Studi: Bayi Pertama dari IVF Mesin Berhasil Dilahirkan

Intinya sih...
- Sistem IVF otomatis berhasil membantu kelahiran bayi, memberi harapan baru bagi pasangan infertil
- Proses ICSI dikotomatisasi untuk meminimalisir kesalahan manusia dan tekanan kerja
- AI digunakan dalam seleksi sperma dan embrio, hasil uji coba menjanjikan namun perlu studi lebih lanjut
Sebuah sistem fertilisasi in vitro (IVF) otomatis telah berhasil membantu kelahiran seorang bayi. Hal ini membuka harapan baru bagi pasangan yang berjuang melawan infertilitas.
Di tengah prosedur konvensional yang selama ini bergantung pada ketelitian manusia, inovasi ini harapannya bisa menjadi solusi modern. Pendekatan berbasis mesin ini menawarkan peluang untuk meminimalisir kesalahan yang tak jarang muncul akibat faktor kelelahan atau ketidaksengajaan.
1. Otomatisasi untuk minimalkan human error
Dalam metode IVF konvensional, khususnya teknik intracytoplasmic sperm injection (ICSI), seorang ahli embriologi harus menyuntikkan sperma langsung ke dalam sel telur dengan presisi tinggi.
Namun, kelelahan dan tekanan kerja bisa memicu kesalahan kecil yang berdampak besar pada peluang keberhasilan fertilisasi.
Sistem baru ini mengotomatisasi 23 langkah penting dalam proses ICSI. Hal ini memungkinkan operator hanya perlu menekan tombol sambil memantau proses lewat livestream, bahkan dari jarak jauh.
2. AI dalam untuk seleksi sperma dan embrio
Tak hanya otomatisasi mekanis, sistem ini juga mengandalkan kecerdasan buatan (AI) dalam tahap seleksi sperma dan embrio. AI akan menilai sperma berdasarkan kondisi fisiknya, memilih yang paling sehat, dan membantu memfasilitasi proses imobilisasi dengan laser agar sperma lebih mudah diinjeksikan.
Setelah fertilisasi, AI juga digunakan untuk menilai kualitas embrio dengan menganalisis tampilan kromosom, membantu memilih embrio terbaik untuk ditanamkan.
3. Perlu studi lanjutan
Dalam uji coba awal, sistem ini membantu pasangan yang kesulitan mendapatkan keturunan karena masalah kualitas sperma dan produksi sel telur. Dari lima telur donor yang difertilisasi dengan sistem otomatis, empat berhasil berkembang menjadi embrio.
Sementara itu, tiga telur lainnya yang diproses secara manual juga berhasil menjadi embrio.
Embrio terpilih dari proses otomatis kemudian ditanamkan, dan salah satunya berhasil berkembang hingga lahir. Hal ini menandai keberhasilan pertama teknologi ini dalam menciptakan kehidupan.
Meskipun hasil awal ini memberi harapan besar, para ahli menegaskan perlunya studi skala besar untuk benar-benar mengukur efektivitasnya. Selain itu, pertimbangan biaya juga menjadi tantangan di awal penerapan teknologi ini. Namun seiring waktu, dengan pengembangan lebih lanjut, sistem IVF otomatis berpotensi menjadi standar baru yang lebih efektif.
Referensi
Mendizabal-Ruiz, Gerardo, Alejandro Chavez-Badiola, Estefanía Hernández-Morales, et al. “A Digitally Controlled, Remotely Operated ICSI System: Case Report of the First Live Birth.” Reproductive BioMedicine Online, April 1, 2025.
"World's first baby born by IVF done almost entirely by a machine". Diakses pada April 2025. New Scientist.