Petani Ciptakan Beras Merah Pulen dengan Pengembangbiakan Selektif

Bisa jadi pengganti nasi putih

Beras merah sering kali dijadikan pengganti nasi putih sebagai pilihan makanan pokok yang lebih sehat, khususnya untuk penderita diabetes. Ini karena beras merah memiliki indeks glikemik yang lebih rendah daripada beras putih. 

Dengan banyaknya permintaan untuk gaya hidup yang lebih sehat, PT Hoki Distribusi Niaga meluncurkan Dailymeal Beras Merah pada Jumat (17(/11/2023) di Tanggerang. Dalam acara peluncuran ini, Prof. Dr. Ir Ali Zum Mashar, peneliti bioteknologi dan petani Indonesia, menjelaskan proses di balik beras merah ini. 

Menggunakan metode pengembangbiakan selektif

Petani Ciptakan Beras Merah Pulen dengan Pengembangbiakan SelektifIlustrasi beras merah (pixabay.com/aviavlad)

Menurut pemaparan prof. Ali, beras merah ini menggunakan jenis bibit padi genjah nonhibrida Trisakti Golden. Profesor Ali menyatakan bahwa ia telah melakukan penelitian selama kurang lebih 15 tahun untuk mendapatkan beras ini. 

Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan jenis beras merah yang pulen dan mudah dikonsumsi tanpa mengurangi manfaatnya. 

"Ini kita sudah melakukan penyilangan dan seleksi yang cukup lama. Dari beras-beras yang sudah ada, kita menyeleksi ratusan kali sampai akhirnya ketemu (beras) ini," jelas prof. Ali saat diwawancarai IDN Times

Metode yang digunakan untuk mendapatkan beras pulen ini bernama selective breeding atau pengembangbiakan selektif. 

"Dari seleksi yang berulang-ulang ini, ada puluhan varian (benih) yang didapatkan. Sampai akhirnya kita memilih benih yang paling baik," tambahnya. 

Latar belakang hadirnya beras merah pulen

Petani Ciptakan Beras Merah Pulen dengan Pengembangbiakan Selektifilustrasi beras merah (pixabay.com/EzBom)

Salah satu alasan utama hadirnya beras merah ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan organik yang lebih sehat. Sayangnya, makanan organik umumnya tidak memiliki rasa dan tekstur seperti makanan yang sudah diproses. 

Menurut prof. Ali, tekstur beras merah yang lebih kasar menjadi penghambat orang tidak bisa beralih ke jenis beras ini. 

"Beberapa pasien diabetes itu mengeluhkan bahwa gigi mereka susah untuk makan beras merah karena lumayan keras. Jadi, mereka mau makanan yang sehat tapi tetap enak," ucap prof. Ali. 

Selain tekstur, rasa berasa merah yang umumnya hambar juga menjadi alasan di balik hadirnya beras merah jenis ini. 

Profesor Ali berharap dengan hadirnya beras merah yang pulen, orang-orang bisa beralih ke makanan organik yang lebih sehat. Dengan makanan organik, hal ini bisa membantu mengurangi konsumsi makanan yang bersifat karsinogenik, seperti makanan cepat saji. 

Baca Juga: Keanekaragaman Hayati Jadi Aspek Penting dalam Program Keberlanjutan

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya