Apa yang Terjadi jika Semua Serangga Mendadak Punah?

- Tanaman akan kehilangan penyerbuk alami, mengurangi produktivitas pertanian dan ketahanan pangan global.
- Rantai makanan terputus di banyak ekosistem, mengancam kelangsungan hidup berbagai hewan.
- Proses penguraian alami menjadi terhambat, menyebabkan lingkungan tak sehat dan kurang subur.
Serangga merupakan kelompok makhluk hidup paling melimpah di planet ini, dengan peran vital dalam berbagai aspek ekosistem. Mulai dari membantu penyerbukan, menguraikan materi organik, hingga menjadi sumber makanan bagi banyak hewan lain, kehadiran serangga sebenarnya menopang keseimbangan kehidupan. Meski tampak sepele atau bahkan sering dianggap sebagai pengganggu, serangga memegang banyak fungsi penting yang jarang disadari manusia.
Namun, apa yang akan terjadi jika seluruh serangga yang ada di muka Bumi justru secara tiba-tiba malah lenyap? Dampaknya tidak akan berhenti pada hilangnya satu atau dua spesies saja, tapi bisa memicu reaksi berantai yang merusak berbagai tatanan alam. Dari sektor pertanian, rantai makanan, hingga kesehatan lingkungan dan manusia, semuanya akan terdampak serius. Berikut lima hal yang mungkin terjadi jika semua serangga mendadak punah dari muka Bumi.
1. Tanaman akan kehilangan penyerbuk alami

Sebagian besar tanaman berbunga sangat bergantung pada serangga seperti lebah, kupu-kupu, dan lalat untuk proses penyerbukan. Jika semua serangga punah, banyak tanaman pangan utama seperti apel, almond, stroberi, dan tomat akan kesulitan berkembang biak secara alami. Proses penyerbukan manual oleh manusia memang mungkin dilakukan, tetapi memerlukan tenaga, waktu, dan biaya besar, sehingga tidak efisien untuk skala luas.
Kehilangan penyerbuk alami juga berdampak langsung pada produktivitas pertanian dan ketahanan pangan global. Tanaman yang gagal berbuah secara maksimal akan menurunkan hasil panen, menaikkan harga pangan, dan mengancam ketersediaan gizi, terutama di negara berkembang. Ketergantungan pada serangga untuk proses biologis ini selama jutaan tahun membuat sistem produksi makanan sangat rapuh ketika kehilangan satu elemen penting dalam rantainya.
2. Rantai makanan terputus di banyak ekosistem

Serangga menjadi sumber makanan utama bagi berbagai hewan seperti burung, reptil, amfibi, dan mamalia kecil. Punahnya serangga berarti hewan-hewan pemakan serangga akan kehilangan pasokan nutrisi utamanya, yang berujung pada penurunan populasi secara drastis. Tidak sedikit spesies yang sepenuhnya bergantung pada satu jenis serangga sebagai makanannya, sehingga kelangsungan hidup mereka langsung terancam.
Dampak ini akan menjalar ke tingkat trofik berikutnya. Hewan pemangsa yang lebih besar, seperti burung pemangsa atau kucing liar, akan kehilangan mangsa mereka dan ikut terdampak. Akibatnya, keseimbangan rantai makanan terganggu, dan bisa menyebabkan ledakan populasi hama lain yang sebelumnya dikendalikan secara alami oleh predator serangga atau hewan yang memangsa serangga.
3. Proses penguraian alami menjadi terhambat

Serangga seperti lalat, kumbang, dan semut memainkan peran penting dalam menguraikan bahan organik, seperti bangkai hewan dan sisa tumbuhan. Kehilangan mereka akan memperlambat proses dekomposisi alami, menyebabkan penumpukan limbah organik di berbagai habitat. Tanpa serangga, jasad hewan mati akan membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk terurai secara alami, yang berpotensi menciptakan lingkungan tak sehat.
Di sisi lain, proses pengembalian unsur hara ke tanah juga ikut terganggu. Serangga pengurai membantu mengembalikan nutrisi penting ke dalam tanah, yang mendukung pertumbuhan tanaman. Jika proses ini terganggu, tanah menjadi kurang subur, dan dalam jangka panjang bisa memengaruhi siklus kehidupan di dalam tanah serta kualitas pertanian. Ini menunjukkan bahwa peran serangga tidak berhenti di atas tanah, tetapi juga sangat krusial di bawah permukaan.
4. Populasi hama tertentu bisa meledak

Beberapa jenis serangga memang dikategorikan sebagai hama, tetapi dalam ekosistem alami, populasinya tetap terkendali oleh predator alami yang juga sesama serangga. Jika semua serangga hilang dari Bumi, maka predator yang memangsa hama, seperti laba-laba atau belalang sembah, juga ikut lenyap. Ini membuka peluang bagi hama lain yang tidak bergantung langsung pada rantai ini untuk berkembang tanpa penghalang.
Ledakan populasi hama tanpa adanya serangga bisa menjadi mimpi buruk khususnya pada sektor pertanian. Tanpa keseimbangan alami, petani akan lebih bergantung pada pestisida, yang membawa masalah baru seperti resistansi kimia, pencemaran tanah, dan keracunan satwa lain. Ketidakseimbangan ini juga bisa menyusup ke permukiman manusia, di mana serangga pengganggu tertentu bisa berkembang tanpa kontrol, dan menimbulkan gangguan baru bagi kesehatan masyarakat.
5. Kesehatan manusia ikut terpengaruh

Walau beberapa serangga menjadi vektor penyakit, banyak jenis lain justru menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Serangga pengurai, misalnya, membantu mencegah penyebaran penyakit dengan mempercepat pembusukan dan membuang bangkai hewan dari lingkungan. Tanpa kehadiran mereka, potensi penyebaran bakteri patogen akan meningkat, terlebih di lingkungan padat penduduk atau minim sanitasi.
Selain itu, sebagian senyawa alami yang digunakan dalam pengobatan modern berasal dari serangga, baik secara langsung maupun sebagai inspirasi dalam pengembangan senyawa sintetis. Jika serangga menghilang, potensi untuk penemuan obat baru juga ikut berkurang. Tidak hanya soal pangan dan ekosistem, kesehatan manusia juga menjadi bagian dari dampak besar yang timbul dari lenyapnya kelompok makhluk kecil ini.
Serangga mendadak punah bukan sekadar kehilangan makhluk kecil, melainkan hilangnya fondasi penting dari banyak sistem kehidupan di Bumi. Dampaknya meluas ke berbagai bidang, mulai dari pertanian, ekosistem, hingga kesehatan manusia. Dalam dunia yang semakin terdampak perubahan iklim dan degradasi lingkungan, mempertahankan keberadaan serangga berarti menjaga keseimbangan hidup itu sendiri.
Referensi:
"The thought experiment: What would happen if all Earth’s insects vanished". Science Focus. Diakses pada Juli 2025.
"The insect apocalypse: ‘Our world will grind to a halt without them’". The Guardian. Diakses pada Juli 2025.
"What Would Happen If All Insects Vanished From The Planet?". ScienceABC. Diakses pada Juli 2025.
"What Would Happen If All the Flies in the World Died?". CK-12 Foundation. Diakses pada Juli 2025.