanpa penyebab apa pun.
Psikopat sejati jumlahnya sangat sedikit, hanya sekitar 1 persen dari total pengidap psikopat di seluruh dunia. Biasanya psikopat sejati bisa sangat manipulatif, cerdas, dan sama sekali tidak memiliki empati terhadap suatu kejadian.
Para ahli kejiwaan sepakat bahwa psikopat sejati merupakan kelainan mental atau kelainan jiwa yang membuat penderitanya hidup dalam dunianya sendiri. Ia akan berhasrat pada pemuasan nafsu terhadap dirinya sendiri, dan bahkan jika itu harus dilakukan dengan cara membunuh orang lain yang tak bersalah.
Itulah lima penyebab utama yang membuat remaja dapat menjadi seorang psikopat. Ternyata sifat psikopat memang cenderung tidak memiliki rasa empati, ya!