22 Atlet Korut Gagal Bawa Pulang Samsung Galaxy Note 8 & Baju Nike

Sorotan utama dari penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang 2018 adalah keikutsertaan atlet dan pemandu sorak dari Korea Utara.
Ajang turnamen musim dingin empat tahunan yang akan berlangsung dari tanggal 9 sampai 25 Februari 2018 dihebohkan oleh keputusan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Un untuk mengirimkan delegasinya.
Meskipun disambut hangat oleh Korea Selatan, namun tidak sedikit kerepotan yang harus dihadapi oleh panitia penyelenggara turnamen ini di tengah sanksi AS dan PBB, atas uji coba nuklir yang dilakukan oleh regim Korea Utara ini serta Undang-Undang negara tersebut.
Akibatnya 22 atlet dari Korea Utara mungkin akan pulang ke negaranya tanpa bisa membawa pulang berbagai oleh-oleh yang disiapkan oleh panitia turnamen ini.
1. Sanksi Samsung Galaxy Note 8

Samsung Electronics sebagai sponsor resmi Olimpiade musim dingin ini menyiapkan empat ribu smartphone Samsung Galaxy Note bagi semua atlet yang berpartisipasi di Olimpiade ini.
Melalui Komite Olimpiade Internasional )(IOC), smartphone canggih seharga $1.100 ini akan dibagikan kepada semua atlet. Namun tidak demikian halnya bagi atlet dari Korea Utara.
Hal ini karena dapat melanggar sanksi PBB yang melarang penjualan barang mewah dan perangkat elektronik yang memiliki potensi komersil maupun militer, demikian dilansir dari South China Morning Post.
2. Sanksi apparel Nike

Selain smartphone Samsung, tim gabungan hockey wanita kedua negara juga tidak akan mendapatkan oleh-oleh dari Nike sebagai sponsor resmi turnamen ini.
Sanksi dari AS juga membuat tim gabungan ini memakai baju yang dibuat oleh sebuah perusahaan Finlandia. Hal ini karena sanksi AS melarang perusahaan AS melakukan perusahaan dan warganya melakukan perdagangan dengan Korea Utara.
3. Pengibaran bendera Korea Utara

Untuk mengibarkan bendera Korea Utara di perkampungan atlet dan venue pertandingan berdampingan dengan bendera negara-negara lain, pihak penyelenggara harus meminta dispensasi dari pihak berwenang.
Mengingat adanya Undang-Undang yang melarang memuji rezim negara tetangga mereka di bagian utara tersebut, demikian dilansir dari Reuters.
Kerepotan panitia penyelenggara memang sangat besar mengingat pentingnya penyelenggaraan turnamen ini, selain supaya para tamu khususnya dari Korea Utara bisa nyaman bertanding, mereka juga dibayang-bayangi dengan kerepotan mematuhi sanksi yang diterapkan oleh PBB dan AS.